🦦 Ayat Alquran Tentang Kecerdasan

Tahfidhsihah al-aqli F. Kecerdasan kembali pada semula KECERDASAN DALAM PANDANGAN AL-QU'RAN Dedeng Rosidin . A.Al-Qur'an menyuruh berfikir agar menjadi cerdas 1.Arti al-Nadhru Memikirkan dan menyelidiki - Atau dengan pengertian lain yaitu pengetahuan yang diperoleh setelah menyelidiki.
0% found this document useful 0 votes740 views6 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes740 views6 pagesAl Quran Dan KecerdasanJump to Page You are on page 1of 6 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 5 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

Penelitianyang sama juga membuktikan bahwa membaca Al-Qur'an selepas sholat maghrib dan subuh mampu meningkatkan kecerdasan otak hingga 80 %. Hal ini disebabkan pada kedua waktu tersebut otak masih dalam keadaan fresh karena ada pergantian waktu dari terang ke gelap dan dari gelap ke terang.

BANYAK masyarakat yang menginginkan anak-anaknya cerdas. Baik itu cerdas secara akademik, maupun emosional atau spiritual. Namun tak jarang juga sebagian masyarakat kita lebih memilih melakukan bimbingan belajar yang cukup menguras finansial. Memang ini tidak salah, tapi ada cara yang tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk kecerdasan seseorang. Ingin tahu? Ya, cukup dengan membaca Al-Qur’an. Bagaimana bisa?. Tahfidz Merupakan penghafal al quran, banyak sekali keutamaan baik di dunia maupun di akhirat bagi orang yang menghafal Al-Quran, sayang tak banyak anak-anak yang mau menghafal dengan berbagai alasan. BACA JUGA Cucuku, Lihatlah Keranjangnya Menghafal Quran bukanlah hal yang mudah. Tapi juga tidak susah bila niat dengan tulus dan mempunyai keinginan dan berusaha dengan semaksimal mungkin. Dengan menghafal, otak kanan akan terbiasa berpikir dengan detail, dan fokus. Karena menghafal Quran tidak dapat dilakukan dengan sembarangan harus benar sepenuhnya benar bacaan baik tanda baca maupun panjang pendeknya. Tidak ada yang tahu pasti bila tidak mempraktekanya karena Kenikmatan menghafal Al-Qur’an dan keistimewaannya tidak akan bisa dirasakan kecuali bagi mereka yang telah menghafalnya, tapi Satu hal yang pasti Allah selalu memberikan jalan kemudahan bagi setiap hambanya yang mau bersungguh-sungguh dan melakukan ibadah di jalanya. Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang. Menurut penelitian membaca Al Qur’an sehabis maghrib dan subuh dapat meningkatkan kecerdasan otak sampai 80 % , karena di sana ada pergantian dari siang ke malam dan dari malam kesiang hari di samping itu ada tiga aktifitas sekaligus , membaca , melihat dan mendengar . “Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Alqur’an”. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. BACA JUGA Muslim yang Tak Baca Quran Itu Ibarat … Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Alquran memengaruhi kecerdasan spiritual SQ. Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila dibacakan Alquran, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” [] SUMBER

Ayat51 Ayat ini menerangkan bahwa Allah membinasakan orang-orang yang sama dengan mereka, yaitu umat-umat yang mendustakan para nabi pada zaman lampau, mereka telah hancur karena pembangkangannya. Peristiwa-peristiwa itu hendaknya menjadi pelajaran bagi kaum kafir Mekah dan bagi siapa saja sesudah mereka beriman.

Manusia merupakan makhluk yang paling cerdas dari makhluk yang lain di bumi ini. Tak satu pun dari spesies dan genus yang ada di bumi menyamai kecerdasan yang dimiliki oleh manusia. Kecerdasan sendiri merupakan sesuatu yang harus disyukuri oleh manusia dan dimanfaatkan dengan baik serta benar. Karena kecerdasan adalah salah satu wujud dari anugerah Allah yang sangat berharga, yang diberikan kepada hambanya. Dan kecerdasan tertinggi adalah kecerdasan spiritual, karena kecerdasan spiritual mampu menjembatani antara kecerdasan intelektual dan juga kecerdasan emosional. Sehingga dalam tulisan ini akan dibahas lebih mendalam mengenai kecerdasan spiritual. Potensi Kecerdasan Manusia Ketika manusia lahir ia telah dianugerahi oleh Allah SAW berbagai instrumen untuk menjalani dan mengembangkan kehidupannya di bumi ini. Seperti instink gharizah, indra, akal kecerdasan dan nurani kalbu. Tetapi ia belum memiliki pengetahuan apa-apa dalam arti kognitif, kecuali potensi-potensi yang siap diaktualisasikan dengan instrumen tersebut. Dan dengan potensi-potensi itu manusia mampu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan personal, sosial maupun lingkungan alam. Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia di awal kehidupannya adalah sama, semua bermula dari nol. Dan dengan alat indra yang diberikan oleh Allah sebagai wujud dari salah satu anugerahnya manusia dapat menyerap serta menerima informasi yang didapatkan dari alat indra tersebut. Yang kemudian informasi itu diaktualisasikan ke dalam memorinya sehingga menjadi sebuah pengetahuan yang digunakan oleh manusia dalam kehidupannya. Sebagaimana firman Allah dalam surah an-Nahl ayat 78, dengan beberapa penafsiran para mufasir. وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا ۙ وَّجَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَ فْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ 78 Artinya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” QS. An-Nahl 16 Ayat 78 Penafsiran Ayat Pada Tafsir Adwa’ al-Bayan fi Idah Al-Qur’an bil-Qur’an dijelaskan bahwa Allah mengeluarkan anak-anak Adam dari perut ibu mereka yang tidak tahu apa-apa. Dan Allah menjadikan bagi mereka telinga, mata, dan hati. Supaya mereka bersyukur atas berkahnya. Tetapi kebanyakan dari mereka tidak bersyukur. Sedangkan dalam Tafsir al-Kabir juga dijelaskan bahwa jiwa manusia ada dalam prinsip penciptaan tanpa semua ilmu atau tanpa mengetaui pengetahuan apapun, kecuali Allah menciptakan pendengaran dan penglihatan. Dan kemunculan indra ini menjadi alasan bagi jiwa manusia, untuk berpindah dari ketidaktahuan ke pengetahuan. Allah menciptakan pendengaran untuk manusia supaya manusia dapat mendengarkan nasihat Allah, penglihatan untuk melihat tanda-tanda Allah, dan hati sebagai pengetahuan yang sejati. Pada ayat tersebut Sya’rawi juga menafsirkan bahwa pendengaran disebutkan terlebih dahulu setelah itu baru penglihatan dan pemahaman. Karena diawal kehidupan manusia pada saat persalinan, indra pendengaranlah yang paling pertama berfungsi. Kemudian setelah sekitar sepuluh hari barulah menyusul penglihatan. Dan dari penginderaan diperoleh sebuah informasi pengetahuan yang tersusun dalam memori yang dikenal dengan pemahaman Transformasi Ilmu Pengetahuan Indra-indra tersebutlah yang menjadi penyumbang terbesar dalam transformasi ilmu pengetahuan. Mata dan telinga mempunyai peran paling besar dalam mengantarkan informasi ke dalam memori manusia, sehingga dapat menjadi serangkaian pengetahuan. Melalui sensasi penginderaan, persepsi, dan berpikir manusia memiliki pengalaman dan pengetahuan yang digunakan untuk mengambil keputusan dan mengatasi persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa potensi itu sudah dibawa sejak lahir. Adanya jaringan otak di dalam kepala, berbagai instrumen Indra, dan seluruh perangkatnya telah diciptakan Allah sejak di dalam rahim ibu. Meskipun pada saat itu belum fungsional, dan jaringan otak merupakan instrumen yang paling dominan dalam pembentukan kecerdasan. Maka fungsionalisasi dari instrumen itu disebut sebagi akal. Kecerdasan intelektual memang menentukan keberhasilan seseorang. Akan tetapi, sebenarnya ada kecerdasan lain yang lebih penting yaitu kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Kecerdasan spiritual pertama kali digagas oleh Zohar dan Marshal. Mereka mengemukakan hasil riset dari para ahli psikologi maupun saraf mengenai eksistensi titik Tuhan’ yang dikenal dengan istilah God Spot. God Spot merupakan pusat spiritual yang terletak di bagian depan otak manusia, sehingga setiap manusia sudah pasti memilikinya. Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan manusia dalam melakukan sesuatu dengan penuh kesadaran sesuai dengan nilai-nilai arif yang telah dituntunkan oleh Allah. Sehingga manusia dapat memaknai hidupnya serta mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya. Kecerdasan spiritual berkaitan erat dengan kejiwaan manusia dan agama juga sangat erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Sehingga jika pemeluk agama yang taat mampu dalam memaknai kehidupannya, dengan itu jiwanya akan merasakan sebuah kebahagiaan. Dan orang yang jiwanya merasakan sebuah kebahagiaan maka ia dikatakan sebagai orang yang memiliki kecerdasan spiritual. Dalam sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli di bidang Neurologi ilmu tentang saraf bahwa kecerdasan spiritual mempunyai tempat di dalam otak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam otak manusia terdapat bagian yang mampu mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, dalam mengenal serta berhubungan dengan Allah. Nabi Muhammad mengatakan bahwa setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Dan sebagian ulama memaknai fitrah sebagai kecenderungan untuk bertauhid. Maka dapat dipahami bahwa memang sudah dari sananya dalam diri manusia di desain oleh Allah untuk mengenalnya, fitrah untuk mengenal Allah tidak dapat diingkari. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual mempunyai peran yang sangat penting karena kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang tertinggi dari kecerdasan-kecerdasan yang lain. Sehingga dikatakan sebagai kecerdasan yang tertinggi. Karena kecerdasan ini dapat mewujudkan kedamaian hakiki, mengajak manusia memaknai hidup. Kemudian meraih kebahagiaan sejati yang membuat jiwa dan hati manusia menjadi bahagia, tenteram dan penuh dengan kedamaian. Peran penting dari kecerdasan spiritual yaitu mampu mengungkap segi parenial yang abadi, spiritual, dan yang fitrah dalam struktur kecerdasan manusia. Juga dapat membimbing manusia dalam memperoleh kedamaian dan juga kebahagiaan spiritual yang hakiki dalam kehidupan ini, dan kecerdasan spiritual juga dapat menyentuh segi spiritual karena menyajikan beragam pengalaman spiritual. Penyunting Ahmed Zaranggi

Ayatayat tersebut di atas cukup jelas menggambarkan kepada kita bahwa faktor kecerdasan emosional ikutserta menentukan eksistensi martabat manusia di depan Tuhan. Menurut S.H.Nasr, emosi inilah yang menjadi faktor penting yang menjadikan manusia sebagai satu-satunya makhluk eksistensialis, yang bisa turun-naik derajatnya di mata Tuhan.

Kecerdasan emosional merupakan faktor yang menentukan langkah hidup seseorang sehingga mengantarkan pada keunggulan hidup. Kecerdasan emosional seseorang dapat dilihat dari kemampuan mengenal emosi diri, kemampuan mengelola emosi diri dengan tepat, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain empati dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Berabad-abad sebelum kita berbicara mengenai kecerdasan emosional, nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada umatnya terkait pentingnya kecerdasan emosional. Berikut padangan ajaran Islam terkait dengan kecerdasarn sosial. Mengenali Emosi Diri Dalam Pandangan Islam Mengenali emosi diri sejatinya sama dengan mengenali diri sendiri. Untuk dapat mengenali diri dengan baik, maka terdapat dua proses yang diajarkan dalam ajaran Islam, yaitu proses muraqabah dan muhasabah. Muraqabah adalah suatu proses dalam diri manusia saat mengawasi amal perbuatannya dengan mata yang tajam. Hal ini didasarkan pada An-Nisaa [4] 1 yang berbunyi “Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” Selain itu, Rasulullah SAW bersabda bahwa hendaknya umat muslim senantiasa mengawasi amal perbuatan diri sebagaimana hadits Abu Nu’aim berikut “Beribadahlah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, sekalipun kamu tidak melihat-Nya tetapi Dia melihatmu.” Proses kesadaran diri yang kedua adalah muhasabah. Muhasabah adalah menilai dan menimbang kebaikan serta keburukan yang telah diperbuat oleh diri. Hal ini menjadi ladang koreksi diri untuk memperbaiki amal ibadah di masa depan. Koreksi diri ini didasarkan pada ayat berikut ini “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Hasyr [59] 18 Al Hasan bin Ali ra pernah berkata “Orang mukmin selalu mengevaluasi dirinya, ia menghisabnya karena Allah. Hisab akan menjadi ringan bagi orang- orang yang telah menghisab diri mereka di dunia dan akan menjadi berat pada hari kiamat bagi orang-orang yang mengambil perkara ini tanpa muhasabah.” Proses muraqabah dan muhasabah merupakan bagian penting dalam hidup seorang muslim. Dengan alat inilah, seseorang mengetahui sejauhmana kebaikan dan keburukan yang telah ia perbuat, batas kemampuan dirinya dan menjadi tolok ukur diri dalam menentukan rekonstruksi amal ibadahnya di masa didepan. Mengelola Emosi Diri Dalam Pandangan Islam Dalam ajaran Islam, kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri disebut sabar. Orang yang paling sabar adalah orang yang paling tinggi dalam kecerdasan emosionalnya. Ia biasanya tabah dalam menghadapi kesulitan. Ketika belajar orang ini tekun. Ia berhasil mengatasi berbagai gangguan dan tidak memperturutkan emosinya. Ia dapat mengendalikan emosinya. Kemampuan bersikap tenang dan memiliki kejernihan emosi berkaitan dengan kemampuan mereka meregulasikan emosi. Ibadah yang dilakukan oleh para hafidz untuk mengendalikan emosi yang dirasakan sehingga memperoleh kembali ketenangan, diantaranya adalah membaca Al-Qur’an, mengingat Allah dzikir dan shalat. Ketika manusia merasakan gejolak emosi di dalam dirinya, Al-Qur’an menganjurkan manusia untuk mengendalikan emosi yang dirasakan. Sesungguhnya cara terbaik mengontrol diri adalah dengan mengingat Allah SWT. Hal ini sesuai dengan Q. S. Ar-Rad [13] 28 yang berbunyi “Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” Motivasi Diri Dalam Ajaran Islam Motivasi adalah kecerdasan untuk menggunakan hasrat kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi. Dalam Islam, ibadah merupakan motivasi utama manusia dalam berperilaku. Hal ini dikarenakan sesungguhnya manusia tidak lain diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah SWT telah mewahyukan hal ini dalam Adz- Dzaariyat [51] 56 yang berbunyi ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Selain itu Allah SWT juga berfirman bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia tidak lain untuk beribadah karena Allah SWT ”Katakanlah Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” Al-An’aam [6] 162 Al-Qur’an memiliki banyak sekali kandungan ayat-ayat yang mendorong manusia untuk beribadah dan melakukan perbuatan baik sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat menjadi sumber inspirasi kaum muslimin untuk melakukan ibadah dan terus memotivasi diri untuk berkarya di jalan Allah SWT. Meskipun Allah telah menentukan takdir seseorang, namun Allah tidak memerintah manusia berdiam diri menunggu takdir ditetapkan baginya. Allah memerintah manusia untuk berusaha mencari nafkah dan berusaha terus menerus memperbaiki dirinya. Allah SWT menyatakan dalam firman-Nya ”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ar-Ra’d [13] 11 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” Al-Qashash [28] 77 Al-Qur’an juga memerintahkan kepada umat manusia untuk terus termotivasi untuk melakukan aktivitas kebaikan. Manusia harus memotivasi diri untuk melakukan kebaikan dengan tetap meniatkan perbuatannya karena Allah semata. Hal ini sesuai dengan wahyu Allah dalam Q. S. Al-Maidah [5] 48 yang menyatakan “Maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali semuanya…” Mengenali Emosi Orang Lain Empati Dalam Pandangan Islam empati merupakan kemampuan untuk merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perpektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyeleraskan diri dengan bermacam- macam orang. Dalam pandangan Islam, Allah SWT menganjurkan pada kaum beriman untuk saling menyebarkan kasih sayang dan saling menghibur dikala duka dengan pesan sabar. Hal ini sesuai dengan ayat dibawah ini ”Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” Al-Balad [90] 17 ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” Maryam [19] 96 Dalam berkasih sayang, Rasulullah juga menganjurkan kepada kaum muslimin untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain layaknya mereka dalam satu ini hadits yang diriwayatkan Muslim dan Ahmad yang menyatakan hal tersebut ”Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling rasa cinta dan kasih sayang mereka adalah seperti satu tubuh yang apabila ada salah satu anggotanya yang mengeluh sakit, maka anggota-anggota tubuh lainnya ikut merasa sakit.” Anjuran diatas sesungguhnya merupakan nasihat kepada manusia untuk berempati saat berhubungan dengan orang lain. Selain itu banyak ayat dalam Al- Qur’an yang memerintahkan diri manusia untuk saling mengenal dan menjaga silaturahim. ”Dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ” An-Nisaa’ [4] 1 Membina Hubungan Dengan Orang Lain Menurut Pandangan Islam Membina hubungan dengan orang lain atau biasa disebut keterampilan sosial merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berinteraksi dengan lancar; menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerjasama dalam kelompok. Sesungguhnya Islam merupakan agama yang menekankan pentingnya kehidupan sosial. Pada dasarnya ajaran Islam mengajarkan manusia untuk melakukan segala sesuatu demi kesejahteraan bersama, bukan pribadi semata. Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasihati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kesamaan derajat egaliter, tenggang rasa dan kebersamaan. Bahkan dalam Islam, Allah menilai ibadah yang dilakukan secara berjamaah atau bersama- sama dengan orang lain nilainya lebih tinggi daripada shalat yang dilakukan perorangan, dengan perbandingan 27 derajat. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menganjurkan untuk menjaga hubungan sosial dengan baik, salah satunya dengan membangun kekompakan dan kerjasama dalam kebaikan didalamnya. ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa.” Al-Maa’idah [5] 2 ”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” Ali-Imran [3] 103 ”Orang mukmin bagi mukmin yang lain seperti bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” HR. Bukhari dan Muslim Al-Qur’an juga memerintah manusia untuk menebarkan kebajikan, menyelesaikan pertikaian dan menjalin kasih sayang diantara sesama manusia. Hal ini sesuai dengan Q. S. An-Nisa [4] 114 yang berbunyi “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” Mengadakan perdamaian sangat dianjurkan oleh ajaran Islam sehingga dikatakan dapat menjauhi seseorang dari api neraka sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi. Masih banyak adab-adab yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam menjaga hubungan sosial. Namun pada dasarnya ketika berhubungan dengan orang lain hendaknya memperlakukan mereka sebagaimana kita hendak diperlakukan. Hal ini didasarkan pada hadits Muslim yang menyatakan bahwa “Siapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan masuk surga, maka hendaklah dia mati dalam keadaan bersaksi tiada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan hendaklah memperlakukan orang dengan apa yang disukainya untuk diperlakukan terhadap dirinya.”
Keduaayat di atas mengandung pelajaran tentang bagaimana cara mengembangkan kecerdasan emosional. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa dengan sabar dan shalat akan menghilangkan sifat-sifat pemalsuan, takabbur, dan keras hati.
TANYA Benarkah Jika seseorang menghafalkan Alquran a bisa menjadikannya semakin cerdas dan pandai? an apabila jawabannya “tidak”, bagaimana cara agar semakin cerdas di sela–sela belajar dan memelajari hal–hal tentang syariat Islam yang bersumber dari Alquran? JAWAB Menumbuhkan kepandaian bagi manusia merupakan salah satu spesialisasi keilmuan dan pembelajaran kejiwaan yang dilakukan di setiap perguruan tinggi, universitas, lembaga-lembaga pendidikan dan pusat-pusat penelitian. Memiliki kecerdasan yang tinggi merupakan cita-cita bersama bagi kebanyakan para ilmuwan dan peneliti, yang mereka mengerahkan segala potensi dan kemampuan untuk melakukan studi intensif dan penelitian khusus untuk kemajuan hidup manusia. BACA JUGA Baru Berusia 4 Tahun, Noor Makki Hafal Quran beserta Nomor dan Posisi Ayatnya Adapun anggapan hubungan menghafal Alquran dengan bertambahnya kecerdasan bagi penghafal Alquran haruslah disandarkan kepada penelitian ilmiah dan studi intensif yang akurat, yang ujicobanya diberlakukan pada sasaran tertentu dari salah satu mahasiswa tahfizul Quran, lalu dilakukan pemeriksaan tingkat kepandaiannya sebelum dan sesudah menghafal Alquran. Dan yang tentu saja tingkat ketelitiannya sesuai dengan standarisasi tingkat dunia, kemudian dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memiliki kesibukan menghafal Alquran dengan memperhatikan perbedaan umur dan jenjang pendidikan, lalu hasil dari itu semua merupakan sebuah keputusan yang autentik. Sehingga tatkala kita berbincang dengan banyak kalangan maka perbincangan itu bukan hanya anggapan belaka namun berdasarkan bukti penelitian yang nyata dan jelas, dan kita tidak mengambil hukum berdasarkan sentimentil perasaan. Kita pun juga sudah mendengar bahwa di Al Azhar As Syarif mengadakan penelitian khusus terhadap perkara ini namun sampai sekarang belum ada hasil dan keputusan yang bisa kita jadikan sabagai bahan acuan. Akan tetapi cukuplah bagi kita di sini untuk mengungkapkan bahwasannya menghafal Alquran dan membacanya merupakan sebab terbesar terhadap kejernihan dan kesucian hati dan juga sebab terbesar bagi keberkahan seorang hamba, dan di sini kita bisa mengambil isyarat dari beberapa ketentuan- ketentuan berikut Pertama; Menghafal Alquran merupakan cahaya dari Allah Ta’ala yang ditanamkan kedalam hati hambanya, dan cukuplah apa yang dikabarkan dari Nab SAW “Bahwasannya pembaca Al Qur’an bagaikan buah limau yang rasanya lezat dan juga harum baunya” HR Bukhari dan Muslim dan dari Ibnu Abbas ra ia berkata, Rasulullah SAW bersabda إِنَّ الَّذِي لَيْسَ فِي جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنَ القُرْآنِ كَالبَيْتِ الخَرِبِ رواه الترمذي 2913 وقال حسن صحيح . وصححه الألباني في ” صحيح الترمذي “ “Sesungguhnya seseorang yang didalam hatinya kosong dari Al Qur’an maka ia bagaikan rumah yang roboh atau runtuh “ HR Turmudzi dan ia mengatakan Hadits Hasan Shahih. Dan di Shahihkan oleh Albani dalam “Shahih at Turmudzi” BACA JUGA 10 Keutamaan Penghafal Quran Kedua; Menghafal Alquran merupakan sarana untuk tadabbur, berfikir dan berangan-angan tentang Alquran, dan ia merupakan cara terpenting dalam memperoleh pemahaman agama, serta menjadi cerdas dan peka akan hal–hal yang diridhai lalu kemudian diikuti, dan letak hal–hal yang dibenci lalu ditinggalkan. Ketiga; Alquran al Karim salah satu penyebab kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman seorang hamba di dunia dan akhirat, dan menumbuhkan kecerdasan dan kejeniusan yang tidak mungkin dicapai oleh hati yang lalai yang dipenuhi kesedihan dan kekotoran. Keempat; Mengambil ibrah dari para cendekiawan dunia pada dekade awal islam, para penghafal kitab Allah dan Sunnah Rasulnya kita bisa menengok para mufassir agung seperti At Thobari, Al Qurthubi, Ibnu Katsir, Ar Roozi, Ibnu Taimiyyah dan yang lain- lainnya, yang ini membuktikan kepada kita betapa mereka adalah seagung- agung dalil atau atas pengaruh hafalan Alquran pada kejeniusan pikiran. Kelima; Menghafal Al Qur’an Al karim pada hakikatnya adalah membaca dan menelaah secara intensif, banyak para pakar modern ini sepakat bahwa membaca merupakan unsur terpenting dalam menambah kecerdasan bagi para penuntut ilmu, maka bagaimana jika bacaan yang dibaca adalah kalam atau ucapan yang paling mulia, paling baik dan paling suci. Wallahu A’lam. [] SUMBER ISLAMQA

Haltersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Psikoterapi dan Konseling Islam di Malaysia di akhir tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur'an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.

Pendidikan kecerdasan spiritual Al-Qur’an Surah Al-Muzzammil Ayat 6-10 - Walisongo Repository URGENSI KECERDASAN SPIRITUAL – Pesantren Wirausaha SMPIT-SMAIT NURUL ISLAM SIDOARJO Agar Pikiran Makin Tajam, Ini 5 Amalan dalam Agama Islam yang Bisa Mencerdaskan PERPUS TAKA AN Cara Menghafal Al Qur’an Menggunakan Otak Kanan KECERDASAN DALAM PANDANGAN AL-QU’RAN KORELASI PEMAHAMAN AL-QUR AN DENGAN KECERDASAN SISWA KELAS XI PUTERI DI MADRASAH ALIYAH AR-RISALAH KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG SKRIPSI - PDF Free Download Pendidikan kecerdasan spiritual Al-Qur’an Surah Al-Muzzammil Ayat 6-10 - Walisongo Repository 1 ABSTRAK Tulisan ini berjudul “Peran Orang Tua dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak usia 3-14 Tahun”. Kecerdasan spiritu Pendidikan kecerdasan spiritual dalam Al-qur’an surat Al-Muzzammil ayat 1-8 kajian tafsir tahlili - Walisongo Repository Skripsi membina kecerdasan spritual anak DOC Kecerdasan dalam pandangan Al-Qur’an Khaerisa Affiani - Kecerdasan Manusia dan Dalil untuk Menyikapi Informasi -Fakultas Syariah Pendidikan kecerdasan spiritual Al-Qur’an Surah Al-Muzzammil Ayat 6-10 - Walisongo Repository MENINGKATKAN KECERDASAN OTAK DENGAN MEMBACA AL-QUR’AN SETELAH MAGHRIB & SUBUH - Tafsir Tarbawi Tinjauan Al-Quran Tentang Term Kecerdasan Luk luk nur mufidah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual iesq dal by at-Tajdid - issuu suara Hati - surah al alaq sebagai sarana pencerdas otak - YouTube Luk luk nur mufidah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual iesq dal by at-Tajdid - issuu KECERDASAN EMOSIONAL DALAM AL-QUR’AN 1Stephani Raihana Hamdan Abstrak Abstract Pendahuluan Semenjak Nabi Muhammad SAW menerim Baca Al-Qur’an Sesudah Maghrib dan Subuh Biasa Tingkatkan Kecerdasan Otak Hingga 80% AYAT-AYAT AL-QUR’AN DAN HADIST TENTANG PENDIDIKAN kuro ari - Surat Al-Alaq Sebagai Sarana Pencerdas Otak MULTIPLE INTELLIGENCE DALAM PEMBELAJARAN PAI AL-QUR`AN HADITS SD/MI by Jurnal Auladuna INAIFAS - issuu PDF Optimasi Kecerdasan Majemuk Sebagai Metode Menghafal Al-Qur’an Studi atas buku “Metode Ilham Menghafal al-Qur’an serasa Bermain Game” karya Lukman Hakim dan Ali Khosim PDF Lokus Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Al-Qur’an Jurnal SUHUF - Skripsi membina kecerdasan spritual anak PDF Pengaruh kebiasaan Tadabbur Al-Quran terhadap kecerdasan spiritual anggota Komunitas Tadabbur Quran" to Jurnal Psikologi Islam HALLO SOBAT PPQ Dah lama tak… - Pemuda Peduli Qur’an Facebook Tafsir ayat-ayat Al-Quran tentang Pendidikan - Coretanzone KORELASI PEMAHAMAN AL-QUR AN DENGAN KECERDASAN SISWA KELAS XI PUTERI DI MADRASAH ALIYAH AR-RISALAH KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG SKRIPSI - PDF Free Download DOC KECERDASAN BUATAN MANUSIA mas zee - Top PDF Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual dan Emosional dalam Al-Qur’an Telaah Surah Luqman Ayat 12-19 - Muslim STKIP Surya - Dahsyat, Baca al-Quran Bikin Otak Cerdas Dalam artikel Tip menambah daya ingat dan kecerdasan, pernah saya sebutkan bahwa membaca al-quran dapat meningkatkan daya ingat. Hanya saat itu saya Rahasia Orang Yahudi Pintar - Tau Nggak Sih Baca Al-Qur’an Sesudah Maghrib dan Subuh Biasa Tingkatkan Kecerdasan Otak Hingga 80% INTELIGENSI Materi presentasi Psikologi Pendidikan Oleh - ppt download Manfaat Membaca Al Qur’an untuk Kecerdasan Otak Manusia Termaktub dalam Al-Quran, Kecerdasan Burung Gagak Ajari Manusia – Jabatan Integriti Dan Pematuhan Standard KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES PERSPEKTIF AL QURAN/ HADIS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN PAI SKRIPSI Diajukan kepada Faku Menghafal Al-Qur’an menggunakan “Mesin Kecerdasan” Anda – Larasindo Peleburan Ayat-ayat Alquran sebagai Syariat Ataukah Tradisi?, “Aspirasi Keagamaan Islam Indonesia” Halaman 1 - Al-Qur’an Sandi Kecerdasan - Al Mawardi Prima Menghafal Alquran Bisa Tingkatkan Kecerdasan, Benarkah? - Islampos Kumpulan Segala Artikel Optimalkan Kecerdasan Dengan Al Qur’an Princess babyshop - Moms pasti sudah sering mendengar anjuran untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an saat hamil. Ya, selain memiliki banyak manfaat untuk sang ibu, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an pun bisa meningkatkan kecerdasan emosi √ Ayat Alquran Tentang Keutamaan Menuntut Ilmu - Pengertian Ilmu Orang Dengan Kecerdasan Lemah, Mungkinkah Bisa Menghafal Al-Qur’an? - Islampos Pengaruh kebiasaan Tadabbur Alquran terhadap kecerdasan spiritual anggota Komunitas Tadabbur Quran Jurnal Psikologi Islam Pendidikan Kecerdasan Spiritual dalam Al-Qur’an Surat Al-Luqman 27 Manfaat Menghafal Al-Qur’an bagi Kecerdasan dan Kesehatan Yayasan Asy Syaamil Bontang Inilah Rahasia Kecerdasan Surah Yaasiin Republika Online Tahukah Anda Ternyata Membaca Al Qur An Setelah Maghrib Subuh Meningkatkan Kecerdasan Otak Sampai 80 Kongsikan Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual IESQ dalam Perspektif Al-Qur’an Jurnal Pendidikan Islam Antara Al-Qur’an Dan Kecerdasan Intelektual - Islampos Pengaruh menghafal Al-Qur’an terhadap kecerdasan emosional penelitian terhadap mahasiswi rumah Al-Qur’an UIN Sunan Gunung Djati Bandung - Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung Mendengarkan Al Qur’an dapat Meningkatkan Kecerdasan Bayi RIZKI ABDILLAH Sukses Hafal Alquran Bukan Kecerdasan, Tapi Ini Kuncinya Republika Online Keunggulan Tahfidz Al-Qur’an Bagi Kecerdasan Anak بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِِ The Modern Science Membuktikan Bahwa Membaca Al Qur’an Berpengaruh Pada Kesehatan Tubuh Dan Meningkatkan Kecerdasan Bayi Kecerdasan Intelektual Dalam Islam Belajar Konsep dari Nabi Muhammad Membaca Al-Quran Dapat Meningkatkan Kecerdasan Otak Rahasia Kecerdasan Melalui Al-Qur’an - Fadhilah Kecerdasan dari Membaca Al-Qur’an Pondok Pesantren Modern Putri IMMIM Pangkep 10 Manfaat Membaca Al-Quran yang Dapat Merubah Hidup di Dunia dan Akhirat - SEKOLAH PRESTASI GLOBAL Membaca Surat Az-Zariyat, Profesor Matematika Jadi Mualaf - Ayo Bogor TARTIL ALQURAN - Untuk Kecerdasan dan Kesehatanmu - Pengaruh Irama Bacaan Alquran Untuk Shopee Indonesia 10 Manfaat Dan Keutamaan Menulis Ayat-ayat Al Quran Pondok Islami - Menebar Berkah Berbagi Manfaat HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QURAN SURAT AN-NABA' SANTRI KELAS I A MADRASAH ALIYAH PONDOK PESAN SKRIPSI SARJANA SI Oleh LUSIANA CHARLI FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG kecerdasan menurut al-Qur’an arhan65 Tahfizh Al-Qur’an dan Kecerdasan Anak - Sekolah Tahfizh Plus Khoiru Ummah Ciledug ELEMEN-ELEMEN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR’AN Telaah Terhadap Surat al-Muzzammil Ayat 1-10 dan 20 SKRIPSI Diajukan Kepa Ayat dan Hadits tentang Menuntut Ilmu - ppt download BukuTausiyahCinta sur Twitter “Manfaat memperdengarkan Al-Qur’an untuk Janin . 💠Mampu menenangkan janin . Penelitian lebih lanjut, janin berusia 48 minggu bisa memberikan respon senyuman ketika diperdengarkan lantunan ayat suci Al Quran Cita-cita Jadi Hafidz, Bocah Ini Lantunkan Ayat Al-Quran saat Kondisi Kritis MEMBACA AL-QUR’AN SETELAH MAGHRIB & SUBUH, MENINGKATKAN KECERDASAN OTAK HINGGA 80% - Rumah Quran Ihya Ul Ummah Al Quran Andi Hasad Top PDF Makna Simbolik Ayat-Ayat tentang Kiamat dan Kebangkitan dalam Al-Qur’an - xv PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MELALUI AKTIVITAS MENGHAFAL ALQUR’AN SANTRI KELAS TAHFIDZ DIPESANTREN MODERN DATOK SULAIM MENINGKATKAN KECERDASAN OTAK DENGAN MEMBACA AL-QUR’AN Dakwah Islami SIT Nurul Fajri Membaca Al-Qur’an setelah magrib dan subuh tingkatkan kecerdasan otak hingga 80 persen ELEMEN-ELEMEN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR’AN Telaah Terhadap Surat al-Muzzammil Ayat 1-10 dan 20 SKRIPSI Diajukan Kepa Fakta bahwa Alquran dapat merangsang IQ Anak ~ TKIT RAFLESIA Bahagia dengan Al-Qur’an Iman dan Kecerdasan Universitas Muhammadiyah Metro Doa Ayat Kursi untuk Meningkatkan Kecerdasan dan Mempermudah Proses Belajar Penerapan smk3 & ergonomi dalam pandangan islam PDF KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBERHASILAN SANTRI MAHASISWA DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN Besarnya Pengaruh Al-Qur’an Terhadap Otak - Islampos Tafsir Tarbawi Tinjauan Al-Quran Tentang Term Kecerdasan xv PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MELALUI AKTIVITAS MENGHAFAL ALQUR’AN SANTRI KELAS TAHFIDZ DIPESANTREN MODERN DATOK SULAIM Membaca Al-Qur’an mempengaruhi kecerdasan IQ,EQ dan SQ ? - Leading Alquran Learning Institution in Indonesia Tingkatkan Kecerdasan Anak Bisa Coba Bacakan Surah Al-quran saat dalam Kandungan Okezone Lifestyle 7 Manfaat Membaca Alquran saat Hamil, Tambah Berkah! Pengaruh Program Pembiasaan Tadarus Al Quran terhadap Kecerdasan Emosional siswa di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya Sudahkan Institusi Pendidikan Kita Mendidik Kecerdasan Spritual Siswa? – Pengurus Besar Alumni Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya PENGARUH MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN KOGNITIF SISWA MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM SOREANG MAROS Kecerdasan spiritual menurut Sa’id Ḥawwa dalam Kitab al-Asās fi al-Tafsīr - Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung Manfaat Membaca Al-Qur’an Bagi Kecerdasan - Pemuda 313 Manfaat Mendengarkan Murottal Al Qur’an Untuk Ibu Hamil Lengkap dengan Artinya, Ini Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Pendidikan

ASPEKASPEK KECERDASAN SPIRITUAL YANG TERKADUNG PADA SURAT LUQMAN AYAT 12-19 Secara etimologi kecerdasaan spiritual merupakan kecerdasan pokok dalam mendapatkan masalah-masalah makna dan nilai yang terkadung didalamnya, seingga menempatkan tindakan atau suatu jalan hidup dalam konteks yang lebih luas dan bermakna 3.Maka dari itu Kecerdasan
Perihal kecerdasan, merupakan salah satu potensi dasar yang dilimpahkan Tuhan kepada manusia. Itu tercermin dalam QS. al-Tiin ayat 4 yang tersirat bahwa Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Dalam artian, baik secara jasmani dan ruhani. Indikator lain yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna adalah pemberian mandat kekhalifahan di muka bumi. Allah memberikan mandat kepada manusia untuk memelihara dan mengkoordinir segala urusan di bumi bukan tanpa sebab. Melainkan karena Allah menyematkan potensi agung yang tidak dimiliki oleh makhluk selain manusia, termasuk malaikat. Al-Qur’an sebagai kitab dan tuntunan hidup paripurna bagi umat Islam, memberikan ruang mengenai varietas kecerdsan yang dimiliki manusia. Secara redaksional, Al-Qur’an membahasakan kemampuan berpikir manusia secara distingtif. Setidaknya terdapat 5 term dalam Al-Qur’an yang mengurai mengenai kecerdasan. Di antaranya, ta’aqqul, tafakkur, tadabbur, tafaqquh, dan tadzakkur. Apakah kelima term tersebut mencakup klasifikasi kecerdasan yang ditemukan Sains? Mari kita simak… Memahami IQ, EQ, dan SQ Kompleksitas konstruksional tersusun dalam eksistensi manusia. Kecerdasan, yang tersimbolisasi dari kemampuan berpikir manusia adalah salah satu anugerah yang terbaik se-jagat raya. Faktornya, kecerdasan bukanlah merupakan variabel tunggal yang tidak memuat varietas lainnya. Saintifikasi manusia telah menyajikan ragam jenis kecerdasan yang memenuhi eksistensi manusia secara eksklusif. Diantaranya adalah Intellegent Quotient, Emotional Quetiont, dan Spiritual Quetiont. IQ Intellegent Quotient Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kcerdasan intelegensi. Konsep IQ pertama kali diperkenalkan oleh Willian Stern. Seorang psikolog berkelahiran Jerman dalam bukunya The Psychological Methods of Testing Intelligence. Intelegensi merupakan suatu kemampuan berpikir yang primer. Cakupannya adalah kemampuan berbahasa, mengingat, rasio, matematis, dan persepsif. Intellegent Quotient menjai instrument penting bagi seseorang dalam kemampuan menyerap nilai dari satu pelajaran. Intan Fazrin, Mengembangkan Intelegensi Quotient pada anak, 36. 2. EQ Emotional Quetiont Emotional Quetiont atau kecerdasan emosional memberikan dominasi yang besar terhadap self-controlling. DanielGoleman, psikolog California yang memprakarsai kajian Emotional Quetiont, secara spekulatif menerangkan bahwa EQ merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan, memotivasi, dan memosisikan diri dalam keadaan yang tepat. Selain itu, Emotional Quetiont juga merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif bertindak untuk menghadapi seluruh aspek kehidupannya. Al. Tridhonanti, Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional, 100. 3. SQ Spiritual Quotient Awal abad ke-20, IQ menjadi isu besar dalam ranah intelektual. Setelah itu Daniel Goleman memumunculkan gagasan EQ-nya pada tahun 1900-an, sebagai bentuk respo atas lahirnya gagasan IQ. Sedangkan pada akhir abad 20-an, Danah Zohar dan Ian Marshal mempresentasikan varietas kecerdasan baru, yaitu Spiritual Quotient. Yang merupakan kemampuan jiwa untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan sisi positif dan mampu memberikan makna spiritual dalam setiap perbuatan. Secara orientatif, kecerdasan spiritual mengarahkan seseorang menuju puncak kesadaran jati dirinya sebagai manusia Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ Kecerdasan Spiritual, 3. Intelegent Quetiont dalam Tinjauan Al-Qur’an Dalam al-Qur’an termuat varietas terma tentang memperdayakan akal. Konteks intelegensi dalam ranah keberfikiran yang disimbolisasi dengan kemampuan menyerap pelajaran serta memberikan ulasannya. Selain itu, terdapat juga indikasi kemampuan logis dan scientic dalam konteks intelegensi. Term ta’aqqul dalam Al-Qur’an memberikan implikasi tentang pengoptimalan daya pikir intelektual. Oemar Hamalik, dalam bukunya Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, menyebutkan bahwa ta’aqqul merupakan sistemasi berpikir logis yang memiliki kapabilitas dalam penguasaan materi serta memberikan penjelasannya. Term ta’aqqul, salah satunyatermaktub dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah 242, Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, 121. كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ ࣖ Emotional Quetiont dalam Tinjuan Al-Qur’an Emotional Quetiont erat kaitannya dengan self-control. Selain itu juga memiliki kepekaan sosial tinggi sehingga mampu mengimplementasikan tindakannya secara kolektif. Hal tersebut sesuai dengan term dalam Al-Qur’an yang mengindikasikan kemampuan kognitif manusia atau kemampuan dalam ranah psikologis, yaitu tafakkur atau al-Fikr. Aspek kejiwaan yang tercakup dalam term al-Fikr yaitu aspek afektif rasa, dan psikomotoris karsa. Pada dasarnya, fungsi kognitif pada manusia ini menjadi penggerak serta pengontrol tindakan manusia. Kemampuan mengntrol diri ini menjadik diferensiasi antara manusia dan hewan. Secara lahiriah, hewan tidak memiliki keampuan kognitif untuk mengontrol dirinya, ehingga bisa dikatakan hewan tidak memiliki emotional quetiont sebagaimana yang dimiliki oleh manusia Yusuf Qardawi, al-Aql Wa al-Ilm fi al-Qur’an al-Karim, 41. Lafadz tafakkur dalam Al-Qur’an termaktub dalam QS. al-Hasyr ayat 21 لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ Artinya “Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” Selain tafakkur, indikasi lain yang memuat aspek-aspek emotional dalam terma keberfikiran adalah lafad tadabbur, yang terdapat dalam QS. al-Nisa’ ayat 82, اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا Artinya “Maka tidakkah mereka menghayati mendalami Al-Qur’an? Sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari Altlah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.” Dalam Tafsir al-Misbah, karya M. Quraish Shibah, dijelaskan bahwa untuk memahami al-Qur’an butuh perhatian yang besar sehingga tidak terjermbap dalam kesalahan pemahaman. Bisa disimpulkan bahwa tadabbur disini memuat kemampuan mempelajari dengan cermat dan teliti. Seseoang yang cermat memiliki kemampuan yang bertahap, yaitu receiving, responding, valuing, organizing, dan characterizing. Kelima tahapan diatas, merupakan indicator utama dalam pembentukan karakter seseorang Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 54-57. Spiritual Quotient dalam Al-Qur’an Kecerdasan spiritual, sebagaimana diterangkan di atas, bertendensi kepada pemahaman keagamaan. Dalam artian, seseorang mampu bertindak dengan latar belakang pemahaman keagamaan. Dalam AL-Qur’an, terdapat 2 term yang mengindikasikan nilai-nilai spiritualitas, yakni tafaqquh dan tadzakkur. Tafaqquh berasal dari kata al-fiqhu yang dimaknai oleh Al-Raghib al-Ashfahani sebagai upaya mengetahui yang abstrak dengan pengetahuan yang konkret. Dalam satu literature terdapat suatu pengistilahan, “Tiap-tiap sesuatu itu memiliki tiang, dan tiang agama islam adalah al-Fiqhu”. Secara garis besar, upaya untuk memahami Islam, diupayaka dengan proses tafaqquh di dalamnya M. Dhuha Abdul Jabar dan N. Burhanuddin, Ensiklpoedi Makna Al-Qur’an, 513. Sedangkan tadzakkur, terbentuk dari kata dzkir, yang artinya mengingat. Said bin Jubair, mengartikan dzikr dengan ketaatan kepada Tuhan sehingga selalu mengingat-Nya. Hamka juga menambahkan bahwa kemampuan tadzakkur merupakan kemampuan mengingat terhadap materi dengan berlandaskan keimanan. Agus Nur Qowim, Tinjauan Al-Qur’an Tentang Term Kecerdasan, 130. Kesimpulan al-Qur’an shaalihun li kulli zaman wa makaan. Mungkin kalimat tersebut yang sesuai untuk menutup tulisan ini. Faktornya, al-Qur’an selalu memberikan gambaran-gambaran autentik dan relevan dengan temuan-temuan ilmiah yang terbaru. Penyunting Ahmed Zaranggi
kecerdasaanemosional dapat terlihat dalam sikap seseorang; pertama adalah istiqamah yaitu dengan cara teguh pendirian terhadap jalan-jalan yang telah ditetapkan Allah Swt, serta tidak mengurangi atau mengabaikan, dan melampaui batas terhadap ajaran-ajaran tersebut. Kedua yaitu rendah hati yaitu mereka berjalan dengan tenang,
KECERDASAN MENURUT AL-QURAN Abdur Rokhim Hasan Pendahuluan Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna At-Tin 5. Secara fisik, manusia memiliki struktur tubuh yang sangat sempurna, ditambah lagi dengan pemberian akal, maka ia adalah makhluk jasadiyah dan ruhaniyah. Akal yang dianugrahkan kepada manusia memiliki tingkatan kecerdasan yang berbeda-beda. Banyak orang meyakini bahwa orang yang cerdas adalah orang yang memiliki kemampuan Intelligence Quotient IQ yang tinggi, namun pada kenyataannya, tidak semua orang yang memiliki kemampuan IQ yang tinggi itu memiliki kemampuan adaptasi, sosialisi, pengendalian emosi, dan kemampuan spiritual. Banyak orang yang memiliki kecerdasan IQ, namun ia tidak memiliki kemampuan untuk bergaul, bersosialisai dan membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Banyak juga orang yang memiliki kemampuan IQ, tapi ia tidak memiliki kecerdasan dalam melakukan hal-hal yang dapat menentukan kebehasilannya di masa depan, prioritas-prioritas apa yang mesti dilakukan untuk menuju sukses dirinya. Pada tahun 2004 Tes IQ menjadi tren di SD-SD di berbagai kota besar. Untuk meningkatkan “gengsi”, sekolah ramai-ramai menyeleksi anak-anak yang hendak masuk sekolah dengan tes IQ . Mereka berteori bahwa sekolah yang baik adalah jika para siswanya pintar-pintar, dan siswa yang pintar itu jika IQ-nya di atas rata-rata. Karena itulah mereka menyelenggarakan tes IQ. Meskipun mereka kurang begitu memahami kerangka landasan teoretis dan filosofisnya; untuk apa tes IQ itu, apa kelemahan dan kelebihannya, dan kapan semestinya hal itu dilakukan [1]. Dalam pendahuluan bukunya, Revolusi IQ/EQ/SQ, Taufik Pasiak mengungkapkan bahwa di antara dokter yang lulus tepat waktu 6,5 – 7 tahan dengan Indek Prestasi Komulatif IPK di atas 3,0 merupakan dokter-dokter yang gagal, baik sebagai kepala Puskesmas maupun dokter praktik swasta. Ketika menjadi kepala Puskesmas, mereka menjadi pemimpin yang gagal. Ketika membuka praktik, mereka kekurangan pasien, sementara kawan-kawan mereka hampir drop out karena terlalu lama sekolah juga dengan IPK biasa, justru menjadi dokter-dokter yang berhasil ketika bekerja di lingkungan masyarakat. Di antaranya bahkan menjadi dokter teladan [2]. Intelligence Quotient IQ telah memonopoli teori kecerdasan. Kecerdasan seseorang hanya diukur lewat hasil tes inteligensi, yang logis-matematis, kuantitatif dan linear. Akibatnya, sisi-sisi kecerdasan manusia yang lainnya terabaikan. Hegemoni teori kecerdasan IQ memang tidak terlepas dari latar belakang historis, ilmiah, dan kultural. Secara historis, teori kecerdasan IQ memang merupakan teori kecerdasan pertama dan sudah berumur 200 tahun lebih, yang dimulai dari Frenologi Gall[3]. Pada awalnya, dikenal bahwa kecerdasan seseorang adalah mereka yang memilki kualitas IQ yang sangat tinggi, Hal demikian tidaklah salah karena pada awal sejarah perkembangannya, untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang adalah dengan mengetahui IQ nya. Orang yang pertama kali berpikir mengenai mungkinnya dilakukan pengukuran intelegensi atau kecerdasan adalah Galton, sepupu Darwin. Hal yang mendorongnya untuk memiliki pemikiran demikian adalah karena Galton tertarik pada perbedaan-perbedaan individual dan pada hubungan antara hereditas dan kemampuan mental. Menurut Galton ada dua kualitas umum yang dapat membedakan antara orang yang lebih cerdas more intelligent dari orang yang kurang cerdas less intelligent yaitu energi dan sensitivitas. Menurutnya, orang cerdas itu memiliki tingkat energi yang istimewa dan sensitivitas terhadap rangsangan di sekitarnya. Mengacu kepada kesimpulan Howard Gardner, temuan-temuan ilmiah bagi perkembangan teori kecedasan manusia, sesungguhnya juga sudah lama ditemukan oleh saintis, terutama neuro-saintis. Sampai akhirnya Howard Gardner yang dengan sangat serius menstudinya, dan ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa kecerdasan manusia itu tidak tunggal, tapi majmuk, bahkan tak terbatas. Belakangan teori kecerdasan Howard Gardner ini dikenal dengan Multiple Intelligence Kecerdasan Majmuk ya’ni Linguistic Intelligence Kecerdasan Bahasa Logico-Mathematical Intelligence Kecerdasan Logis-Matematis; Visual-Spatial Intelligence Kecerdasan Visual-Spasial; Bodily-Kinesthetic Intelligence Kecerdasan Kinestetik; Musical Intelligence Kecerdasan Musik; Interpersonal Intelligence Kescerdasan Antarpribadi; Intrapersonal Intelligence Kecerdasan Intrapesonal; dan Natural Intelligence Kecerdasan Natural[4]. Melalui makalah ini, Penulis ingin mengungkap sesungguhnya kecerdasan macam apakah yang dikehendaki oleh al-Qur’an. Pengertian Kecerdasan Kecerdasan didefinisikan bermacam-macam. Para ahli, termasuk para psikolog, tidak sepakat dalam mendefinisikan apa itu kecerdasan. Bukan saja karena definisi kecerdasan itu berkembang, sejalan dengan perkembangan ilmiah menyangkut studi kecerdasan dan sains-sains yang berkaitan dengan otak manusia, seperti neurologi, neurobiologi atau neurosains dan penekanannya. Tetapi juga karena penekanan definisi kecerdasan tersebut, sudah barang tentu akan sangat bergantung, pertama, pada pandangan dunia filsafat manusia, dan filsafat ilmu yang mendasarinya. Kedua, bergantung pada teori kecerdasan itu sendiri. Sebagai contoh, teori kecerdasan IQ sudah barangtentu akan berbeda dengan teori Emosioal Intelligence IQ dan Spiritual Quotient SQ dalam mendefinisikan kecerdasan. Namun demikian, semakin tak terbantahkan bahwa teori IQ semakin tergugat dan dipandang memiliki seperangkat kelemahan, baik dalam arti ilmiah maupun metodologis. Walaupun para ahli tidak sepakat dalam mendefinisikan apa itu kecerdasan. Bahkan menurut Morgan sebagaimana dikutip oleh Agus Efendi, kecerdasan itu sulit didefinisikan, namun penulis menghadirkan definisi kecerdasan yang mungkin bisa mewakili dari sekian banyak definisi. Menurut Howard Gordner definisi kecerdasan sebagaimana dikutip oleh Agus Efendi, adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan menurut Alfred binet dan Theodore Simon, kecerdasan terdiri dari tiga komponen 1 kemampuan mengarahkan pikiran dan atau tindakan, 2 kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut telah dilakukan, dan 3 kemampuan mengkritik diri sendiri[5]. Definisi kecerdasan lain adalah definisi kecerdasan dari Piaget, Menurut William H. Calvin, dalam bukunya How Brain Thinks Bagaimana otak berfikir?, Piaget mengatakan, “Intelligence is what you use when you don’t know what to do” Kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus dilakukan.” Sehingga menurut Calvin, seseorang itu dikatakan smart jika ia terampil dalam menemukan jawaban yang benar untuk masalah pilihan hidup. Sedang menurut Sternberg, 65 tahun setelah simposium Journal Psikologi Pertama, 24 orang ahli diminta untuk mengajukan definisi kecerdasan, mereka mengaitkan kecerdasan tersebut dengan tema belajar dari pengalaman dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Lebih dari para ahli sebelumnya, mereka menekankan pengertian kecerdasan pada peranan metakognisi- pemahaman orang dan kontrol atas proses berpikir mereka seperti selama melakukan pemecahan masalah, penalaran, dan pembuatan keputusan dan lebih menekankan pada peranan budaya. Seseorang yang dipandang cerdas dalam sebuah budaya boleh jadi dipandang bodoh dalam budaya yang lain[6]. Begitulan, banyanya definisi kecerdasan, sesuai dengan banyaknya jenis-jenis kecerdasan itu sendiri. Dalam literatur Islam ada beberapa kata yang apabila ditinjau dari pengertian etimologi memiliki makna yang sama atau dekat dengan kecerdasan, antara lain Al-fathanah atau al-fithnah, yang artinya cerdas, juga memiliki makna sama dengan al-fahm paham lawan dari al-ghabawah bodoh[7]. Adz-dzaka’ yang berarti hiddah al-fuad wa sur’ah al-fithnah tajamnya pemahaman hati dan cepat paham[8]. Ibn Hilal al-Askari membedakan antara al-fithnah dan adz-dzaka’, bahwa adz-dzaka’ adalah tamam al-fithnah[9] kecedasan yang sempurna. Al-hadzaqah , di dalam kamus Lisan al-Arab, al-hadzaqah diberi ma’na al-Maharah fi kull amal mahir dalam segala pekerjaan[10]. An-Nubl dan an-Najabah, menurut Ibn Mandzur an-Nubl artinya sama dengan adz-dzaka’ dan an-najabah ya’ni cerdas[11]. An-Najabah, berarti cerdas. Al-Kayyis, memiliki ma’na sama dengan al-aqil cerdas.Rasulullah saw. Mendefinisikan kecerdasan dengan menggunakan kata al-kayyis, sebagaimana dalam hadits berikut عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ [12] رواه الترمذي “Dari Syaddad Ibn Aus, darr Rasulullah saw. Bersabda orang yang cerdas adalah orang yang merendahkan dirinya dan beramal untuk persiapan sesudah mati At-Tirmidzi”. Al-Mawardi dalam kitab Adab ad-Dunya wa ad-Ddin pada bab pertama menjelaskan tentang keutamaan akal, bahwa segala yang mulia memilki asas dan segala etika memiliki sumber, asas bagi segala kemuliaan dan sumber bagi segala etika adalah akal. Lebih lanjut Al-Mawardi menyimpulkan definisi akal yaitu pengetahuan tentang hal-hal yang diketahui secara langsung[13]. Kecerdasan Menurut Al-Quran Apabila kita meneliti ayat-ayat al-Quran, kata-kata yang memiliki arti kecerdasan, sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut di atas, yaitu al-Fathanah, adz-dzaka’, al-hadzaqah, an-nubl, an-najabah, dan al-kayyis tidak digunakan oleh al-Quran. Definisi Kecerdasan secara jelas juga tidak ditemukan, tetapi melalui kat-kata yang digunakan oleh al-Qur’an dapat disimpulkan makna Kecerdasan. Kata yang banyak digunakan oleh al-Quran adalah kata yang memiliki makna yang dekat dengan Kecerdasan, seperti kata yang seasal dengan kata al-aql, al-lubb, al-fikr, al-Bashar, al-nuha, al-fiqh, al-fikr, al-nazhar, al-tadabbur, dan al-dzikr. Kata-kata tersebut banyak digunakan di dalam al-Quran dalam bentuk kata kerja, seperti kata ta’qilun. Para ahli tafsir, termasuk di antaranya Muhammad Ali Al-Shabuni, menafsirkan kata afala ta’qilun “apakah kamu tidak menggunakan akalmu”[14]. Dengan demikian Kecerdasan menurut al-Quran diukur dengan penggunaan akal atau kecerdasan itu untuk hal-hal positif bagi dirinya maupun orang lain. Kata-kata yang memiliki makna yang dekat mirip dengan Kecerdasan yang banyak digunakan di dalam al-Quran adalah Al–Aql, yang berarti an-Nuha kepandaian, kecerdasan.Akal dinamakan akal yang memilki makna menahan, karena memang akal dapat menahan kepada empunya dari melakukan hal yang dapat menghancurkan dirinya[15] .Kata aql tidak pernah disebut sebagai nomina ism, tapi selalu dalam bentuk kata kerja fi’l. Di dalam al-Quran kata yang berasal dari kata aql berjumlah 49 kata, semuanya berbentuk fi’l mudhari’, hanya 1 yang berbentuk fi’l madhi. Dari banyaknya penggunaan kata-kata yang seasal dengan kata aql, dipahami bahwa al-Quran sangat menghargai akal, dan bahkan Khithab Syar’i Khithab hukum Allah hanya ditujukan kepada orang-orang yang berakal. Banyak sekali ayat-ayat yang mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya. Di sisi lain penggunaan kata yang seasal dengan aql tidak berbentuk nomina ism tapi berbentuk kata kerja fi’l menunjukkan bahwa al-Quran tidak hanya menghargai akal sebagai kecerdasan intelektual semata, tapi al-Quran mendorong dan menghormati manusia yang menggunakan akalnya secara benar. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sternberg yang dikutip oleh Agus Efendi, “Tes IQ sesungguhnya bukan pada seberapa banyak kecerdasan yang anda miliki dalam otak anda. Akan tetapi bagaimana anda menggunakan kecerdasan yang harus anda buat menjadi dunia yang lebih baik bagi diri anda sendiri, dan orang lain” Walhasil, kecerdasan bukanlah yang anda miliki, Kecerdasan lebih merupakan sesuatu yang anda gunakan[16]. Itulah yang dimaksud dengan kecerdasan majmuk sebagaimana disampaikan oleh Horward Gordner, kecerdasan yang mencakup banyak aspek kehidupan, bukan kecerdasan intelektual semata. Bentuk dari kata aql yang dirangkaikan dalam sebuah kalimat pertanyaan, seperti afala ta’qilun apakah kamu tidak menggunakan akalmu terdapat 13 buah di dalam al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa Allah swt. mempertanyakan kecerdasan mereka, dengan akal yang sudah diberikan. Al-Lubb atau al-Labib, yang bearti al-aql atau al-aqil, dan al-labib sama dengan al-aql[17]. Di dalam al-Quran Kata al-albab disebut 16 kali, dan kesemuanya didahului dengan kata ulu atau uli yang artinya pemilik, ulu al-albab berarti pemilik akal. Al-bashar, yang berarti indra penglihatan, juga berarti ilmu[18]. Di dalam Kamus Lisan al Arab, Ibn Manzhur mengemukakan bahwa ada pendapat yang mengatakan ; al-bashirah memiliki ma’na sama dengan al-fithnah kecerdasan dan al-hujjah argumntasi[19]. Al-Jurjani mendefinisikan al-Bashirah, adalah suatu kekuatan hati yang diberi cahaya kesucian, sehingga dapat melihat hakikat sesuatu dari batinnya. Para ahli hikmah menamakannya dengan ; al-aqilah an-nazhariyyah wa alquwwah al-qudsiyyah kecerdasan bepikir dan kekuatan suci atau ilahi[20].Abu Hilal al-Askari membedakan antara al-bashirah dan al-ilm ilmu, bahwa al-bashirah adalah kesempurnaan ilmu dan pengetahuan[21]. Di dalam al-Quran, kata yang berasal dari kata al-bashar, dengan berbagai macam bentuk, jumlahnya cukup banyak, yaitu berjumah 142 kata, yang berbentuk kata al-bashir berjumlah 53 kata, hampir kesemuanya menjadi sifat Allah swt. kecuali 6 kata yang menjadi sifat manusia, 4 diantaranya kata al-bashir menjelaskan perbedaan antara manusia yang buta dan melihat. Sedangkan kata bashirah terdapat pada 2 ayat, yaitu pada surah Yusuf 108 dan al-Qiyamah 14. sedangkan kata bashair yaitu bentuk jama’ dari bashirah disebut dalam al-Quran sebanyak 5 kali. Dalam menafsirkan kata bashirah yang ada pada surat Yusuf 108, al-Baghawi dan Sayyid Thanthawi menjelaskan ma’na al-bashirah adalah pengetahuan yang dengannya manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah [22]. Kata al-abshar yaitu bentuk jama’ dari al-bashar berjumlah 8 ayat, 3 diantaranya didahului kata ulu mempunyai, ya’ni Surah Ali Imran 13, an-Nur 44, dan al-Hasyr 2. An-Nuha,ma’nanya sama dengan al-aql, dan akal dinamakan an-nuha yang juga memiliki arti mencegah, karena akal mencegah dari keburukan. Kata an-nuha di dalam al-Quran terdapat pada 2 tempat, keduanya ada pada Surat thaha ; 54, 128 dan keduanya diawali dengan kata uli pemilik. Al-fiqh yang berarti pemahaman atau ilmu. Di dalam al-Quran, Kata yang seasal dengan al-Fiqh terdapat pada 20 ayat, kesemuanya menggunakan kata kerja fi’l mudhari’, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan pemahaman itu seharusnya dilakukan secara terus menerus. Kata al-fiqh juga berarti al-fithnah kecerdasan[23]. Al-Fikr, yang artinya berpikir. Kata yang seakar dengan al-fikr terdapat pada 18 ayat. Kesemuanya berasal dari bentuk kata at-tafakkur, dan semuannya berbentuk kata kerja fi’l, hanya satu yang berbentuk kata fakkara, yaitu pada Surat al-Mudatstsir 18. Al-Jurjani mendefinisikan, at-tafakkur adalah pengerahan hati kepada makna sesuatu untuk menemukan sesuatu yang dicari, sebagai lentera hati yang dengannya dapat mengetahui kebaikan dan keburukan[24]. An-nazhar yang memiliki makna melihat secara abstrak berpikir, Di dalam kamus Taj al-Arus disebutkan termasuk makna an-nazhar adalah menggunakan mata hati untuk menemukan segala sesuatu, an-nazhar juga berarti al-i’tibar mengambil pelajaran, at-taammul berpikir, al-bahts meneliti[25]. Untuk membedakan antara an-nazhar dan al-Ru’yah, Abu Hilal al-Askari memberikan definisi bahwa al-nazhar adalah mencari petunjuk, juga berarti melihat dengan hati [26]. Di dalam al-Quran terdapat kata yang seasal dengan an-nazhar lebih dari 120 ayat At-tadabbur yang semakna dengan at-tafakkur, terdapat dalam al-Quran sebanyak 8 ayat. Al-Jurjani memberikan definisi at-tadabbur, adalah berpikir tentang akibat suatu perkara, sedangkan at-tafakkur adalah pengerahan hati untuk berpikir tentang dalil petunjuk[27]. Adz-dzikr yang berarti peringatan, nasehat, pelajaran[28]. Dalam al-Quran terdapat kata yang seasal dengan adz-dzikr berjumlah 285 kata, 37 diantaranya adalah yang berasal dari bentuk kata at-tadzakkur yang berarti mengambil pelajaran. 1. Ta’qilun 2. Ya’qilun No. Surat Ayat No. Surat Ayat 1 Al-Baqarah 44 1 Al-Baqarah 164 2 Al-Baqarah 73 2 Al-Baqarah 170 3 Al-Baqarah 76 3 Al-Baqarah 171 4 Al-Baqarah 242 4 Al-Maidah 58 5 Ali Imran 65 5 Al-Maidah 103 6 Ali Imran 118 6 Al-Anfal 22 7 Al-An’am 32 7 Yunus 42 8 Al-An’am 151 8 Yunus 100 9 Al-A’raf 169 9 Al-Ra’d 4 10 Yunus 16 10 Al-Nahl 12 11 Hud 51 11 Al-Nahl 67 12 Yusuf 2 12 Al-Hajj 46 13 Yusuf 109 13 Al-Furqan 44 14 Al-Anbiya’ 10 14 Al-Ankabut 35 15 Al-Anbiya’ 67 15 Al-Ankabut 63 16 Al-Mu’minun 80 16 Al-Rum 24 17 Al-Nur 61 17 Al-Rum 28 18 Al-Syu’ara 28 18 Yasin 68 19 Al-Qashash 60 19 Al-Zumar 43 20 Yasin 62 20 Al-Jatsiyah 5 21 Al-Shaffat 138 21 Al-Hujurat 4 22 Ghafir 67 22 Al-Hasyr 14 23 Al-Zukhruf 3 24 Al-Hadid 17 3. Tubshirun 4. Yubshirun No. Surat Ayat No. Surat Ayat 1 Al-Anbiya’ 3 1 Al-Baqarah 17 2 Al-Naml 54 2 Al-A’raf 179 3 Al-Qashash 72 3 Al-A’raf 195 4 Al-Zukhruf 51 4 Al-A’raf 198 5 Al-Dzariyat 21 5 Yunus 43 6 Al-Thur 15 6 Hud 20 7 Al-Waqi’ah 85 7 As-Sajdah 27 8 Al-Haqqah 38 8 Yasin 9 9 Al-Haqqah 39 9 Yasin 66 10 Al-Shaffat 175 11 Al-Shaffat 179 12 Al-Qalam 5 1. Tafqahun 2. Yafqahun No. Surat Ayat No. Surat Ayat 1 Al-Isra’ 44 1 Al-Nisa’ 78 2 Al-An’am 65 3 Al-An’am 98 4 Al-A’raf 179 5 Al-Anfal 65 6 Al-Taubah 81 7 Al-Taubah 87 8 Al-Taubah 127 9 Al-Kahf 93 10 Al-Fath 15 11 Al-Haswyr 13 12 Al-Munafiqun 3 13 Al-Munafiqun 7 1. Tatafakkarun 2. Yatafakkarun No. Surat Ayat No. Surat Ayat 1 Al-Baqarah 219 1 Ali Imran 191 Al-An’am 50 2 Al-A’raf 176 3 Yunus 24 4 Al-Ra’d 3 5 Al-Nahl 44 6 Al-Nahl 69 7 Al-Rum 21 8 Al-Zumar 42 9 Al-Jatsiyah 13 10 Al-Hasyr 21 1. Tatadzakkarun 2. Yatadzakkarun No. Surat Ayat No. Surat Ayat 1 Al-An’am 80 1 Al-Baqarah 221 Al-Sajdah 4 2 Ibrahim 25 Ghafir 58 3 Al-Qashash 43 4 Al-Qashash 46 5 Al-Qashash 51 6 Al-Zumar 27 7 Al-Dukhan 58 Dari kata-kata tersebut, yang banyak digunakan oleh al-Quran, penulis akan mengungkap berbagai macam kecerdasan menurut al-Quran. Jenis-Jenis Kecerdasan menurut al-Quran Agus Efendi menyimpulkan dari beberapa pendapat ahli, ada 14 lebih jenis kecerdasan 1. Intelligence Quotient Kecerdasan Inteligensi. 2. Multiple Intelligence Kecerdasan Majmuk. 3. Practical Intelligence Kecerdasan Praktis 4. Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional 5. Entrepreneurial Intelligence Kecerdasan Berwiraswasta 6. Financial Intelligence kecerdasan Finansial 7. Adversity Quotient Kecerdasan Advesitas 8. Aspiration Intelligence Kecerdasan Aspirasi 9. Power Intelligence Kecerdasan Kekuatan 10. Imagination Intelligence Kecerdasan Imajinasi 11. Intuition Intgelligence Kecerdasan Intuitif 12. Moral Intelligence Kecerdasan Moral 13. Spiritual Intelligence Kecerdasan spiritual 14. Succesful Intelligence Kecerdasan Kesuksesan 15. Dll[29]. Dari jenis-jenis kecerdasan tersebut penulis akan mencoba mengungkap kecerdasan pada ayat-ayat, yang di dalamnya terdapat kata-kata yang memiliki makna kecerdasan atau dekat dengan makna kecerdasan. Ada 9 jenis kecerdasan, yaitu Kecerdasan Pribadi, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Sosial, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Visual, Kecerdasan Tubuh, Kecerdasan Kesuksesan, Kecerdasan Kesejarahan, Kecerdasan Moral, Kecerdasan Bahasa, dan kecerdasan finansial Kecerdasn Pribadi. Kecerdasan pribadi personal Intelligence menurut Horward Gordner sebagaimana dukutip oleh Agus Efendi terbagi menjadi dua, yaitu kecerdasan intrapersonal intrapersonal Intelligence dan kecerdasan Interpersonal Iterpersonal Intelligence. Kecerdasan Intrapersonal adalah kecerdasan yang bergerak ke dalam; akses kepada kehidupan perasaan diri sendiri; kecerdasan membedakan perasaan-perasaan secara instan[30]. Kecerdasan pribadi ini banyak dijelaskan di dalam al-Quran, seperti pada Surat Adz-Dzariyst ayat 21 beikut وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ “Dan juga pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tiada memperhatikan” adz-Dzariyat/52 21 Dengan bentuk pertanyaan, Allah swt. memotivasi manusia agar selalu berusaha mengetahui, mengenali dirinya. Begitu pentingnya dan sentralnya pribadi. Al-Qurthubi menafsirkan ayat tersebut ; apakah mereka tidak melihat, dengan penglihatan tafakkur dan tadabbur sehingga mereka dapat mengambil petunjuk bahwa pada diri merka terjadi peristiwa dan perubahan. Apabila manusia tidak berpikir dengan peringatan ini bahwa Allah telah memberikan akal pada dirinya, yang dengannya dapat mengatur dan mengerahkan segala sesuatu. Berpikir awal mula kejadiannya, diciptakan dari sperma kemudian berubah menjadi segumpal darah, kemudian berubah menjadi segumpal daging. Perubahan dari muda menjadi tua. Perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya itu tidaklah terjadi dengan sendirinya, tetapi itu semua atas kehendak Allah swt. Panca Indra manusia adalah lebih mulia dibanding bintang yang menerangi. Pendengaran dan penglihatan laksana matahari dan rembulan di dalam menemukan hal-hal yang perlu diketahui. Semua anggota badannya itu akan hancur. Otot-ototnya laksana sungai-sungai, sedang jantungnya laksana mata air yang akan mengalir ke sungai-sungai itu. Kandung kemih laksana lautan, tulang laksana gunung. Anggota badan laksana pepohonan, maka sebagaimana setiap pohon memiliki daun dan buah demikian pula setiap anggota badan memiliki perbuatan dan pengaruh. Rambut di badan laksana pohon-pohon kecil dan rumput Segala apa yang ada di jagad raya ini ada padanannya di alam kecil yaitu badan manusia[31]. Kecerdasan pribadi ini mencakup kemampuan manusia dalam mencermati penciptaan dirinya, Allah swt. menciptakan bentuk tubuh manusia yang sangat sempurna, seperti yang telah diungkapkan di atas, juga kemampuan mencermati dan menganalisa prilaku dirinya. Ayat berikut juga memberikan dorongan kepada manusia agar ia memiliki Kecerdasan Pribadi, Yaitu pada Surat al-Baqarah 44 dan 242, أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ “Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan, sedang kamu melupakan diri kewajibanmu sendiri padahal kamu membaca Al-Kitab Taurat ? Maka tidakkah kamu berpikir” Al-Baqarah/2 44 Allah swt. mengingatkan kepada manusia agar memiliki kemampuan introspeksi terhadap dirinya sendri, Juga memahami hak dan kewajibannya. Surat Yasin 62 memberikan peringatan agar manusia memilki kemampuan membentengi diri dari godaan setan. Dan Surat al-mulk 10 mengingatkan kepada manusia, sebelum menyesal, untuk menggunakan potensi akal dan pendengarannya dalam meningkatkan keimanannya. Kecerdasan Emosional. Kecerdasan Emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kamampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Emosi merupakan salah satu dari trilogi mental yang terdiri dari ; kognisi, emosi, dan motivasi. Menurut Paul Ekman, sebagaimana dikutip oleh Agus Efendi, ada enam 6 jenis emosi dasar, yaitu ; anger marah, fear takut, surprise kejuan, disgust Jengkel, happiness kebahagiaan, dan sadness kesedihan. Agus Efendi juga mengutip pendapat Daniel Goleman yang mempunyai daftar emosi yang relatif lengkap. Daftar emosi tersebut berikut cabang-cangnya adalah sebagai berikut 1. Amarah Anger ; beringas fury, mengamuk autrage, benci resentment, marah besar wrath, jengkel exasperation, kesal hati indigination, terganggu vexation, rasa pahit acrimony, berang animosity, tersinggung annoyance, bermusuhan irritability, kekerasan hostility, kebencian patologis violence. 2. Kesedihan Sadness pedih grief, sedih sorrow, muram cheerlessness, suram gloom, melankolis melancholy, mengasihani diri self-pity, kesepian leneliness, ditolak dejection, putus asa despair, depresi berat depression. 3. Rasa takut Fear cemas anxiety, takut apprehension, gugup nervouness, khawatir concern, waswas consternation, perasaan takut sekali misgiving, khawatir wariness, waspada qualm, sedih edgness, tidak tenang dread, ngeri frigth, takut sekali terror, sampai dengan paling parah, fobia phobia, dan panik panic. 4. Kenikmatan Enjoyment bahagia happiness, gembira joy, ringan relief, puas contentment, riang blis, senang delight, terhibur amusement, bangga pride, kenikmatan indrawi sensual pleasure, takjub thrill, rasa terpesona rapture, rasa puas gratification, rasa terpenuhi satisfaction, kegiranga luar biasa euphoria, senang whismy, senang sekali ecstasy, hingga yang ekstrim, mania mania. 5. Cinta Love penerimaan acceptance, persahabatan friendliness, kepercayaan trust, kebaikan hati kindness, rasa dekat affinity, bakti devotion, hormat adoration, kasmaran infatuation, kasih agape. 6. Terkejut Surprise terkejut shock, terkesiap astonishment, takjub amazement, terpana wonder. 7. Jengkel Disgust hina contempt, jijik disdain, muak scorn, benci abborrence, tidak suka aversion , mau muntah distaste, tidak enak perasaan revulsion. 8. Malu Shame rasa salah guilt, malu hati ambarrassment, kesal hati chogrin, sesal remorse, hina humiliation, aib regret, hati hancur lebur mortification, perasaan sedih atau dosa yang mendalamn cotrition[32]. Al-Quran menjelaskan berbagai macam emosi tersebut, tetapi yang ingin penulis ungkap dalam tulisan ini adalah adalah Kecerdasan Emosional EQ yang diungkap oleh Al-Quran dalam ayat-ayat yang diberi stressing dengan menggunakan kata yang memiliki makna kecerdasan seperti tafakkur dan sejenisnya, seperti pada Surat al-Rum 21 beikut ; وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar tgerdapat tanda-tanda bagi kaum Yang berfikir” Al-Rum/30 21. Pada ayat tersebut, Allah swt. mengingatkan kepada orang-orang yang berfikir, bahwa mereka telah diberikan nikmat cinta dan kasih sayang, yang mesti dikelola dengan sebaik-baiknya. Apabila mereka menggunakan kecerdasan emosionalnya dengan mengendalikan emosinya, mengelola cintanya dengan sebaik-baiknya, maka akan melahirkan kedamaian dan ketentraman. Allah swt. juga menjelaskan bentuk emosi yang lainnya dalam Surat al-Baqarah 76 berikut وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ “Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata “Kamipun telah beriman”; tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata “Apakah kamu menceritakan kepada mereka orang-orang mu’min apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan tuhanmu; tidakkah kamu mengerti” Al-Baqarah/2 76 Ayat tersebut sama dengan firman Allah swt. Ali Imran 118 diakhiri dengan kata “afala ta’qilun” dan “in kuntum ta’qilun” membrikan dorongan agar memiliki kecerdasan emosional, artinya mengendalikan dan mengelola emosi ketika berhadapan dengan orang-orang munafik. Orang munafik adalah orang yang sangat berbahaya, lebih berbahaya jika dibandingkan dengan orang kafir, sebagaimana diungkapkan keburukan dan kejahatannya itu di awal Surat al-Baqarah ayat 8 – 20. Rasulullah saw. Bersabda آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا اؤتمن خان[33] “Tanda orang munafiq ada tiga perkara apabila bicara dia bohong, apabila berjanji dia mengingkari, dan apabila dipercaya ia mengkhiyanati” Bukhari. Hadits ini mengingatkan kepada kita, agar berhati-hati dalam bersikap menghadapi orang munafik Ayat berikut menjelaskan bentuk Kecerdasan Emosional yang lain الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ “Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats. Berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” Al-Baqarah 197 Ayat tersebut memanggil orang-orang yang berakal uli al-albab agar dapat mengendalikan emosi di saat melaksanakan ibadah haji, pada saat itu bertemu banyak orang dari berbagai bangsa dan negara, yang berbeda watak, kultur, dan tradisi. Pengendalian emosi dalam berbicara, tidak berbicara yang tidak baik dan tidak bermanfaat, juga tidak membalas perkataan orang lain yang tidak baik. Al-Quran Surat al-Thalaq 10, Allah memanggil uli al-albab orang-orang yang berakal al-Hasyr 2, Allah memanggil dengan uli al-abshar dan al-An’am 65 Allah swt. menggunakan kata “yafqahun” menjelaskan agar manusia memiliki kecerdasan dalam pengelolaan emosi, rasa takut, takut dari siksa Allah swt. Al-Quran memberikan rasa takut indzar kepada orang-orang yang durhaka, bahwa mereka mendapat murka dan siksaan Allah, dan juga memberikan kabar gembira atau rasa senang tabsyir kepada orang-orang yang bertakwa kepada Allah swt. Dengan adanya rasa takut dan gembira dalam diri menusia maka ada keseimbangan emosional dalam diri manusia. Kecerdasan Spiritual. Kecedasan Spiritual Spiritual Quotion adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandinkan dengan yang lain. Kecerdasan yang menfasilitasi suatu dialog antara akal dan emosi, antara pikiran dan tubuh, menyediakan titik tumpu bagi pertumbuhan dan perubahan, menyediakan pusat pemberi makna yang aktif dan menyatu bagi diri[34]. SQ adalah kecerdasan yang berada di bagian diri yang dalam, berhubungan dengan kearifan di luar ego atau pikiran sadar. SQ adalah kecerdasan yang dengannya kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. SQ adalah pemahaman kita, yang mendalam dan intuitif akan makna dan nilai. SQ adalah hati nurani kita, yang mampu membuat kita menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama. “apabila anda memilki Kecerdasan Spiritual, anda menjadi lebih sadar tentang gambaran besar’ atau gambaan menyeluruh’ tentang diri sendiri, jagad raya, dan kedudukan serta panggilan terhadap anda di dalamnya. Begitu tulis Tony Buzan yang dikutip oleh Agus Efendi[35]. Kecerdeasan Spiritual, menurut psikolog University of Californa, Davis Robert Emmons, sebagaimana dikutip oleh Agus Efendi, memilki komponen-komponen kecerdasan, yaitu 1. Kemampuan mentransendensi, Orang-orang yang sangat spiritual menyerap sebuah realitas yang melampaui materi dan fisik. 2. Kemampuan untuk menyucikan pengalaman sehari-hari. Orang yang cerdas secara spiritual memiliki kemampuan untuk memberi makna sakral atau ilahi pada pelbgai aktivitas, peristiwa, dan hubungan sehari-hari. 3. Kemampuan untuk mengalami kondisi-kondisi kesadaran puncak. Orang-orang yang cerdas secara spiritual mengalami ekstase spiritual. Mereka sangat perseptif terhadap pengalaman mistis. 4. Kemampuan untuk menggunakan potensi-potensi spiritual untuk memecahkan pelbagai masalah. Transformasi spiritual seringkali mengarahkan orang-orang untuk memerioritaskan ulang pelbagai tujuan. 5. Kemampuan untuk terlihat dalam pelbagai kebajikan. Orang-orang yang cerdas spiritual memiliki kemampuan lebih untuk menunjukkan pengampunan, mengungkapkan ras terima kasih, merasakan kerendahan hati, dan menunjukkan rasa kasih[36]. Ayat berikut menjelaskan kecerdasan Spiritual, Surat Ali Imran 190-191 إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ 190 الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 191 “ Juga ayat berikut, Surat Al-Baqarah 164 إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati kering-nyadan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan” al-Baqarah 164. Juga pada ayat berikut, Surat Al-Maidah 58 وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ “Dan apabila menyeru mereka untuk mengerjakan shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal” Al-Maidah/5 58 Pada tiga ayat tersebut di atas dan juga banyak ayat-ayat lain, seperti Surat al-Syu’ara/26 28, al-Ra’d/13 4 dn 19, al-Nahl/16 12 dan 67 , al-Rum/30 24, al-Jatsiyah45 5 , al-Ankabut/29 63, Allah swt. mengingatkan kepada manusia agar berfikir secara cerdas dengan firmannya “uli al-albab“orang yang memiliki akal , “qaum ya’qilun” kaum yang memikirkan, agar segala apa yang ada di jagad raya ini, sperti langit, bumi, pergantian malam dan siang, aneka ragam pepohonan dan hewan flora dan fauna, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi, seperti banjir, gempa bumi dan sebagainya hendaknya dapat meningkatkaan Kecerdasan Spiritual membaca tanda-tanda kekuasaan dan keagungan Allah swt. Ayat berikut, Surat Yunus 16 juga bicara tentang kecerdasan spiritual قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ Kecerdasan spiritual mengimani al-Quran, bahwa kehidupan nabi 40 tahun sebelum turun wahyu yang mereka saksikan menjadi saksi kebenaran al-Quran dari Allah, bukan dari kamu tidak menggunakan akalmu untuk merenung dan berfikri agar kamu mengetahui bahwa sesungguhnya al Qur’an yang mengandung mu’jizat ini adalah dari Allah. Oran-orang kafir menyaksikan kehidupan Nabi Muhammad dari kecil sampai masa diturnkannya al-Quran , mereka mengetahui prilaku Muhammad, yang tidak pernah menelaah kitab, tidak pernah berguru, kemudian setelah umur 40 tahun turun al-Qur’an yang mengandung mu’jizat, mengandung ilmu-ilmu dasar , dasar-dasar ilmu hukum , ilmu akhlak, cerita-cerita masa lalu, cendikiawan dan ahli bahasa tidak mampu menandinginya, maka setiap orang yang memiliki akal yang sehat pasti mengtahui bahwa kitab al-Quran seperti itu pasti wahyu dari Allah[37]. Kecerdasan Visual Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memberikan gambar-gambar dan imagi-imagi, serta kemampuan dalam mentransformasikan dunia visual-spasial. Keterampilan menghasilkan imagi mental dan menciptakan representasi grafis, berfikir tiga dimensi. Pusat kecerdasan spasial adalah kemampuan mempersepsi dunia visual dengan akurat, mentransformasi dan memodifikasi pengalaman visual seseorang, bahkan ketika tidak ada rangsangan fisikal yang relevan. Howard Gordner menyimpulkan Kecerdasan Visual, sebagaimana dikutip oleh Agus Efendi, sebagai berikut “Bahwa pandangan kecerdasan spasial ini, kita telah menemukan bentuk kedua dari kecerdasan yang terlibat dengan objek. Berbeda dengan pengetahuan logis-matematis yang mencakup jalan perkembangannya dengan meningkatkan abstraksi, kecerdasan spasial tetap terkait-terikat pada dunia nyata secara fundamental, terkait dengan dunia objek, dan lokasinya berada di dunia [38]. Ayat yang mengungkap Kecerdasan Visual ini antara lain, Surat Al-Ra’d ayat 3, dan Surat وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ “Dan Dia lah Yang menjadikan bumi terbentang luas, dan menjadikan padanya gunung-ganang terdiri kukuh serta sungai-sungai yang mengalir. dan dari tiap-tiap jenis buah-buahan, ia jadikan padanya pasangan dua-dua. ia juga melindungi siang Dengan malam silih berganti. Sesungguhnya semuanya itu mengandungi tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum Yang mahu berfikir. 3 Juga ayat berikut, Surat Qaf 7 dan 8 وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ 7 تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ 8 “Dan juga keadaan bumi ini, bagaimana Kami bentangkan Dia sebagai hamparan, dan Kami letakkan padanya gunung-ganang Yang terdiri kukuh, serta Kami tumbuhkan padanya pelbagai jenis tanaman Yang indah subur? Kami adakan semuanya itu untuk menjadi perhatian dan peringatan, yang menunjukkan jalan kebenaran, kepada tiap-tiap seorang hamba Allah Yang mahu kembali kepadanya dengan taat dan berbakti. Qaf /50 7-8 Dua ayat tersebut memerintahkan kapada manusia agar melihat dan merenungkan keindahan jagad raya ciptaan Allah. Kecerdasan Tubuh. Agus Efendi mengutip pendapat, Tony Buzan bahwa kecerdasan tubuh adalah kemampuan memahami, mencintai dan memelihara tubuh, dan membuatnya berfungsi seefisien mungkin untuk anda. Dengan kata lain, Kecerdasan Tubuh adalah Kecerdasan Atletik dalam mengontrol tubuh seseorang dengan sangat cermat. Oleh karena itu, ditegaskan oleh Buzan bahwa jika kita memiliki kecerdasan Fisik yang tinggi maka kita akan memahami hubungan antara otak dan tubuh, men sana in corpore sano, pikiran yang sehat terdapat dalam badan yang sehat, Sebaliknya, badan yang sehat berada dalam pikiran yang sehat Agus Efendi 2005 152. Al-Quran memberikan petunjuk kepada manusia, agar memilki kecerdasan memeliharaha badannya, sehingga terhindar dari hal-hal yang membahayakan badannya, seperti al-Quran Surat al-Baqarah ayat 219 berikut يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ “Mereka bertanya tentang khamar dan judi. Katakanlah “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan ?. Katakanlah “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” Al-Baqarah/2 219. Juga ayat berikut, Surat Yasin 68 وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلَا يَعْقِلُونَ “Dan barangsiapa yang kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkan” Yasin/36 68 Kecerdasan Kesuksesan. Mengutip pendapat Vanwyck Agus Efendi, mengemukakan; Sukses adalah suatu pilihan, perkembangan, prestasi, bersifat personal, dan etik. Dengan kata lain, sukses adalah penyelesaian sesuatu dan pencapaian tujuan tertentu yang dipilih[39]. Dengan demikian, sebelum sukses, setiap orang harus menentukan pilihannya atau tujuannya terlebih dahulu. “Apa tujuan Anda” ? . Untuk menjadi cerdas sukses seseorang harus berpikir dengan tiga cara analitis, kreatif, dan praktis. Ketiga aspek Kecerdasan Kesuksesan tersebut saling berhubungan. Kecerdasan analitis diperlukan untuk memecahkan masalah dan menilai gagasan. Kecerdasan Kreatif diperlukan untuk menformulasikan masalah dan gagasan yang baik di tempat yang pertama. Sedangkan kecerdasan praktis digunakan untuk menggunakan gagasan dan analisis-analisisnya dengan cara yang efektif dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan Kesuksesan itu paling efektif ketika ia menyeimbangkan ketiga aspek analitis, kreatif dan praktis. Dalam bukunya adversity Quotient, John Paul Stolz menyebutkan, sebagaimana dikutip oleh Agus Efendi, bahwa kinerja, bakat, kemauan, karakter, kesehatan, kecerdasan, faktor genetis, pendidikan, dan keyakinan adalah kunci-kunci kesuksesasan hidup seseorang [40]. Ayat berikut salah satu contoh Kecerdasan Kesuksesan, al-Maidah /5 100 قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “Katakanlah “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan” al-Maidah/5 100. Ayat tersebut di atas memberikan motivasi kepada orang-orang yang berakal agar menggunakan kemampuan kecerdasannya untuk membedakan yang baik dan yang buruk, sehingga akan sukses dan beruntung dalam hidupnya. Kecerdasan Moral. Kecerdasan Moral berarti Kemampuan seseorang untuk melalukan hubungan dan komunikasi yang baik dengan orang lain. Ayat-ayat al-Quran yang di dalamnya menyinggung orang-orang yang memiliki akal kecerdasan yang terkait dengan moral seperti Surat al-Hujurat Ayat 4 إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar mu kebanyakan mereka tidak mengerti “ al-Hujurat /49 4 Juga dalam ayat berikut, Surat Al-Qalam 5 وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ 4 فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ 5 “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat, dan mereka orang-orang kafirpun akan melihat” 4-5 Kecerdasan Bahasa. Kecerdasan bahasa berarti kemampuan menggunakan kata-kata secara terampil dan mengekspresikan konsep-konsep secara fasih fluently. Menurut Howard Gordner, sebagaimana dikutip oleh Agus efendi, kecerdasan linguistik antara lain ditunjukkan oleh sensitivitas terhadap fonologi, penguasaan sintaksis, pemahaman semantik dan pragmatik [41]. Sangat banyak ayat-ayat yang memotivasi agar manusia memiliki kecerdsan bahasa, terutama bahasa al-Quran. Di antara kata yang banyak digunakan adalah kata tadabbur yang berarti merenungkan dan memahami, seperti pada Surat Al-Nisa’ 82 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran ? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” Al-Nisa’ 82 Juga pada Surat Al-Mu’minun 68 Shad 29, dan Muhammad 24. Kemudian Al-Quran juga menggunakan kata ya’qilun dan ta’qilun dalam memotivasi Kecerdasan Bahasa, seperti pada ayat-ayat beikut Al-An’am 151, al-Rum 28, Al-Baqarah 171, al-Anfal 22, Yunus 42, Dn Al-Zukhruf 3 . Ada juga yang menggunakan kata yatafakkarun serti pada Surat Al-An’am 50, Al-Nahl 44, Al-Hasyr 21, dan Yunus 24. Ada pula yang menggunakan kata ulu al-albab seperti pada Surat Ali Imran 7, Al-Zumar 18, dan Shad 29. kecerdasan finansial Kecerdasan Finansial adalah kecerdasan atau kemampuan seseorang dalam mengelola keuangannya, dari mana harta itu didapatkan, halal atau haram, dan bagaimana cara mengelolanya, tidak bakhil dan tidak mubazir. Tidak mudah tergiur dan tertipu dengan gemerlap kehidupan dunia yang bersifat meterialistik, sehingga mengaburkan pandangan rasionalitasnya. Ayat-ayat yang memotivasi kecerdasan finansial sangatlah banyak, akan tetapi ayat yang di dalamnya terdapat kata yang memilki makna cerdas atau sejenisnya ada pada ayat berikut, kata afala ta’qilun terdapat pada 3 ayat berikut ini; Surat al-A’raf 169 فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآَخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ “Maka datangkanlah sesudah mereka generasi yang jahat yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata “kami akan diberi ampun”. Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu pula, niscaya mereka akan mengambilnya juga. Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya. Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti” Al-A’raf/7 169 Juga Surat al-Qashash 60 وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلَا تَعْقِلُونَ “Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah keni’matan hidup duniawi dan pehiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya “ al-Qashash/28 60 Juga ayat beriktu, Surat Hud 51 يَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى الَّذِي فَطَرَنِي أَفَلَا تَعْقِلُونَ “Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini, Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkannya” Hud/11 51 Kecerdasan melihat seorang nabi yang mengajak kepada kebaikan tanpa mengharap balasan apapun dari mereka adalah seorang pememberi nasehat yang dapat dipercaya. Sumber Kecerdasan Kecerdasan berarti Suatu kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir tidaklah muncul begitu saja dalam diri manusia, namun perlu adanya suatu proses, sehingga membentuk pikiran atau kecerdasan pada diri seseorang. Ibrahim El-Fiky dalam bukunya Quwwat Tafkir, yang diterjemahkan oleh Khalifurrahman Fath dann M. Taufik Damas, mengatakan bahwa Berpikir itu sederhana dan hanya butuh waktu sekejap, namun ia memiliki proses yang kuat dari tujuh sumber yang berbeda. Tujuh Sumber yang memberi kekuatan luar biasa pada proses berpikir dan menjadi refrensi bagi akal yang digunakan setiap orang, yaitu 1. Orang Tua. 2. Keluarga. 3. Masyarakat. 4. Sekolah. 5. Teman. 6. Media Massa. 7. Diri Sendiri [42]. Al-Quran memberikan isyarat bahwa ada 3 sumber Kecerdasa, yaitu; 1. Keimanan atau keyakinan, apa yang diyakininya akan menjadi inspirasi dan motivasi seseorang untuk membentuk kecerdasan atau kemampuan bepikir. 2. Ilmu, Dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an dan ayat-ayat kauniyah, yang terhampar di jagad raya, maka manusia akan memilki pikiran dan kecerdasan. 3. Sejarah, yaitu pengalaman pribadinya pada masa lalu, juga peristiwa- peristiwa dan sejarah umat terdahulu. Oleh karena itu, Al-Qur’an sangat banyak mengingatkan kepada manusia agar memilki kemampuan mengambil pelajaran sejarah umat terdahulu, sehingga sepertiga isi al-Quran adalah berupa al-Qashash cerita-cerita, juga mendorong kamampuan manusia melihat masa lalunya sendiri untuk dijadikan pelajaran buat masa depan, sebagaimana pada Surat al-Hasyr 18 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnyauntuk hari esok akhirat. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” Al-Hasyr/59 18. Juga pada ayat berikut, Surat Al-Hajj 46 أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar ? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” Al-Hajj/22 46 Juga pada ayat berikut, Surat Yusuf/12 46 وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَدَارُ الْآَخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا أَفَلَا تَعْقِلُونَ “Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul, melainkan orang laki-laki yang kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka yang mendustakan rasul dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya” Yusuf/12 109 Dari tiga ayat tersebut di atas, Al-Quran memberikan peringatan kepada manusia agar menggunakan kemampuan daya pikirnya dan kecerdasannya untuk memahami sejarah dan pengalaman masa lalunya. Dari ayat tersebut, Surat Al-Hajj 46, manusia juga didorong untuk mengasah kecerdasannya dan ketajaman mata hatinya, sehingga mata hatinya tidak buta. Karena kebutaan mata hati sangat berbahaya. Ayat-ayat lain yang memotivasi untuk kecerdasan kesejarahan adalah ; Surat al-Baqarah 170,al-A’raf 176, Yusuf 111, dan al-Ankabut 35. Penutup Al-Quran banyak memberikan motivasi kepada manusia agar memiliki kecerdasan, bukan kecerdasan intelektual semata, yang sifatnya logis-matematis, akan tetapi kecerdasan majmuk, ya’ni kecerdasan mencakup berbagai aspek kehidupan. Kecerdasan yang dimaksudkan oleh Al-Quran adalah kecerdasan menggunakan kemampuan akalnya untuk kebaikan dirinya dan kebaikan orang lain. ENDNOTE [1] . Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, Bandung, Alfabeta, 2005, Cet. I, h. 58 [2] .Taufik Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Quran dan Neurosains Mutakhir, Bandung, Mizan Pustaka, 2008, Cet. I, h. 18. [3] . Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan, h. 58. [4] . Agus Efendi, h. 4 [5] . Agus Efendi, h. 81 [6] . Agus Efendi, h. 83 [7] . lihat Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, Beirut, dar Shadir, 1882, Cet. I, Juz 13, h. 323. [8] .lihat Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, h. 287. [9] .lihat Abu Hilal al-“Askari, Mu’jam al-Furuq al-Lughawiyah, al-Maktabah asy-Syamilah, Juz 1, h. 166. [10] .lihat Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, h. 40. [11] .lihat Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, h. 640. [12] .At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Beirut, Dar al-Arab al-Islami, 1998, Juz 4, h. 638. [13] .lihat Al-Mawardi, Adab ad-Dunya wa ad-Din, Beirut, Dar al-Fikr, 1995, h. 19 [14] . lihat Muhammad Ali Al-Shabuni, Shafwah al-Tafasir, Beirut, Dar al-Fikr, 1988, Juz I, h. 576. [15] . lihat Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, h. 343. [16] . Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, h. 160. [17] .lihat Muhammad Ibn Abu Bakar al-Razi, Mukhtar ash-Shahah,Beirut, Maktabah Lubnan Nasyirun, 1995, Juz I, h. 612. [18] . lihat Al-Jauhari, ash-Shihah fi al-Lughah, al-Maktabah asy-Syamilah, Juz 1, h. 44. [19] . lihat Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, Lisan al-Arab, Beirut, dar Shadir, 1882, Cet. I, Juz 4, h. 64. [20] .lihat Al-Jurjani, at-Ta’rifat, al-Maktabah asy-Syamilah, Juz I, h. 14 [21] .lihat Abu Hilal al-“Askari, Mu’jam al-Furuq al-Lughawiyah, al-Maktabah asy-Syamilah, Juz 1, h. 102. [22] .lihat Abu Muhammad al-Husain Ibn Mas’ud al-Baghawi, Ma’alim at-Tanzil, Dar Thayyibah, 1997, Cet. IV, Juz 4, h. Sayyid Thanthawi, at-Tafsir al-Wasith, al-Maktabah asy-Syamilah, Juz 1, h. 2353. [23] . lihat Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzhur al-Afriqi al-Mashri, h. 522. [24] . lihat Al-Jurjani, at-Ta’rifat, h. 20. [25] .lihat Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abd. Al-Razzaq, Taj al-Arus min Jawahir al-Qamus, Al-Makatabah asy-Syamilah, Juz. 1, h. 3549. [26] . lihat Abu Hilal al-Askari, Mu’jam al-Furuq al-Lughawiyah, h. 543. [27] . lihat Al-Jurjani, at-Ta’rifat, h. 76., [28] .Muhammad Ibn Ya’qub al-Fairuzzabadi, al-Qamus al-Muhith, al-Maktabah asy-Syamilah, Juz 1, h. 508. [29] . Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, h. 58. [30] . Agus Efendi, h. 156. [31] .Muhammad Ibn Ahmad Ibn Abi Bakr al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Quran, al-Maktabah asy-Syamilah, Juz II, h. 202. [32] . Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, h. 177. [33] .Al-Bukhari, al-Jami’ ash-Shahih, Beirut , Dar Ibn Katsir, 1987, Cet. III, Juz 1, h. 21. [34] . Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, h. 216. [35] . Agus Efendi, h. 209. [36] . Agus Efendi, h. 244. [37] . Muhammad Ali Al-Shabuni, Shafwah al-Tafasir, h. 576. [38] . Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, h. 177. [39] . Agus Efendi, h. 248. [40] . Agus Efendi, h. 96. [41] . Agus Efendi, h. 141. [42] . Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, Terj. Khalifurrahman Fath dan M. Taufik Damas, Jakarta, Zaman, 2009, Cet. II. h. 7
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian.
This study aims to analyze Intellectual Intelligence in the perspective of the Qur'an. This research uses the method of library research library research, namely research whose subject is in the form of library literature. The author collects books and scientific journals that are needed and then studied. Furthermore, the author cites various theories and opinions related to the problem under study. Sources of data depart from documentation that comes from books and scientific journals that discuss intellectual intelligence in the perspective of the Qur'an. The results of this study say that intelligence is an added value for every human being in developing his mindset so that he is able to develop and think clearly to consider, decide and deal with things by focusing on the problems faced with brilliant solutions. The process of growing intellectual intelligence according to Islamic education is marked by the existence of moral education. The intellectual intelligences possessed by humans as described in the Qur'an provide a clear picture that humans were created by Allah SWT and are given extraordinary potential in the form of reason and mind which will make a difference between humans and Allah's creatures. the other, with the potential it has, it is important to understand and study the holy book of the Qur'an and study every verse in it so that it always has a positive impact in developing one's intellect by understanding the verses of Allah SWT. With that, the potential possessed by humans will run according to the guidance of the Qur'an. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 12, Nomor 2, Desember 2022 P-ISSN 2088-3226; E-ISSN 2620-8210 62 Kecerdasan Intelektual Dalam Perspektif Al-Qur’an M. Dwi Rahman Sahbana1, Ahmad Arifi2, Taufik Rahman3 1,2,3Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Email dwirahman271199 Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis Kecerdasan Intelektual dalam perspektif Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka library research, yaitu penelitian yang subjeknya berupa literatur kepustakaan. Penulis mengumpulkan buku dan jurnal ilmiah yang diperlukan kemudian dipelajari, Selanjutnya penulis mengutip berbagai teori dan pendapat yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data berangkat dari dokumentasi yang berasal dari buku dan jurnal ilmiah yang membahas tentang kecerdasan intelektual dalam perspektif Al-Qur’an. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa kecerdasan merupakan nilai lebih dari setiap manusia dalam mengembangkan pola pikirnya sehingga mampu berkembang dan berpikir dengan jernih untuk menimbang, memutuskan serta menghadapi sesuatu dengan berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dengan solusi cemerlang. Proses pertumbuhan kecerdasan intelektual menurut pendidikan Islam adalah ditandai dengan adanya pendidikan akhlak. Kecerdasan-kecerdasan intelektual yang dimiliki manusia sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an memberikan sebuah gambaran yang nyata bahwa manusia di ciptakan oleh Allah Swt di berikan potensi yang luar biasa berupa akal dan pikiran yang mana akan memberikan perbedaan antara manusia dengan makhluk Allah Swt yang lainnya, dengan potensi yang dimilikinya maka penting untuk memahami dan mempelajari kitab suci Al-Qur’an dan mengkaji setiap ayat yang di dalamnya agar senantiasa memberikan dampak positf dalam mengembangkan intelektualitas diri dengan memahami ayat-ayat Allah SWT. Dengan hal itu potensi yang dimiliki manusia akan berjalan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Kata Kunci Kecerdasan, Intelektual, Perspektif Al-Qur’an Abstract This study aims to analyze Intellectual Intelligence in the perspective of the Qur'an. This research uses the method of library research library research, namely research whose subject is in the form of library literature. The author collects books and scientific journals that are needed and then studied. Furthermore, the author cites various theories and opinions related to the problem under study. Sources of data depart from documentation that comes from books and scientific journals that discuss intellectual intelligence in the perspective of the Qur'an. The results of this study say that intelligence is an added value for every human being in developing his mindset so that he is able to develop and think clearly to consider, decide and deal with things by focusing on the problems faced with brilliant solutions. The process of growing intellectual intelligence according to Islamic education is marked by the existence of moral education. The intellectual intelligences possessed by humans as described in the Qur'an provide a clear picture that humans were created by Allah SWT and are given extraordinary potential in the form of reason and mind which will make a difference between humans and Allah's creatures. the other, with the potential it has, it is important to understand and study the holy book of the Qur'an and study every verse in it so that it always has a positive impact in developing one's intellect by understanding the verses of Allah SWT. With that, the potential possessed by humans will run according to the guidance of the Qur'an. Keywords Intellectual, Intelligence, Perspective of the Qur'an 63 Pendahuluan Pertanyaan yang sering muncul di berbagai kesempatan seperti diskusi ketika berbicara tentang manusia antara lain adalah potensi apa yang dimiliki oleh manusia untuk menghadapi kenyataan hidup ini. Mampukah manusia dengan potensi itu mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya. Berbagai pertanyaan tersebut telah dicoba dijawab sebaik mungkin melalui kemampuan yang dimiliki oleh manusia berupa kemampuan berfikir dan bernalar atau yang lebih dikenal dengan kecerdasan intelektual/IQ. Akan tetapi pada kenyataannya ada beberapa orang yang memiliki kecerdasan akal yang cukup tinggi tetapi dia gagal dalam menghadapi berbagai persoalan yang mereka hadapi dalam hidup, dapat kita contohkan beberapa ilmuan di dunia yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, diantaranya viktor meyer beliau adalah ilmuan yang berkontribusi dalam bidang kimia organik dan anorganik, akibat dari kelelahan dalam bekerja yang mengakibatkan kondisi mental yang tidak stabil, dia melakukan bunuh diri untuk mengakhiri hidupnyaHanafi, 2018. Hal yang serupa juga dialami oleh valeri alekseevich legasov beliau merupakan peneliti soviet terkemuka di bidang kimia anorganik dan anggota akademi ilmu pengetahuan uni soviet. Pada awalnya beliau menderita penyakit pasca terkena radiasi di tanah chernobyl, kesetan beliau memburuk dan mengakibatkan beliau depresi dan memutuskan bunuh diri pada 27 april 1988. Dengan demikian para psikolog kemudian berpikir tentang kemungkinan adanya satu kemampuan lain selain dari kecerdasan akal yang dapat membantu manusia dalam menghadapi berbagai persoalan yang mereka hadapi sehingga lahirlah apa yang kemudian lebih dikenal dengan kecerdasan emosional /EQPasek, 2016. Menghadapi berbagai masalah tersebut para intelektual muslim mencoba memberikan beberapa tawaran solusi yang dapat ditempuh diantaranya sebagaimana yang telah disampaikan oleh Abdurrahman Saleh Abdullah yaitu menghendaki adanya keterbukaan terhadap pendangan hidup atau kehidupan non-muslim. Kelompok ini berusaha meminjam konsep-konsep non-muslim dan menggabungkannya dalam pemikiran pendidikannyaNoor, 2021. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara mendalam mengenai kecerdasan intelektual dalam perspektif Al-Qur’an, berbicara tentang kecerdasan tidak terlepas dari peran dunia pendidikan baik secara formal ataupun nonformal, dengan demikian penelitian ini akan memaparkan bagaimana Al-Qur’an berbicara atau merespon tentang kecerdasan yang dimiliki oleh setiap manusia yang tentunya sangat berpengaruh pada pendidikan dan perjalanan hidupnya. Pada hakikatnya sudah banyak para akademisi atau peneliti yang mengkaji serta mendalami penelitian yang berbicara tentang kecerdasan intelektual ini, seperti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh susi hendriani dan raden lestari garnasih yang meneliti tentang pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap kinerja guru SMA Negeri 8 Pekanbaru, hasil penelitian ini mengatakan pengaruh kecerdasan intelektual memberikan dampak yang lebih kuat terhadap peningkatan kinerja guru dibandingkan pengaruh dari kecerdasan emosional. Rekomendasi yang disarankan dari hasil penelitian ini adalah supaya dilakukan usaha dan upaya konstruktif untuk meningkatkan dua aspek kecerdasan tersebut agar peningkatan kinerja guru dapat terealisasikan dengan maksimalHendriani & Garnasih, 2013. 64 Penelitian yang senada juga dilakukan oleh nur hakim dengan judul penelitian kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dalam perspektif bidayatul hidayah. Hasil dari penelitian ini adalah konsep tiga kecerdasan diatas dalam kitab bidayatul hidayah mengatakan terjadinya perubahan setiap individu seseorang itu menuju sebuah masyarakat madani itu harus menguasai tiga kecerdasan tersebut secara menyeluruh. Jadi lebih tepatnya harus ada keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual tersebut dalam diri setiap individuHakim, 2018. Pada penelitian ini juga akan membahas tentang salah satu jenis kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, hal yang menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah fokus pada penelitian ini yang mendalami atau mengakaji kecerdasan intelektual dalam perspektif ayat Al-Qur’an. Di harapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan bagi khalayak umum yang membacanya untuk kemudian dapat diterapkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis lakukan ialah penelitian kualitatif dengan pendekatan library research studi pustaka, yaitu penelitian yang subjeknya berupa literatur kepustakaan. Maksudnya penelitian ini hanya membatasi pada bahan koleksi kepustakaan saja dan tidak melakukan penelitian lapangan, bahan koleksi yang dimaksud adalah seperti buku dan jurnal ilmiah. Sumber data primer pada penelitian ini adalah buku fi ulum Al-Qur’an jilid 1 dan Syariah Risalah Taalim terj Al-Ithishom dan yang menjadi sumber sekunder pada penelitian ini yaitu buku dan jurnal yang terkait dengan topik penelitian seperti buku Kebiasaan Membaca Al Qur’an Dan Implikasinya Terhadap Kecerdasan Intelektualitas, jurnal dengan judul Pendidikan Kecerdasan Intelektual Berbasis Al-Qur’an, Konsep Kecerdasan Menurut Al-Qur’an dan juga dari buku dan jurnal ilmiah lainnya yang membahas tentang kecerdasan intelektual dalam perspektif Al-Qur’anMoleong, 2021. Penulis mengumpulkan buku dan jurnal ilmiah yang diperlukan kemudian dipelajari, Selanjutnya penulis mengutip berbagai teori dan pendapat yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara memilih data yang berkorelasi dengan judul penelitian. Metode dokumentasi pada penelitian ini dengan cara mengumpulkan data, menganalisis data sesuai dengan teori untuk memperoleh kesimpulanSuwendra, 2018. Hasil dan Pembahasan Kecerdasan Intelektual Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang satu dengan orang yang lain, kecerdasan intelektual lazim disebut inteligensi. Inteligensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang komplek dan selalu berubah serta di pengaruhi oleh faktor genetikEkowati et al., 2020. Sedangkan Sudrajat mengelompokkan inteligensi kedalam dua katagori, yang pertama adalah dengan istilah g factor yang biasa disebut dengan kemampuan kognitif yang dimiliki secara umum misalnya kemampuan mengingat dan berfikir, g faktor merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh setiap orang untuk belajar dan beradaptasi, intelegensi 65 ini dipengaruhi oleh faktor bawaan. Katagori yang kedua adalah s faktor yaitu kemampuan khusus yang dimiliki individu, faktor ini merupakan inteligensi yang di pengaruhi oleh lingkungan sehingga factor s yang dimiliki seseorang akan saling berbeda, dan setiap faktor s pasti mengandung faktor gHanafi, 2018. Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani dan pengaktifan manusia untuk beriinteraksi secara fungsional dengan yang lain. Kecerdasan intelektual berhubungan dengan proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkan, menilai dan memilah serta mempertimbangkan sesuatu, atau kecerdasan yang berhubungan dengan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logikaHandriani & Subhan, 2020. Manusia dibekali Tuhan intelektual yang cerdas. Diantara daya ingat yang tajam, sistematika dalam berpikir dan merumuskan persoalan, menyikapi persoalan secara simpel dan lain sebagainya, seperti kemampuan umat Islam menghafal Al-Qur’an dan Hadits serta rumusan berpikir dalam ilmu, Keistimewaan ini karena kasih sayang Tuhan pada orang-orang mukmin. Keimanan yang bersemayam dalam dada mukmin menghantarkan mereka memiliki kecerdasan intelektual. Rasul memberikan indikator orang yang cerdas intelektualnya adalah konsentrasi pada satu titik yang jelas, berpikir cerdas sehingga tidak mudah tertipu dan selalu dalam keadaan siap siaga. Kecerdasan intelektual juga akan memberikan jalan keluar ketika menghadapi kondisi sulit, bentuknya dapat berupa alternatif pemecahan yang beragam dan melalui cara yang ringan dan lain sebagainyaGultom, 2020. Kecerdasan Intelektual Dalam Al-Qur’an Kecerdasan intelektual merupakan konsep yang sangat penting dibahas dan perlu diterapkan dalam sistem pendidikan Islam. Oleh karena itu, perumusan konsep dan strategi penerapannya harus dilakukan dalam sistem pendidikan Islam guna menumbuhkan kecerdasan intelektual anak didik. Proses pertumbuhan kecerdasan intelektual menurut pendidikan Islam adalah ditandai dengan adanya pendidikan akhlak. Pendidikan Islam disamping berupaya membina kecerdasan intelektual, juga membina kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Pendidikan Islam membina dan meluruskan hati terlebih dahulu dari penyakit-penyakit hati dan mengisi dengan akhlak yang terpuji, seperti ikhlas, jujur, kasih sayang, tolong-menolong, bersahabat, silaturahmi dan lain-lain. Ajaran akhlak yang demikian inilah yang menjadi titik berat dalam proses pendidikan IslamNahdati & Amrulloh, 2022. Kecerdasan intelektual adalah istilah umum yang di gunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti, kemampuam menalar, merencanakan, memecahkan masalah berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitanya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat di ukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologisHuda, 2020. Pendidikan merupakan pokok dalam penyusunan formula untuk meningkatkan kecerdasan intelektual selain pendidikan emosional dan spritual juga sangat berpengaruh dengan tingkat optimal kecerdasan, ketika intelektualitas manusia mampu bekerja mengukur tingkat kecepatan, mengukur hal yang baru, menyimpan dan mengingat kembali informasi yang ada sehingga menjadikan manusia yang terampilan dan profesional. Ibnu manzhur mengategorikan istilah kecerdasan intelektual, akal 66 pikiran, menahan, mencegah, membedakan, tambang pengikat, Hal ini dapat diartikan Aql secara harfiyah. Aql juga disamakan dengan al-hijr menahan diri dari hawa nafsunyaHanum, 2020. Jika di cermati kata aql tampak sedemikian rupa luas maknanya kata aql juga memiliki dukungan yang kuat dari Al-Qur’an. Fungsi pengikat aql secara ilmiah dipelajari dalam semiotika ilmu tanda yang sangat berguna bagi semua disiplin ilmu. Aql yang di maksud memiliki kaitan erat dengan ayat yang hanya bisa di pahami dengan aql tersebut. Aql jenis inilah yang oleh farabi dibedakan dengan intelektual. Berakalnya orang yang berakal ditunjukkan oleh ketenangannya, diamnya, tunduk pandangannya, gerakan pada tempat-tempatnya, dan memperhatikan sebab dan akibat sehingga tidak tergesa-gesa mengikuti syahwat bila akibatnya membahayakanAnsoriy & Gontor, 2021. Fungsi Kecerdasan Intelektual Dalam Al-Qur’an Pada dasaranya setiap manusia merupakan makhluk yang diberi akal lebih tinggi di banding makhluk yang lain. Akal tersebut dapat membentuk sebuah kecerdasan yang biasa disebut dengan kecerdasan intelektual, beberapa fungsi adanya kecerdasan intelektual adalah • Menyimpan pengetahuan • Mendapatkan pengetahuan yang baru • Dapat memahami sesuatu dengan pemaknaan yang lebih dalam • Dapat meningkatkan pengetahuanHuda, 2020. Mengenai fungsi kecerdasan intelektual, Wiramarihardja mengemukakan setidaknya ada tiga indikator kecerdasan intelektual yang menyangkut tiga domain kognitif, diantaranyaMaksum, 2020 • Kemampuan figure yaitu merupakan pemahaman dan nalar di bidang bentuk. • Kemampuan verbal merupakan pemahaman dan nalar di bidang bahasa. • Pemahaman dan nalar di bidang numerik atau yang berkaitan dengan angka, biasa disebut dengan kemampuan numerik. Selain memiliki fungsi, ada faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan Intelektual diantaranya • Faktor pembawaan, dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. • Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. • Faktor pembentukan, dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. • Faktor kematangan, dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang jika telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. • Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping kebebasan memilih metode juga bebas memilih masalah yang sesuai dengan kebu-tuhunnyaNurJannah & Suyadi, 2022. Kelima faktor itu saling terkait satu dengan yang lain. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut. 67 Kecerdasan Intelektual Dalam Perspektif Al-Qur’an Berkaitan dengan kecerdasan, Islam memiliki konsep tersendiri yang bisa didapatkan di dalam sumber ajaran Islam yang utama dan pertama, yaitu Al-Qur’an dan didukung oleh Hadits. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an untuk umat manusia dengan maksud dan tujuan, semuanya itu adalah untuk membahagiakan ketika hidup di dunia dan akhirat secara umum. Namun secara mendasar mencerdaskan manusia sehingga bisa hidup dalam hidayah Tuhan yang maha Esa, mendapat kelapangan dan jaminan surga yang penuh kenikmatanMunthe, 2021. Islam memandang kecerdasan adalah karunia Allah SWT yang diberikan kepada makhluk-Nya termasuk manusia dengan segenap fungsi dan kegunaan bagi keberlangsungan hidup. Dalam pengembangannya, seseorang dituntut untuk tidak mengembangkan satu ranah kecerdasan saja melainkan ketiga aspek mulai dari kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual harus dikem-bangkan secara bersama agar mencapai hasil yang maksimal. Allah berfirman dalam surat Al-Isra ayat 36      Artinya Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya Al-Isra 36. Berdasarkan ayat di atas terdapat kesimpulan bahwa setiap manusia dituntut untuk mengembangkan keseluruhan kecerdasan yang dimiliki agar menjadi manusia yang unggul secara maksimalHanum, 2020. Islam memandang bahwa kecerdasan intelektual dan emosional memiliki peran yang begitu penting dalam kehidupan seseorang. Hal ini dapat menuntut manusia untuk menjalankan fitrahnya secara utuh. Secara umum Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT adalah untuk mencerdaskan umat manusia, sehingga manusia bisa hidup dalam hidayah-Nya, mendapat kelapangan, jaminan surga yang penuh kenikmatan bagi orang yang beriman dan beramal saleh. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah sebagai pembeda antara yang hak dengan yang bathil. Untuk itu, Allah SWT kemudian memberi manusia potensi-potensi kecerdasan sebagai sarana untuk beriman dan beramal saleh. Seperti nafs, akal, qalb dan ruh. Selain hal itu, istilah integrasi intelektual dalam Islam adalah as-shidiq perilaku sejalan antara perkataan dan amalan, lahir dan batin, jiwa dan raga, jasmani dan rohani. Sementara kebalikan dari as-shidiq adalah al-kadzib dusta, bohong, tidak benar, tidak sejalan perkataan dan perbuatan, jiwa dan raga, jasmani dan rohani. Dalam Al-Qur’an integritas intelektual adalah iman, Islam, ihsan, ikhlas, takwa, ihbath, dan al-aqal. Adapun indikator integritas intelektual dalam Al-Qur’an adalah mu’min, muslim, muhsin, mukhlis, muttaqin, al-muhbithin, ulul al-albabNahdati & Amrulloh, 2022. Islam sebagai sebuah tuntunan mengajarkan kepada pemeluknya untuk memposisikan akal dalam sifat yang dinamis dan rasional, artinya akal terbuka untuk menerima segala hal yang datangnya dari manapun asalkan itu baik baginya dan memang secara logika itu dapat diterima serta tetap berada pada jalur pemahaman ajaran Islam.Maksum, 2020. Dalam Al-Qur’an disebutkan berbagai macam bentuk aktivitas yang berkaitan dengan pemanfaatan potensi akal dan kecerdasan, yaituMunandar, 2019 a. Nadhara melihat bentuk penelaahan observasi dan perenungan. Terdapat 30 ayat lebih yang memuat kata ini. Salah satu contohnya yaitu   68 Artinya Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan At-Thariq ayat 5. Maksud dari ayat diatas merupakan seruan terhadap seluruh manusia agar memperhatikan, melihat serta menelaah segala sesuatu ciptaan Tuhan yaitu Allah Swt. Dari hasil pengamatan manusia tersebut lalu mereka melakukan perenungan dan selanjutnya mengambil pembelajaran atas kekuasaan dan kekuatan Tuhan yang mampu menciptakan apapun di dunia ini, termasuk menciptakan manusia itu sendiriTurham, 2021. b. Tadabbara, bermakna merenungkan atau menelaah kembali sesuatu yang telah berlalu. Contohnya pada   Artinya Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci Muhammad ayat 24. Ayat ini menjelaskan pentingnya manusia menelaah secara mendalam tentang ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an dengan menggukanan akal yang mereka miliki. Dengan bersandarkan pada Al-Qur’an setiap manusia akan mampu mengambil pelajaran pada kejadian masa lampau dan yang akan datang. Didalam Al-Qur’an pastinya akan memberikan petunjuk untuk menuju semua hal kebaikan, serta tentunya akan menjauhkan dari hal keburukan. Jangan sampai manusia memiliki hati yang terkunci untuk keberadaan ayat suci ini, karena dengan berpaling dan tidak mengikuti tuntunan AL-Qur’an manusia bisa jauh dari hal kebaikan dan tentunya akan besar kemungkinan menuju hal kemungkaranJailani & Djubaedi, 2021. c. Tafakkara, bermakna berfikir. Salah satu Contohnya pada   Artinya Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berpikir Al-Baqarah 219. Maksud dari ayat ini sudah jelas Allah Swt menyuruh seluruh manusia pada umumnya dan khususnya umat islam menggunakan akalnya yang tentunya di dalam akal tersebut terdapat kecerdasan intelektual, untuk berfikir dalam menjalankan hidupnya di dunia ini. Berfikir dalam menentukan yang halal dan haram, baik atau buruk dan yang pastinya tidak lari dari ajaran Al-Qur’an. Hal ini semata-mata untuk membuat seluruh manusia berada pada jalan yang benarHofur, 2020. d. Faqiha, bermakna mengerti atau memahami. Penyebutan ini terdapat dalam 16 ayat. Salah satu contoh yaitu               Artinya Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka bagimu ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui Al-An’am ayat 98. e. Fahima, Bermakna memahami. Salah satu contohnya yaitu pada        Artinya Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud dan Kamilah yang melakukannya Al-Anbiya ayat 79. 69 Dari dua ayat diatas sebenarnya berkorelasi dengan makna berfikir sebelumnya, jadi setelah Allah Swt menganjurkan kita untuk berfikir, selanjutnya kita akan paham dan mengerti sebenarnya jalan yang mana yang baik serta benar itu. Al-Qur’an pastinya akan selalu memberikan solusi dari segala problem dalam hidup yang tentunya akan memberikan jalan keluar yang baik dan benar Nurrohmah & Syahid, 2020. Dengan kemuliaan dan kesucian yang dimiliki oleh ayat suci tersebut, membuat Al-Qur’an tidak memiliki tandingan apapun dari jenis kitab apapun itu. Dengan demikian jelas dan nyata bahwa Al-Qur’an adalah sebagai kitab suci penyempurna dari kitab sebelumnya dan tidak ada yang mampu mencontoh karya Tuhan yang maha Agung ituSarnoto & Ulfa, 2021. f. Tazzakarra, bermakna mengingat, memperoleh, dan mendapat pelajaran, salah satu contohnya yaitu pada      Artinya Apakah Allah yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran An-Nahl ayat 17. Ayat ini berbicara tentang betapa banyak dan luasnya pembelajaran yang dapat kita ambil dari ayat suci Al-Qur’an. Dari segala cabang ilmu di dalam Al-Qur’an terdapat penjelasan mengenai hai itu. Maka sebagai manusia muslim yang dibekali akal dan kecerdasan intelektual, menjadi keharusan bagi kita untuk berpedoman kepada kitab suci Al-Qur’an, di dalam Al-Qur’an juga diajarkan ilmu akhlak yang mulia yang nantinya mampu kita aplikasi sebagai manusia yang berguna bagi bangsa dan negara khususnya bagi perilaku diri sendiriKhoiruddin & Kustiani, 2020. Dalam pandangan Islam, akal dan hati merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia di bedakan dengan makhluk lainnya karena memiliki akal, kemudian lebih jauhnya adalah karena manusia memiliki hati yang menjadi rambu-rambu dalam kehidupannya untuk menjalankan kehidukan dengan akhlak yang baik serta benar. Kesimpulan Dalam mengembangkan pola pikirnya sehingga mampu berkembang dan berpikir dengan jernih untuk menimbang, memutuskan serta menghadapi sesuatu dengan berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dengan solusi cemerlang. Kecerdasan intelektual merupakan konsep yang sangat penting dibahas dan perlu diterapkan dalam sistem pendidikan Islam. Oleh karena itu, perumusan konsep dan strategi penerapannya mesti dilakukan dalam sistem pendidikan Islam guna menumbuhkan kecerdasan intelektual peserta didik. Proses pertumbuhan kecerdasan intelektual menurut pendidikan Islam adalah ditandai dengan adanya pendidikan akhlak. Kecerdasan-kecerdasan intelektual yang dimiliki manusia sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an memberikan sebuah gambaran yang nyata bahwa manusia di ciptakan oleh Allah SWT di berikan potensi yang luar biasa berupa akal dan pikiran yang mana akan memberikan perbedaan antara manusia dengan makhluk Allah SWT yang lainnya, dengan potensi yang dimilikinya maka penting untuk memahami dan mempelajari kitab suci Al-Qur’an dan mengkaji setiap ayat yang di dalamnya agar senantiasa memberikan dampak positf dalam mengembangkan intelektualitas diri dengan memahami ayat-ayat Allah SWT. Dengan hal itu potensi yang dimiliki manusia akan berjalan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. 70 Referensi Ansoriy, Z., & Gontor, U. 2021. Kebiasaan Membaca Al Qur’an dan Implikasinya Terhadap Kecerdasan Intelektualitas Mahasiswa. Osf Preprints. Drajat, H. A. 2017. Ulumul Qur’an Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Prenada Media. Ekowati, S., Finthariasari, M., Yulinda, A. T., & Sonitra, S. 2020. PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA GURU SDN KECAMATAN PINO BENGKULU SELATAN. JEMS Jurnal Entrepreneur Dan Manajemen Sains, 11, 10–19. Gultom, E. 2020. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual dan Kecerdasan Intelektual terhadap Kinerja Perawat pada Masa Pandemi COVID-19 di Rumah Sakit Surya Insani Pasir Pangaraian Rokan Hulu. Jurnal Ilman Jurnal Ilmu Manajemen, 82, 33–41. Hakim, N. 2018. Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual dalam Perspektif Bidayatul Hidayah. Indonesian Journal of Islamic Education Studies IJIES, 12, 218–233. Hanafi, I. 2018. Perkembangan Manusia Dalam Tinjauan Psikologi Dan Al-Quran. IQ Ilmu Al-Qur’an Jurnal Pendidikan Islam, 101, 84–99. Handriani, N., & Subhan, M. 2020. Hubungan Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Fisika. GRAVITY EDU Jurnal Pembelajaran Dan Pengajaran Fisika, 31, 1–4. Hanum, S. 2020. Pendidikan Kecerdasan Intelektual Berbasis Al-Qur’an. AL-HIKMAH Jurnal Pendidikan Dan Pendidikan Agama Islam, 21, 98–107. Hendriani, S., & Garnasih, R. L. 2013. Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru SMAN 8 Pekanbaru. Jurnal Ekonomi, 2104. Hofur, H. 2020. Konsep Multiple Intelligences Perspektif Al-Quran/Hadis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tarbawi Jurnal Pendidikan Islam, 172. Huda, A. M. 2020. Otak dan Akal dalam Kajian Al-Quran dan Neurosains. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 51, 67–79. Jailani, M., & Djubaedi, D. 2021. Menelusuri Jejak Otak dan Aql Dalam Alquran Perspektif Neurosains dan Pendidikan Islam di Era Pandemi Covid-19. TADRIS Jurnal Pendidikan Islam, 161, 1–19. Khoiruddin, H., & Kustiani, A. W. 2020. Manajemen Pembelajaran Tahsin Al-Quran Berbasis Metode Tilawati. Jurnal Isema Islamic Educational Management, 51, 55–68. Maksum, I. 2020. Konsep Kecerdasan Menurut Al-Quran. AL-IFKAR Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 1402, 4–24. Moleong, L. J. 2021. Metodologi penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Munandar, J. 2019. Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Az Zarnuji Dalam Kitab Ta’lim Al Muta’allim. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Munthe, A. K. 2021. Perkembangan Jiwa Agama pada Masa Al-Murahiqah Remaja. ITTIHAD, 42. Nahdati, Q. A., & Amrulloh, A. 2022. KECERDASAN NABI YUSUF DALAM AL-QURAN PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI IBNU’ASHUR. Ushuly Jurnal Ilmu Ushuluddin, 12, 135–149. Noor, T. R. 2021. Religiositas Lansia Muslim di UPTD Griya Werdha Surabaya. Journal 71 An-Nafs Kajian Penelitian Psikologi, 61, 1–22. NurJannah, N., & Suyadi, S. 2022. Akal dan Qalb dalam Perspektif Al Quran dan Neurosains. MANAZHIM, 41, 53–65. Nurrohmah, M. R., & Syahid, A. 2020. Tujuan Pendidikan Perspektif Al-Quran dan Pendidikan Barat. Attractive Innovative Education Journal, 22, 34–44. Pasek, N. S. 2016. Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada pemahaman akuntansi dengan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual sebagai variabel pemoderasi. JIA Jurnal Ilmiah Akuntansi, 11. Sarnoto, A. Z., & Ulfa, S. M. 2021. Kecerdasan Sosial Dalam Pembelajaran Kooperatif Perspektif Al-Qur’an. Academy of Education Journal, 122, 294–302. Suwendra, I. W. 2018. Metodologi penelitian kualitatif dalam ilmu sosial, pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Nilacakra. Turham, A. G. 2021. Konsep dan Teori Belajar Dalam Perspektif Pendidikan Islam dan Konseling. Ta’dib, 111, 14–22. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this HofurPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perpsektif al Quran/ Hadis tentang multiple intelligences dan implikasinya terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini merupakan penelitian library research. Melalui kunjungan perpustakaan data yang diambil berasal dari buku, seperti Tafsir Al-Misbah, Tafsir Ath-Thabari, Tafsir Thabrani, Tafsir Ibnu Katsir, Kitab Hadis AlMustadrak dan sumber lainnya yang memiliki keterkaitan dengan tema penelitian. Sumber data penelitian ini dibagi ke dalam sumber data primer dan sumber data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukan 1 konsep multiple intelligences perspektif al Quran/ Hadis dapat dijumpai masing-masing, kecerdasan linguistik dalam Al-Baqarah 31-33; kecerdasan logis matematis dalam Al Ankabut43;  kecerdasan visual-spasial dalam Hud 37-38; kecerdasan kinestetik dalam Al-Maidah 31; kecerdasan kecerdasan irama-musik dalamhadis riwayat Hakim No. 2125 kitab al-Mustadrak; kecerdasan interpersonaldalam Al-Hujarat 13; kecerdasan intrapersonal dalam Ad-Dzariyat 21;kecerdasan naturalis dalam Ali Imran 190-191; kecerdasan eksistensial dalam Ad-Dzariyat 56. 2 Implikasi multiple intelligences terhadap pembelajaran PAI, Multiple Intelligences sangat diperlukan dalam model pembelajaran dewasa ini. Guru sangat dimudahkan apabila mampu melihatkecerdasan yang dimiliki setiap siswa. Materi disampaikan dengan strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi setiap kecerdasan yang dilmiliki siswa. Melalui strategi tersebut siswa memiliki motivasi tinggi dikarenakan proses pembelajaran lebih variatif. Poin penting disini adanya pengakuan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kemampuan yang dimiliki siswa tanpa Jailani M. SuyadiDedi DjubaediThe purpose of this research analyzing Islamic education learning in the era of the Covid-19 pandemic from the perspective of Neuroscience. The development of the learning model of Islamic education and neuroscience in this modern era is in line with research on neuroscience in Islamic education discourse, which so far has only been understood as edentically with medical science, namely health in the brain. while Neuroscience is integrated with Islamic education in theological aspects Alquran and hadith, historical, academic and theoretical. This research data is sourced through literature observations related to descriptions of scientific journals and examination of references to research works, both manually and digitally, which focus on discussing Islamic education learning in the new discourse of Neuroscience. This research is a literature study using qualitative methods. The results of the study prove that Neuroscience has traces in the field of Islamic education thought theologically has a Neorubiological basis in the Qur'an surah al-Alaq verses 15-16 with the keyword "nasyiyah" crown, historically Neuroscience is closely related to Islamic philosophy, fiqh and ushul fiqh. Academically and theoretically related to the concept of 'Aql and Qolb in the Koran and hadith. Its derivatives gave rise to the hybridization of Neuroscience and Islamic education. This will have broad implications for the learning model during the Covid-19 pandemic. Academically and theoretically related to the concept of 'Aql and Qolb in the Koran and hadith. Its derivatives gave rise to the hybridization of Neuroscience and Islamic education. This will have broad implications for the learning model during the Covid-19 pandemic. Academically and theoretically related to the concept of 'Aql and Qolb in the Koran and hadith. Its derivatives gave rise to the hybridization of Neuroscience and Islamic education. This will have broad implications for the learning model during the Covid-19 AGPerilaku belajar merupakan ontologi dan bidang kajian pada ilmu psikologi dan ilmu pendidikan. Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami. Sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang disengaja diciptakan. Konsep spiritual dalam pendidikan islam akan berusaha memahami dan memperhatikan manusia secara holistik dan adil dalam kontek ke Tuhanan maupun kemanusiaan, karena manusia terdiri dari ruh, hati nurani dan nafsu yang hidupnya tidak dapat dipisahkan dengan Tuhan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan proses yang melahirkan atau mengubah tingkah laku dan peradaban manusia berdasarkan nilai-nilai agama. Mengingat pendidikan dilakukan melalui suatu proses maka hasil pendidikan tidak dapat dilihat secara langsung dan tidak dapat diambil suatu kesimpulan dalam waktu yang relatif singkat karena sangat tergantung dari proses pelaksanaan pendidikan yang dialami peserta didik. Tujuan penulisan ini untuk memberikan khasazah keilmuan tentang konsep dan teori belajar dalam perspektif pendidikan islam dan konseling. Penelitian ini menggunakan library research, dengan mengumpulkan berbagai informasi untuk dilakukan telaah terhadap data dari lektur yang ada, dalam rangka pemecahan masalah secara holistic terhadap pendidikan islam melalui pendekatan konseling untuk memahami konsep dan teori belajar hususnya pendidikan islam perspektif konseling. Kendati dalam prespektif Islam tidak dijelaskan dengan rinci dan operasional tentang proses belajar, proses kerja sistem memori akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan manusia. tetapi Islam menekankan pada fungsi kognitif akal dan fungsi sensori indera-indera yang berfungsi penting dalam belajar, sebagaimana kata ya’qilun, yatafakarun, yubshirun, yasma’un yang terdapat dalam Al- Qur‟an. Hal itu membuktikan bahwa betapa penting dan bergunanya fungsi indra tersebut bagi manusia untuk belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan dan pembelajaran yang islami sesungguhnya didasarkan atas dua prinsip utama, yaitu 1 Keteladanan oleh Pemerintah, guru, orangtua, dan masyarakat, dan 2 Metode pengajaran yang didasarkan atas sinkronisasi iman, ilmu, dan amal. Dapat disumpulkan bahwa konsep belajar perlu dipahami dan digali dari pakar psikologi dan pakar pendidikan tentang konsep belajar dalam membimbing mengarahkan peserta didik agar mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan seluruh potensi diri yang dimiliki individu. Potensi tersebut meliputi pancaindera, akal, dan qalb yang menjadi instumen utama dalam NurJannahSuyadi SuyadiSo far, reason according to the Qur'an and Neuroscience is something that considers identity different, while neuroscience is the same entity. This study aims to analyze the mind and heart according to the perspective of Al-Quran and Neuroscience. This research approach is a qualitative type of literature. The data source of this research is a literature review. The data collection technique was carried out by searching for references in the google scholar data base through the keywords reason, qalb, al-quran and neuroscience. The collected data is then analyzed qualitatively by using a pattern of inductive and deductive thinking techniques. The results showed that the mind and qalb are functions of the brain, especially the frontal cortex and limbic system. Ahmad Zain SarnotoSiti Maria UlfaThis study concluded that social intelligence is a person's ability to understand other people and care about the social environment. This is based on the two dimensions of social intelligence from the perspective of the Koran that the authors found, namely the feeling dimension affective aspect and the action dimension psychomotic aspect. In the feeling dimension affective aspect consists of empathy and sincerity, while the action dimension psychomotic realm consists of helping, friendship, caring and communication. This means that the Qur'an describes the balance between habl ma'a Khaliqih and habl ma'a ikhwanih. Thus, this Quran-based cooperative learning model can help improve children's social intelligence. Cooperative learning is a learning model using a system of grouping students, who have different academic backgrounds, gender, race, or ethnicity heterogeneous. Cooperative learning can form interpersonal skills because there are elements of working together, helping each other, helping out and discussing. This is based on the two indicators of cooperative learning in the perspective of the Qur'an that the author found, namely helping and deliberation. The approach used in this study is a qualitative approach. While the method used is a thematic interpretation method. The data collection technique used is through literature studyTriana Rosalina NoorThis research aims to describe the religiosity of the elderly as seen from aspects of beliefs, rituals, knowledge, experience, and practice. This research was conducted in UPTD Griya Werdha Surabaya using a qualitative approach to phenomenology study as type. Retrieval data used in-depth interview techniques, observation, and documents five elderly Muslims using a purposive technique. The result of the research indicates that the spiritual dimension of the elderly has increased since in UPTD Griya Werdha Surabaya. The elderly forced their belief by carrying out religious rituals taught before and improved the quality to be better as they are now. Religious obtained through religious activities provided by the Griya Werdha through spiritual teachers who always help and assist the learning process. Also, the elderly become more mature in accepting their existence to prioritize God's prioritize closeness without forget to keep socializing with others. The wishes are elderly feel comfortable for the rest of their lives and can face death in husnul khotimah Roswantika NurrohmahAkhmad SyahidThis article stimulated by the fact that the aim education of the Al-Qur’an perspective and western education are still not understood by various group. This condition is influenced by the lack of curiosity about the educational goals of the Al-Qur’an perspektive and westren education. The aims of article was to give a clear picture about the aim education of Al-Qur’an perspective and western study revealed that the aims of education of the Al-Qur’an in relation and westren education can be known by the public. The implication of this current study is to create awareness among the society towards the educational objectives of Al-Quran and western education perspective. The method used in this study uses analytical methods, types of research, and research data sources. The data analysis method used is by using descriptive methods, namely a method that examines a condition, a system of thought or an event that occurs in the present. This type of research belong to the type of library research, namely research activities on existing data and literature. Key words The Aims Of Education, Al-Quran, Westren EducationAhmat Miftakul HudaSuyadiHumans are the perfect creation of Allah SWT. It lies within their mind. Moreover, they also have the brain as a control center for all human activities. This article aims to explain the concepts of al-quran and neuroscience as well as the study of the brain and mind in al-quran and neuroscience. The approach used was qualitative of Creswell model library research. Data sources were obtained from the literature in the fields of the brain and mind, al-quran and neuroscience. Data collection techniques had used Sugiyono model. The data analysis technique had used Moleong analysis model. The results of this study indicated that if humans use their brains and mind to think properly and correctly, they would be able to provide and to create new ideas in solving various problems. After humans are even more aware, they would increase the faith and devotion to HandrianiM SubhanPenelitian ini merupakan penelitian jenis ex-post facto yang memiliki tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1 hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar fisika siswa SMA Negeri 2 Kota Bima,2 hubungan kecerdasan Intelektual terhadap prestasi belajar fisika siswa SMA Negeri 2 Kota Bima, 3 hubungan kecerdasan Spiritual terhadap prestasi belajar fisika siswa SMA Negeri 2 Kota Bima, 4 hubungan kecerdasan Emosional, kecerdasan intelektual terhadap kecerdasan Spiritual siswa SMA Negeri 2 Kota Bima. Pengambilan sampel dlakukan tekhnik random sampling, 6 kelas sebagai kelas sampel penelitian yaitu kelas XI IPA I sebanyak 6 orang siswa, XI IPA II sebanyak 5 orang siswa, XI IPA III sebanyak 5 orang siswa , XI IPA IV sebanyak 5 orang siswa, kelas XI IPA V sebanyak 5 orang siswa, dan XI IPA VI sebanyak 5 orang jadi jumlah sampelnya sebanyak 31 orang siswa. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket kecerdasan Emosional, kecerdasan Intelektual, kecerdasan Spiritual dan dokumentasi berupa nilai raport. Dalam penelitian ini analisis data menunjukan bahwa kuat hubungan kecerdasan Intektual, kecerdasan Emosional dan kecerdasan Spiriual terhadap prestasi belajar fisika siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis untuk ryx1 = 99%, ryx2 = 98% dan ryx3 = 99% sehingga hubungan kecerdasan itelektual, emosional dan spiritual terhadap prestasi belajar siswa sangat kuat. Untuk mengetahui ada hubungan 1 ada hubungan kecerdasan Intelektual terhadap prestasi belajar siswa penelitian yang diperoleh regresi linier sederhana variabel X₁ terhadap Y yang berbentuk Y = 89,4772 + -0,09.10, artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk menaksirkan harga Y jika X diketahui. Dari hasil perhitungan signifikansi diproleh pula Thitung lebih besar dari pada Ttabel yaitu Thitung = 27,401 > Ftabel = 2,042. Ini membuktikan bahwa Y dipengaruhi oleh X₁, 2 Ada pengaruh kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar fiska siswa, hal ini dapat dilihat dari analisis regresi linear sederhana variabel X2 terhadap Y yang berbentuk Y = 66,2013 +0,228 .10, artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk menaksirkan hargaY jika X diketahui. Dari hasil perhitungan signifikansi diproleh pula Thitung lebih besar dari pada Ttabel yaitu Thitung = 47,048 > Ftabel = 2,042. Ini membuktikan bahwa Y dipengaruhi juga oleh X2, 3 Ada pengaruh kecerdasan Spiritual terhadap prestasi belajar fisika siswa, hal ini dapat dilihat dari analisis Regresi linier sederhana variabel X3 terhadap Y yang berbentuk Y = 72,0066 + 0,123, 10 artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk menaksirkan harga Y jika X diketahui. Dari hasil perhitungan signifikansi diproleh pula Thitung lebih besar dari pada Ttabel yaitu Thitung = 57,344 > Ttabel = 2,042. Ini membuktikan bahwa Y dipengaruhi juga oleh X3, 4 Ada pengaruh kecerdasan Intelektual, kecerdasan Emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar fisika siswa, hal ini dapat dilihat dari analisis regresi linier parsial variabel X₁ , X2 dan X3 terhadap Y yang berbentuk Y = 0,981 0,994 + 0,996 menunjukan besarnya pengaruh antara variabel X₁, X2 dan variabel X3 terhadap Y. Koofisien determinan KP = 0,99, dari perhitungan memberikan arti bahwa besarnya pengaruh kecerdasan Emosional, kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Spiritual terhadap prestasi belajar fisika siswa adalah 0,99 atau 99%. Dengan demikian hipotesis Ho ditolak dan hipotesis Ha diterima. Sedemikian sehingga ketiga hipotesis dalam penelitian ini terbukti kebenarannya Heri KhoiruddinAdjeng Widya KustianiSD Istiqamah Kota Bandung merupakan yayasan sekolah yang memiliki konsep islami dengan memfokuskan terhadap pembelajaran Al-Quran, hal yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran Tahsin Al-Quran tersebut siswa merasa bosan dan kurang bersemangat. Tetapi dengan merubahnya metode yang digunakan dengan metode tilawati siswa memiliki kemajuan dalam pembelajaran Tahsin Al-Quran tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam Manajemen Pembelajaran Tahsin Al-Quran di SD Istiqamah Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode peneltian deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan teknik studi dokumentasi. Manajemen Pembelajaran Tahsin Al-Quran dilakukan mulai Perencanaan, Pelaksanaan dan Penilaian sehingga pembelajaran Tahsin Al-Quran berjalan secara efektif dan efisien. Pengikatan kualitas pendidik, sarana dan prasarana pun terus dilakukan di SD Istiqamah Kota Bandung. Sehingga menghasilkan siswa yang lancar dalam bacaannya serta bisa melanjutkan ketahap Tahfidz Al-Quran dan menyelesaikannya sebanyak 2 Kunci Manajemen, Pembelajaran Tahsin Al-Quran
\n \n ayat alquran tentang kecerdasan
Padaawal-awal saya memberikan beberapa kutipan ayat yang berisi tentang hal-hal yang berbau tentang berakal, berpikir, berilmu dan pengetahuan. Masyaallah ternyata di alquran teori itu sudah ada sejak 1400-1500 thn yg lalu bahkan sebelum para peneliti tahu. artinya quran ini benar2 dari tuhan bkn dari manusia. maka semakin bertambah
JAKARTA, - Ayat Alquran tentang poligami dijelaskan dalam beberapa surat. Salah satunya yang terkenal, yaitu surat An-Nisa Ayat 3. Baca Juga Selain An-Nisa, ada beberapa surat dalam Alquran lainnya yang juga menjelaskan tentang hukum poligami. Apa saja? Dilansir dari berbagai sumber, Jumat 9/6/2023 simak ulasannya berikut ini Ayat Alquran tentang Poligami 1. Surat An-Nisa Ayat 3 Ayat Alquran yang sering digunakan mengenai diizinkannya Poligami adalah Surah An-Nisa' 4 ayat 3 yang berbunyi "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim bilamana kamu menikahinya, maka nikahilah wanita-wanita lain yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. 2. At-Thagabun Ayat 14 Surat Alquran berikutnya yang membahas tentang poligami terdapat dalam surat At-Taghabun ayat 14. Simak terjemahannya berikut ini Follow Berita Celebrities di Google News Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis tidak terlibat dalam materi konten ini. Berita Terkait AspekAspek Kecerdasan Intelektual dalam Al-Qur'an. Secara umum Alquran diturunkan oleh Allah SWT adalah untukmencerdaskan ummat manusia, sehingga manusia bisa hidup dalam hidayah-Nya, mendapat kelapangan, jaminan surga yang penuh kenikmatan bagi orang yang beriman dan beramal saleh. Jakarta Mungkin sebagian kita berpikir bahwa ada banyak orang yang memiliki nama Luqman. Akan tetapi hanya ada satu Luqman yang disebut dalam Alquran. Jadi jika kiat mendapat perintah untuk ceritakan secara singkat tentang Luqman, maka tidak lain yang perlu kita ceritakan adalah kisah tentang sosok yang bernama Luqman Al Hakim. Kisah Ashabul Kahfi, Ini Lokasi Gua dan Pelajaran dari Kisahnya Al Fiil Artinya Gajah, Ketahui Kisah Sejarah Sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW Cerita Nabi Yusuf AS, Pelajaran Sifat Terpuji yang Harus Diteladani Umat Islam Nama Luqman Al Hakim disebut dalam Alquran, tepatnya dalam surah Luqman ayat 12-19. Bukan tanpa alasan mengapa nama Luqman sampai diabadikan oleh Allah SWT di dalam Alquran. Hal ini tidak lain karena Luqman memiliki keistimewaan berupa ilmu hikmah. Jadi jika kita mendapatkan perintah untuk ceritakan secara singkat tentang Luqman, kita perlu menceritakan tentang ilmu hikmah yang menjadi keistimewaan Luqman. Apalagi, ilmu hikmah merupakan ilmu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Allah SWT berfirman “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman.” QS. Luqman; 12 Kata al-hikmah dalam ayat di atas memiliki beragam makna yang di antaranya; meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, selalu benar dalam ucapan dan perbuatan, mengukuhkan sesuatu dengan ilmu dan amal, kepahaman dan kecerdasan, atau mengetahui apa yang terjadi dan melakukan kebaikan. Terlepas dari apa pengertian dari hikmah, yang jelas ada banyak kisah yang bisa kita ceritakan secara singkat tentang Luqman, yang penuh dengan hikmah. Berikut kisah-kisahnya seperti yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa 6/6/2023.Berita video cerita singkat soal kecintaan bintang Chelsea, Kai Havertz, kepada keledai. Apa keledai?Siapakah Luqman Al Hakim?Sebelum kita ceritakan secara singkat tentang Luqman, penting bagi kita untuk mengenal lebih dalam terlebih dahulu tentang siapa sebenarnya Luqman Al Hakim. Luqman Al Hakim merupakan salah satu nama orang yang disebut dalam al-Qur`an, tepatnya surah Luqman 31 ayat 12-19. Menurut Ibnu Katsir, nama Luqman Al Hakim adalah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Sedangkan mengenai asal usul Luqman, para ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas menyatakan, bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu yang berasal dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan ia adalah orang dengan ciri fisik bertubuh pendek dan berhidung mancung dari daerah Nubah. Sebagian lain mengatakan, bahwa ia berasal dari Sudan. Luqman Hakim memiliki keistimewaan yang mendapat anugerah dari Allah Swt, yakni berupa ilmu hikmah. Ilmu sangat berguna bagi kepribadian manusia yang pada gilirannya akan bermanfaat bagi orang di sekitarnya, juga bagi alam semesta. Allah Swt berfirman “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman.” QS. Luqman; 12 Kata al-hikmah dalam ayat di atas memiliki beragam makna yang di antaranya; meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, selalu benar dalam ucapan dan perbuatan, mengukuhkan sesuatu dengan ilmu dan amal, kepahaman dan kecerdasan, atau mengetahui apa yang terjadi dan melakukan kebaikan. Kata al-hikmah juga bisa diartikan rangkaian kata-kata yang menjadi bahan renungan dan telah mengalir dari satu generasi ke generasi yang lain. Untaian kata yang bisa membuat seseorang tidak lagi melulu cinta harta duniawi juga bisa disebut al-hikmah. Atau kemampuan memahami hakikat sesuatu sesuai kemampuan yang optimal, atau untaian kata yang indah nan sempurna yang memuat dorongan melakukan sifat terpuji, ilmu, dan perilaku yang mulia, atau segala sesuatu yang meningkatkan kualitas diri seseorang, semuanya merupakan arti-arti dari kata al-hikmah. Ada pendapat lain menyatakan, bahwa al-hikmah berarti ilmu dan amal. Oleh karenanya, seseorang tidak akan dapat menyandang gelar “Hakim” kecuali jika ia telah mengantongi keduanya, yakni ilmu dan amal. Secara sederhana, al-hikmah adalah petunjuk jalan lurus menuju keselamatan dan kebenaran dalam berkeyakinan, bertingkah laku, berucap, dan melangkah, menurut sisi pandang Yang Maha Pencipta, maupun cara pandang manusia. Itulah arti kata al-hikmah secara umum. Al-hikmah merupakan buah dari pengetahuan yang luas dan keilmuan yang dalam, kecerdasan serta kesadaran diri yang penuh, penelitian yang menyeluruh dan percobaan yang teruji, pengamatan terhadap keterkaitan antara satu perkara dengan yang lain, dan analogi qiyas yang dominan antara suatu hal dengan yang pria berbagi wortel dengan keledainya dalam kompetisi balap keledai tradisional ke-53 di Tribunj, Kroasia 29/8/2020. Xinhua/Pixsell/Hrvoje JelavicKeledai dan cacian merupakan kisah yang bisa kita ceritakan secara singkat tentang Luqman. Cerita ini memiliki pesan bahwa, sebaik apa kita berusaha melakukan sesuatu, akan ada saja reaksi negatif dari orang lain, baik itu cacian, komentar negatif ujaran kebencian dan sebagainya. Berikut adalah kisah selengkapnya dari Luqman, Keledai, dan Cacian Orang lain Dalam sebuah kesempatan, saat Luqman mengajari putranya tentang kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat, Luqman berkata, ”Wahai putraku! Lakukanlah hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan duniamu. Terus lakukan hingga kau mencapai puncak kebaikan. Jangan pedulikan omongan dan cacian orang, sebab tak akan pernah ada jalan untuk membuat mereka semua lega dan terima. Tak akan pula ada cara untuk menyatukan hati mereka.” ”Wahai puteraku," kata Luqman melanjutkan, "Datangkan seekor keledai kepadaku, dan mari kita buktikan.” Luqman bermaksud mengajak putranya jalan-jalan di tengah masyarakat untuk membuktikan bahwa membuat semua orang “legawa” itu sangatlah sulit. Bahkan bisa dibilang sama sekali tidak mungkin terjadi. Apapun yang diperbuat oleh seseorang akan selalu ada yang mempersalahkan. Selalu saja ada yang tidak setuju. Kemudian perjalanan mereka segera Dicemooh karena Membiarkan Putranya Jalan KakiBuruh naik gerobak keledai saat berjalan di tengah cuaca berkabut di Lahore 21/12/2022. Kabut tebal kembali menyelimuti berbagai kota di Punjab, termasuk Lahore pada malam hari antara Selasa dan Rabu, melumpuhkan kehidupan sehari-hari dan mengganggu lalu lintas jalan raya dan udara.AFP/Arif AliPada kesempatan pertama Luqman menaiki keledai dan menyuruh putranya berjalan kaki sambil menuntun keledai. Hal itu kemudian dilihat oleh sekelompok orang yang menganggap bahwa hal itu aneh. Orang-orang yang menganggap itu aneh pun kemudian segera mencaci Luqman. Mereka berkata, ”Anak kecil itu menuntun keledai, sedang orang tuanya duduk nyaman di atas keledai. Alangkah congkak dan sombongnya orang tua itu.” Mendengar cacian tersebut, Luqman pun berkata, ”Putraku, coba dengar, apa yang mereka katakan.” Luqman lalu bergantian dengan membiarkan puteranya yang menaiki keledai. Sedangkan Luqman giliran berjalan kaki sambil menuntun keledainya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan hingga bertemu sekelompok orang yang berbeda. Meski kini Luqman dan putranya telah berganti posisi, tetap saja reaksi serupa yang mereka dapatkan. Orang-orang yang merasa aneh dengan apa yang mereka lihat pun berkomentar dengan mengatakan, ”Lihatlah, anak kecil itu menaiki keledai, sementara orang tua itu malah berjalan kaki menuntunnya. Sungguh, alangkah buruknya akhlak anak itu.” Mendengar komentar orang-orang pun, Luqman kemudian berkata kepada putranya, ”Anakku, dengarlah apa yang mereka katakan.”Luqman dan Putranya Menaiki Keledai BersamaanIlustrasi Foto Persekusi iStockphotoMereka berdua melanjutkan perjalanan. Kali ini, keduanya menaiki keledai mungil itu. Mereka berdua terus berjalan hingga melewati sekelompok orang yang duduk-duduk di pinggir jalan. Lagi-lagi, orang-orang tersebut bereaksi dengan melontarkan komentar negatif. ”Dua orang itu naik keledai berboncengan, padahal mereka tidak sedang sakit. Mereka mampu berjalan kaki. Ahh, betapa mereka tak tahu kasihan pada hewan,” sindir seseorang yang melihat luqman. ”Lihatlah apa yang mereka katakan, wahai puteraku,” Luqman kembali menasihati puteranya. Tanpa menghiraukan caci maki orang-orang itu, Luqman dan putranya kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, Luqman dan Putranya semuanya berjalan kaki, sambil menuntun keledai. Komentar negatif kembali mereka dapat ketika melewati sekelompok orang. ”Subhanallah! Lihat, dua orang itu menuntun keledai bersama, padahal keledai itu sehat dan kuat. Kenapa mereka tidak menaikinya saja? Ahh, betapa bodohnya mereka,” kata seseorang dalam kerumunan. Mendengar komentar tersebut, kepada puteranya Luqman berkata, ”Dengarlah apa yang mereka katakan! Bukankah telah aku katakan padamu? Lakukan apa yang bermanfaat bagimu dan jangan kau hiraukan orang lain. Aku harap kau bisa mengambil pelajaran dari perjalanan ini.” Cerita kebijaksanaan Luqman di atas dapat dipetik hikmahnya, bahwa manusia haruslah menjadi orang yang kuat, sehingga memiliki pendirian yang teguh dan kokoh. Tidak goyah dengan terpaan angin. Tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas. Nasihat-nasihat Luqman sangat banyak sekali, baik yang didokumentasikan di dalam al-Qur`an ataupun di kitab-kitab para ulama.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Selamalebih dari 15 tahun, kita terkecoh oleh publisitas yang banyak membesar-besarkan tentang musik klasik yang dapat memacu kecerdasan seorang anak. Dulu, sebelum saya mengenal banyak keajaiban Al-Qur'an, saya cenderung memegang pendapat bahwa musik klasik dapat merangsang perkembangan otak janin dan mencerdaskan anak. Jangan Pandang anak sebelah mata. Foto VOI Indonesia Qur’an Surat Lukman 3112, Allah berfirman “ Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” ———————– –Al Quran mengajarkan orang tua untuk mendidik anak menjadi generasi yang kuat, sebagaimana disebutkan dalam Surat Annisa 49 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Kita perlu mewariskan generasi yang kuat, dimulai dari anak-anak. Kuat disini mencakup empat aspek. Kuat dalam hal fisik, kuat dalam hal ilmu, kuat dalam hal iman tidak musyrik dan kuat dalam hal karakter atau akhlak. Anak-anak perlu kita beri makan yang bergizi baik, perlu diberikan makanan ilmu pengetahuan yang setinggi-tingginya, perlu diajari mengenai mengikis kemusyrikan dalam dirinya dan orang lain ingat musyrik kepemilikan, pengabdian, aturan, perlindungan/perilaku dan figur!, perlu diajari akhlak dan karakter yang sesuai dengan al Quran. Tujuan mendidik anak adalah agar mereka dapat menjadi generasi yang menjadi pemimpin atau imam bagi orang yang bertakwa, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Furqan 2574, Dan orang orang yang berkata “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Menjadikan anak sebagai imam bagi orang-orang bertakwa berarti mendidik anak menjadi anak yang bertakwa terlebih dahulu, yaitu manusia yang selalu bersegera mohon ampun, bersedekah dalam kondisi lapang dan sempit, menahan amarah, memaafkan orang lain dan berbuat baik Surat Ali Imran 3133-134. Ajarkan Ke-esaan Allah Manusia yang memahami Al Quran tetap akan memikirkan nasib anak-anaknya,Manusia yang memahami Al Quran dan dirinya sedang mengalami sakratul maut, dia akan membuktikan kebenaran Al Quran bahwa pertanyaan manusia yang sedang sakratul maut adalah pertanyaan tentang tauhid apakah selama hidup kita sedang meng-esakan atau mempersekutukan Allah. Oleh karena itu, ketika orang ini kemudian memikirkan anaknya, yang terpikir bukanlah siapa yang memberikan rezeki, siapa yang menyekolahkan dan sebagainya, tetapi yang pasti terpikirkan adalah apakah bagaimana mereka akan tumbuh menjadi anak yang meng-esakan Allah bukan menjadi anak yang mempersekutukan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat Al-Baqoroh 133, Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan tanda-tanda maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” Ajaran kepada anak tentang meng-esakan Allah tidak hanya diajarkan ketika sedang sakratul maut, namun juga selama hidup kita, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat Lukman 3112, Allah berfirman “ Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Mengingat sangat pentingnya ini diajarkan kepada anak-anak, maka pada saat kematian menjemput pun, pesan inilah yang perlu disampaikan kepada anak-anak, istri dan kerabat. Apa yang terdapat di sisi kita ini pada suatu saat akan lenyap, yang abadi adalah nafs manusia, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat An Nahl 1696 yang artinya “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. Rasa kekhawatiran untuk meninggalkan apa yang telah dititipkan Allah atas diri kita selama hidup ini akan menimbulkan perasaan memiliki dan sikap bakhil yang memperberat perpisahan kita dengannya, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat Ali Imran 3180 yang artinya “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Jangan Berprasangka Buruk Jangan pernah berprasangka buruk kepada Tuhan bahwa rezeki anak dan istri kita adalah harus melalui saya sebagai seorang suami, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat Al Hijr 1520. “Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan Kami menciptakan pula makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.” Boleh jadi sebenarnya rezeki itu adalah rezeki anak dan istri kita yang disalurkan Allah melalui diri kita dimana tanpa kita pun mereka akan mendapatkannya. Ada pertanyaan besar pada diri saya sendiri dan anda, masihkah kita merasa khawatir akan kematian? Kalau masih, berarti masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan dalam pembuktikan tauhid ini kepada Allah. */sumber artikel tulisan Sukardi SThi, fasilitator paham qurani
Fathonahartinya cerdas. Dalilnya adalah, jika para rasul tidak memiliki sifat cerdas, bagaimana mungkin mereka mampu membangun argumentasi terhadap orang-orang yang menentangnya. Maka, mustahil bagi rasul bersifat bodoh. Rasul memiliki kecerdasan yang tinggi dalam memberikan jalan tengah di antara kaumnya yang berselisih.
Abstrak Kecerdasan emosional merupakan faktor yang menentukan langkah hidup seseorang sehingga mengantarkan pada keunggulan hidup. Goleman menyatakan kecerdasan emosional dapat dilihat dari kemampuan mengenal emosi diri, kemampuan mengelola emosi diri dengan tepat, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain empati dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Berabad-abad sebelum Goleman berbicara mengenai kecerdasan emosional, terdapat ajaran yang telah mengarahkan manusia untuk mencapai kesuksesan dunia maupun akhirat. Wahyu Allah melalui Nabi Muhammad SAW dalam bentuk Al-Qur'an telah mengajarkan manusia untuk meraih kesuksesan hidup. Oleh karena itu berdasarkan studi yang dilakukan terhadap para penghafal Al-Qur'an hafidz Qur'an, penulis ingin membuktikan kecerdasan emosional merupakan bagian dari nilai-nilai Qur'ani. Kata kunci Kecerdasan emosional, Al-Qur'an, Hafidz. Abstract Emotional Intelligence is a factor that become a key to success in life. Goleman define emotional intelligence as the ability to identify, controls, and motivate the emotions of oneself, empathy and engaging good relationships with others. Centuries before Goleman starts to speak about emotional intelligence, Prophets Muhammad SAW tried to spread the message that can make people succeed in life and beyond. This massage summarized as Al-Qur'an. From the study of hafidz Qur'an, author try to acknowledge the emotional intelligence as part of the values of the Al-Qur'an's message. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 35-45 35 KECERDASAN EMOSIONAL DALAM AL-QUR’AN 1Stephani Raihana Hamdan 1Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 1 Email Abstrak Kecerdasan emosional merupakan faktor yang menentukan langkah hidup seseorang sehingga mengantarkan pada keunggulan hidup. Goleman menyatakan kecerdasan emosional dapat dilihat dari kemampuan mengenal emosi diri, kemampuan mengelola emosi diri dengan tepat, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain empati dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Berabad-abad sebelum Goleman berbicara mengenai kecerdasan emosional, terdapat ajaran yang telah mengarahkan manusia untuk mencapai kesuksesan dunia maupun akhirat. Wahyu Allah melalui Nabi Muhammad SAW dalam bentuk Al-Qur’an telah mengajarkan manusia untuk meraih kesuksesan hidup. Oleh karena itu berdasarkan studi yang dilakukan terhadap para penghafal Al-Qur’an hafidz Qur’an, penulis ingin membuktikan kecerdasan emosional merupakan bagian dari nilai-nilai Qur’ani. Kata kunci Kecerdasan emosional, Al-Qur’an, Hafidz. Abstract Emotional Intelligence is a factor that become a key to success in life. Goleman define emotional intelligence as the ability to identify, controls, and motivate the emotions of oneself, empathy and engaging good relationships with others. Centuries before Goleman starts to speak about emotional intelligence, Prophets Muhammad SAW tried to spread the message that can make people succeed in life and beyond. This massage summarized as Al-Qur’an. From the study of hafidz Qur’an, author try to acknowledge the emotional intelligence as part of the values of the Al-Qur’an’s message. Keyword Emotional intelligence, Al-Qur’an, Hafidz. Pendahuluan Semenjak Nabi Muhammad SAW menerima Al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT, penghafalan terhadap ayat-ayat suci Al-Qur’an mulai dilakukan. Banyak perintah Nabi Muhammad SAW yang mengatakan betapa mulianya seseorang yang berusaha menghafalkan Al-Qur’an. Seperti dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda “Orang yang terbaik di antara kalian ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengerjakannya”. Sa’dulloh, 2005 Universitas Islam Bandung Unisba sebagai salah satu perguruan tinggi Islam merupakan bagian dari usaha perjuangan nilai Islam. Unisba berusaha dengan berbagai cara untuk menjaga kemuliaan agama Islam. Salah satu usahanya adalah dengan menerapkan program beasiswa penuh bagi para Stephani Raihana Hamdan 36 Volume 3, Mei 2017 penghafal Al-Qur’an 30 Juz Hafidz Qur’an yang ingin menempuh pendidikan Sarjana di Unisba. Tercatat sebanyak 11 mahasiswa Unisba yang terdaftar resmi sebagai Hafidz Qur’an. Dari hasil wawancara dengan kemahasiswaan Unisba, dosen-dosen dan rekan-rekan mahasiswa yang berinteraksi dengan mahasiswa hafidz, peneliti mendapat gambaran bahwa mahasiswa hafidz ini memiliki tingkah laku unggul, prestatif dan dapat menyesuaikan diri. Mahasiswa hafidz memiliki indeks prestasi tinggi, aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, memiliki rasa hormat yang tinggi pada orang yang lebih tua, mampu bersikap tenang bila menghadapi masalah, berdisiplin tinggi dalam mengembangkan ilmu Qur’an dan ibadah serta rendah hati dengan sesamanya. Jika dilihat dari pandangan agama, pembentukan pribadi para hafidz ini tentunya tidak lepas dari pengaruh pendidikan agama, dalam hal ini pendidikan Al-Qur’an yang diterapkan pada dirinya. Nabi Muhammad SAW telah menjanjikan bahwa dengan mengamalkan Al-Qur’an maka sesungguhnya Allah akan meningkatkan derajat seseorang “Sesungguhnya dengan kalam ini Al-Qur’an Allah mengangkat derajat umat dan merendahkan yang lainnya .” HR. Muslim, dalam Rauf, 1996. Peneliti berasumsi bahwa kecerdasan emosional merupakan faktor internal yang menjadikan para hafidz ini menampilkan perilaku prestatif dan menyesuaikan diri dan keunggulan tingkah laku para hafidz sesungguhnya merupakan cerminan pengamalan ajaran Al-Qur’an. Berdasarkan paparan-paparan inilah, peneliti tertarik meneliti lebih jauh bagaimana kecerdasan emosional para mahasiswa penghafal Al-Qur’an Hafidz Qur’an di Unisba. Hal ini dilakukan dalam rangka pembuktian asumsi bahwa mahasiswa hafidz Qur’an memiliki kecerdasan emosi tinggi yang merupakan hasil dari nilai Al-Qur’an yang mereka hafalkan dan amalkan. Metode Penelitian mengenai kecerdasan emosional pada mahasiswa penghafal Al-Qur’an hafidz Qur’an di Fakultas Dirosah Islamiyyah Universitas Islam Bandung adalah suatu penelitian yang dibahas secara deskriptif. Sedarmayanti, 2002 Subjek penelitian adalah mahasiswa penghafal Al-Qur’an hafidz Qur’an di Fakultas Dirosah Islamiyyah Universitas Islam Bandung. Variabel yang diukur adalah variabel kecerdasan emosional emotional intelligence yang didasarkan pada teori Daniel Goleman. Alat ukur penelitian ini adalah modifikasi dari alat ukur EQ-I Bar-On sehingga alat ukur disesuaikan dengan fenomena penelitian ini. Alat ukur EQ-I ini diadaptasikan peneliti kedalam 120 item yang menjaring aspek-aspek kecerdasan emosional diri subjek penelitian. Subjek diminta untuk menentukan apakah pernyataan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan kondisi dirinya. Setiap item memiliki alternatif jawaban yang menunjukkan derajat kesesuaian dan ketidaksesuaian dengan diri. Penilaian skala Kecerdasan Emosional menggunakan pendekatan Likert yakni Summated Rating Scale. Azwar, 2004. Kecerdasan Emosional dalam Al-Qur’an SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 35-45 37 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan menggunakan metode statistik persentase %. Alasan mempergunakan teknik persentase ini adalah dikarenakan data yang digunakan ordinal, data yang didapat bersifat kuantitatif dan data statistik berbentuk non parametrik. Nilai kategori tinggi bila ≥ 50 %, sedangkan nilai kategori rendah bila < 50 %. Hasil Pembahasan Tabel 1 Hasil Persentase Kecerdasan Emosional Berdasarkan diagram di atas, maka dapat disimpulkan bahwa 81,82 % 9 orang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Hal ini berarti kebanyakan mahasiswa hafidz mampu mengenali perasaan dirinya, dan kemudian mengelola emosinya tersebut agar dapat bertindak konstruktif, dengan kemampuan mengelola emosi dengan baik, para hafidz mampu memotivasi diri untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Para hafidz juga memiliki kapasitas untuk memahami orang lain guna menjalin hubungan sosial yang efektif. Peneliti menemukan faktor kesamaan yang menonjol pada kesembilan subjek berkategori tinggi adalah memiliki latar belakang pendidikan pesantren, bahkan enam diantaranya berasal dari pesantren yang sama. Meski pada dasarnya proses belajar meningkatkan kecerdasan emosi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, namun kondusifitas lingkungan pendidikan pesantren dapat memberikan peranan dalam membentuk kecerdasan emosional subjek menjadi lebih tinggi. Hal ini ditunjang oleh hasil penelitian dari Muthmainah 1998 yang membuktikan bahwa lingkungan pesantren berpengaruh terhadap kecerdasan emosional para santrinya. Stephani Raihana Hamdan 38 Volume 3, Mei 2017 Hasil Pengukuran Kecerdasan Emosi Berdasarkan Aspek Tabel 2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosional Aspek Mengenali Emosi Diri Aspek Mengelola Emosi Diri Aspek Membina Hubungan Dengan Orang Lain Aspek Mengenali Emosi Diri Secara keseluruhan 10 subjek penelitian memiliki kemampuan mengenal emosi diri yang tinggi dengan persentase 91 %. Para hafidz memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri mereka. Mereka mengevaluasi kekuatan dan batas-batas diri sehingga dapat mengetahui hal-hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Hal ini terjadi karena para hafidz berasal dari lingkungan keluarga, sekolah dan organisasi yang melaksanakan aturan agama Islam yang mendidik bagaimana para hafidz harus bersikap dan bertingkah laku Islami. Batasan norma agama ini terus terjaga karena para hafidz ini berada di lingkungan yang diwarnai nilai-nilai Islam. Selain itu proses menghafalkan Al-Qur’an yang dijalani para hafidz semenjak mereka masih remaja menuntut mereka untuk menjaga perilakunya agar sesuai dengan aturan agama dan menjauhi segala kegiatan yang bersifat sia-sia laghwu. Para hafidz dilatih untuk senantiasa memantau keadaan diri muraqabah agar perbuatan dirinya tetap dalam ketakwaan. Dari hasil analisa item, 1 subjek yang masih rendah, merupakan subjek termuda yang masih yang berada dalam tahap transisi dari remaja akhir ke dewasa awal sehingga memungkinkan adanya penghayatan diri yang merasa belum sepenuhnya mencapai kedewasaan sehingga membuat dirinya belum menerima keadaan dirinya apa adanya. Namun hal ini berpotensi meningkat bila ia mulai mencapai kedewasaan diri. Maka dalam pengertian Islam, dimensi kesadaran diri sesungguhnya dikenal sebagai proses muraqabah dan muhasabah. Muraqabah adalah suatu proses dalam diri manusia saat mengawasi amal perbuatannya dengan mata yang tajam. Hawwa, 1998 Hal ini didasarkan pada An-Nisaa [4] 1 yang berbunyi “Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” Rasulullah bersabda bahwa hendaknya umat muslim senantiasa mengawasi amal perbuatan diri sebagaimana hadits Abu Nu’aim berikut “Beribadahlah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, sekalipun kamu tidak melihat-Nya tetapi Dia melihatmu.” Proses kesadaran diri yang kedua adalah muhasabah. Muhasabah adalah menilai dan menimbang kebaikan serta keburukan yang telah diperbuat oleh diri. Hal Kecerdasan Emosional dalam Al-Qur’an SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 35-45 39 ini menjadi ladang koreksi diri untuk memperbaiki amal ibadah di masa depan. Ghazali, 2008 Koreksi diri ini didasarkan pada ayat berikut ini “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Hasyr [59] 18 Al Hasan bin Ali ra pernah berkata “Orang mukmin selalu mengevaluasi dirinya, ia menghisabnya karena Allah. Hisab akan menjadi ringan bagi orang-orang yang telah menghisab diri mereka di dunia dan akan menjadi berat pada hari kiamat bagi orang-orang yang mengambil perkara ini tanpa muhasabah.” Hawwa, 1998 Proses muraqabah dan muhasabah merupakan bagian penting dalam hidup seorang muslim. Dengan alat inilah, seseorang mengetahui sejauhmana kebaikan dan keburukan yang telah ia perbuat, batas kemampuan dirinya dan menjadi tolok ukur diri dalam menentukan rekonstruksi amal ibadahnya di masa didepan. Aspek Mengelola Emosi Diri Berdasarkan perhitungan hasil data pengukuran aspek mengelola emosi diri mahasiswa hafidz Al-Qur’an Unisba, didapat bahwa sebanyak 72,7 % 8 orang subjek penelitian memiliki kemampuan mengelola emosi yang tinggi dan sebanyak 3 orang berkategori rendah. Sebanyak 10 orang subjek lain yang mendapat kategori tinggi memiliki kemampuan dalam mengelola emosi mereka sehingga mampu mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yang menekan mereka. Mereka mampu bersikap tenang dan memiliki kejernihan emosi. Hal ini berbeda dengan memendam emosi yang dapat memberikan efek negatif. Dari hasil wawancara dengan para hafidz, biasanya mereka bercerita dan bertukar pendapat dengan teman atau guru agama. Saat bercerita dan bertukar pendapat itulah para hafidz diingatkan kembali pada nasihat kesabaran, dimana sabar menurut pandangan Islam yang dianut kuat para hafidz merupakan pilihan utama dalam menghadapi segala situasi. 3 orang berkategori rendah menyatakan memiliki hambatan untuk bercerita dan bertukar pendapat dengan ini perlu dinilai dari sudut pandang para hafidz yang sangat menjaga tutur kata dan perbuatan mereka sehingga cenderung sangat menjaga perkataan dari kata-kata yang buruk yang mungkin muncul bila mereka bercerita. Dalam Islam, kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri disebut sabar. Orang yang paling sabar adalah orang yang paling tinggi dalam kecerdasan emosionalnya. Ia biasanya tabah dalam menghadapi kesulitan. Ketika belajar orang ini tekun. Ia berhasil mengatasi berbagai gangguan dan tidak memperturutkan emosinya. Ia dapat mengendalikan emosinya. Kemampuan bersikap tenang dan memiliki kejernihan emosi berkaitan dengan kemampuan mereka meregulasikan emosi. Ibadah yang dilakukan oleh para hafidz untuk mengendalikan emosi yang dirasakan sehingga memperoleh kembali ketenangan, diantaranya adalah membaca Al-Qur’an, mengingat Allah dzikir dan Stephani Raihana Hamdan 40 Volume 3, Mei 2017 shalat. Ketika manusia merasakan gejolak emosi di dalam dirinya, Al-Qur’an menganjurkan manusia untuk mengendalikan emosi yang dirasakan. Sesungguhnya mengontrol diri dengan mengingat Allah. Hal ini sesuai dengan Q. S. Ar-Rad [13] 28 yang berbunyi “Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” Aspek Motivasi Berdasarkan perhitungan hasil data pengukuran aspek memotivasi diri mahasiswa hafidz Al-Qur’an Unisba, didapat bahwa sebanyak 81,8 % 9 orang subjek penelitian memiliki kemampuan memotivasi diri yang tinggi, hanya 2 orang berkategori rendah yaitu A dan E. Prestasi menjadi hafidz Al-Qur’an merupakan manifestasi dari kemampuan motivasi yang tinggi. Proses menghafal dan mempertahankan hafalan Al-Qur’an didasari adanya motivasi tinggi, semangat dan ketekunan. mereka merasa terdorong untuk melakukan hal dengan lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan merupakan bagian dari aspek memotivasi diri. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan Al-Qur’an yang didapatkan para mahasiswa hafidz, mereka terbiasa untuk melakukan hal yang lebih baik. Dimulai dari kebiasaan memperbaiki bacaan Al-Qur’an setiap harinya. Mereka dituntut memperbaiki bacaan Al-Qur’an agar sesuai kaidah hukum tajwid sebagai standar keberhasilan. Dorongan untuk melakukan hal yang lebih baik ini didasarkan anjuran dari Nabi SAW untuk melakukan hal lebih baik dari kemarin, karena jika sama atau kurang maka sesungguhnya diri kita merugi. Pada subjek E didorong mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an oleh kakak perempuannya. Kesepuluh hafidz Al-Qur’an memiliki motivasi internal dan tidak terdorong oleh siapapun untuk menjadi hafidz Al-Qur’an. Hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam menginterpretasikan kemampuan motivasi prestasi subjek E. Pada subjek A, ia menjadi satu-satunya subjek yang tidak berasal dari lingkungan pesantren. Ia tidak mengalami lingkungan kondusif yang dapat mengajarkannya mempertahankan motivasi secara konsisten. Dimensi motivasi menurut Goleman 2005 adalah kecerdasan untuk menggunakan hasrat kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi. Hal ini senanda dengan motivasi yang didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Shaleh & Wahab, 2004 132 Menurut Dr. Baharuddin 2004, ibadah merupakan motivasi utama manusia dalam berperilaku. Hal ini dikarenakan sesungguhnya manusia tidak lain diciptakan untuk menyembah Tuhannya. Allah SWT telah mewahyukan hal ini dalam Adz-Dzaariyat [51] 56 yang berbunyi ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Selain itu Allah SWT juga berfirman bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia tidak lain untuk Kecerdasan Emosional dalam Al-Qur’an SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 35-45 41 beribadah karena Allah ”Katakanlah Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” Al-An’aam [6] 162 Al-Qur’an memiliki banyak sekali kandungan ayat-ayat yang mendorong manusia untuk beribadah dan melakukan perbuatan sebaik-baiknya. Hal ini dapat menjadi sumber inspirasi kaum muslimin untuk melakukan ibadah dan terus memotivasi diri untuk berkarya di jalan Allah SWT. Meskipun Allah telah menentukan takdir seseorang, namun Allah tidak memerintah manusia berdiam diri menunggu takdir ditetapkan baginya. Allah memerintah manusia untuk berusaha mencari nafkah dan berusaha terus menerus memperbaiki dirinya. Allah SWT menyatakan dalam firman-Nya ”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ar-Ra’d [13] 11 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” Al-Qashash [28] 77 Al-Qur’an juga memerintahkan kepada umat manusia untuk terus termotivasi untuk melakukan aktivitas kebaikan. Manusia harus memotivasi diri untuk melakukan kebaikan dengan tetap meniatkan perbuatannya karena Allah semata. Hal ini sesuai dengan wahyu Allah dalam Q. S. Al-Maidah [5] 48 yang menyatakan “Maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali semuanya...” Aspek Empati Berdasarkan perhitungan hasil data mahasiswa hafidz Al-Qur’an Unisba, didapat bahwa seluruh subjek penelitian 100 % memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengenali emosi orang lain empati. Hal ini menunjukkan seluruh mahasiswa hafidz Al-Qur’an menghayati mereka mampu memahami perasaan orang lain dan memiliki minat pada orang lain. Mereka mampu memperhatikan dan membaca isyarat emosi orang lain. Mereka menunjukkan kepekaan dan mampu memahami perspektif orang lain. Menurut Goleman 2005, dimensi empati merupakan kemampuan untuk merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perpektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyeleraskan diri dengan bermacam-macam orang. Dalam pandangan Islam, Allah SWT menganjurkan pada kaum beriman untuk saling menyebarkan kasih sayang dan saling menghibur dikala duka dengan pesan sabar. Hal ini sesuai dengan ayat dibawah ini ”Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” Al-Balad [90] 17 ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” Maryam [19] 96 Dalam berkasih sayang, Rasulullah juga menganjurkan kepada kaum muslimin untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain layaknya mereka dalam satu tubuh. Stephani Raihana Hamdan 42 Volume 3, Mei 2017 Berikut ini hadits yang diriwayatkan Muslim dan Ahmad yang menyatakan hal tersebut Hasan, 2006 ”Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling rasa cinta dan kasih sayang mereka adalah seperti satu tubuh yang apabila ada salah satu anggotanya yang mengeluh sakit, maka anggota-anggota tubuh lainnya ikut merasa sakit.” Anjuran diatas sesungguhnya merupakan nasihat kepada manusia untuk berempati saat berhubungan dengan orang lain. Selain itu banyak ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan diri manusia untuk saling mengenal dan menjaga silaturahim. ”Dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ” An-Nisaa’ [4] 1 Aspek Keterampilan Sosial Sebanyak 81,8 % 9 orang mahasiswa hafidz Al-Qur’an secara keseluruhan memiliki kemampuan yang tinggi dalam membina hubungan dengan orang lain. Jika dilihat hanya subjek A dan E yang memiliki skor yang rendah adalah dua subjek yang juga memiliki kategori kecerdasan emosional yang rendah secara keseluruhan pula. Maka tidak salah jika Goleman mengatakan seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi dalam aspek ini dikatakan sebagai orang memiliki kecermerlangan emosional. Goleman, 1996 Maka dari itu, peneliti memandang bahwa dasar subjek A dan E memiliki skor rendah dalam aspek ini, tidak jauh berbeda dari alasan mengapa subjek A dan E memiliki skor rendah dalam kecerdasan emosional secara keseluruhan. Kegagalan A dan E dalam memiliki kemampuan berbagai aspek sebelumnya berkontribusi yang cukup signifikan dalam menentukan skor rendah kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Dimensi keterampilan sosial menurut Goleman 2005, merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berinteraksi dengan lancar; menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerjasama dalam kelompok. Kegiatan para hafidz yang bergerak di bidang dakwah Islam tentunya mendorong meningkatnya kemampuan menjalin relasi dengan orang lain ini. Sesungguhnya Islam merupakan agama yang menekankan pentingnya kehidupan sosial. Pada dasarnya ajaran Islam mengajarkan manusia untuk melakukan segala sesuatu demi kesejahteraan bersama, bukan pribadi semata. Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasihati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kesamaan derajat egaliter, tenggang rasa dan kebersamaan. Bahkan dalam Islam, Allah menilai ibadah yang dilakukan secara berjamaah atau bersama-sama dengan orang lain nilainya lebih tinggi daripada shalat yang dilakukan perorangan, dengan perbandingan 27 derajat. Nata, 2006 88 Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menganjurkan untuk menjaga hubungan sosial dengan baik, salah satunya dengan membangun kekompakan dan kerjasama dalam kebaikan didalamnya. ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa.” Al-Maa’idah [5] 2 ”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu Kecerdasan Emosional dalam Al-Qur’an SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 35-45 43 bercerai berai.” Ali-Imran [3] 103 ”Orang mukmin bagi mukmin yang lain seperti bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” HR. Bukhari dan Muslim, dalam Hawwa, 1998 Dalam hubungan sosial, faktor kepemimpinan sangatlah memegang peranan penting. Allah SWT sangat memperhatikan hal ini, hingga memerintahkan manusia untuk taat pada pemimpin langsung setelah perintah menaati Allah dan Rasul-Nya. ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Qur'an dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.” An-Nisaa [4] 59 Dalam ayat ini juga disampaikan bahwa dalam kehidupan kelompok seringkali terjadi perbedaan pendapat yang dapat menjadi bibit perpecahan. Allah memberikan tuntunan kepada manusia untuk menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai dasar untuk memecahkan permasalahan. Al-Qur’an juga memerintah manusia untuk menebarkan kebajikan, menyelesaikan pertikaian dan menjalin kasih sayang diantara sesama manusia. Hal ini sesuai dengan Q. S. An-Nisa [4] 114 yang berbunyi “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” Mengadakan perdamaian sangat dianjurkan oleh ajaran Islam sehingga dikatakan dapat menjauhi seseorang dari api neraka sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi. Hawwa, 1998 Masih banyak adab-adab yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam menjaga hubungan sosial. Namun pada dasarnya ketika berhubungan dengan orang lain hendaknya memperlakukan mereka sebagaimana kita hendak diperlakukan. Hal ini didasarkan pada hadits Muslim yang menyatakan bahwa “Siapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan masuk surga, maka hendaklah dia mati dalam keadaan bersaksi tiada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan hendaklah memperlakukan orang dengan apa yang disukainya untuk diperlakukan terhadap dirinya.” Hawwa, 1998 Simpulan dan Saran Dari data-data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa secara rata-rata, kelompok mahasiswa hafidz Al-Qur’an ini memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, dengan persentase di atas 80 %. Hal ini berarti para hafidz mahasiswa hafidz Al-Qur’an memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain empati dan membina hubungan dengan orang lain. Hal ini tidak lain cerminan dari nilai-nilai Al-Qur’an yang senantiasa mereka hafalkan dan usahakan untuk diamalkan. Stephani Raihana Hamdan 44 Volume 3, Mei 2017 Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran bagaimana budaya keislaman yang melekat kuat pada diri hafidz mampu meningkatkan kecerdasan emosional. Hal ini dapat menjadi contoh agar menerapkan pendidikan agama, khususnya pendidikan agama Islam dengan pendekatan kultural, tidak hanya sebagai mata pelajaran agama yang bersifat pengetahuan kognitif semata. Keberhasilan pendidikan pesantren dan lembaga tahfidz dalam mendidik kadernya menjadi pribadi dengan kultur Islami patut menjadi pelajaran. Daftar Pustaka Azwar, Saifuddin. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta Pustaka Pelajar. An-Najati, Utsman. 2000. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung Penerbit Pustaka. Az-Za’balawi, Sayyid Muhammad. 2007. Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa. Jakarta Gema Insani Press. Baharuddin. 2004. Paradigma Psikologi Islami. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Ghazali, Imam. 2008. Ringkasan Ihya’ Ulumuddin. Jakarta Sahara Publishers. Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Goleman, Daniel. 2005. Working With Emotional Intelligence Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Hasan, Aliah B. Purwakania. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta PT RajaGrafindo Persada Hawwa, Said. 1998. Menyucikan Jiwa Intisari Ihya’ Ulumuddin Al-Ghazali. Jakarta Robbani Press. Muthmainah. 1998. Skripsi ”Pengaruh Lamanya Tinggal di Lingkungan Pondok Pesantren Terhadap Kecerdasan Emosional Pada Santri Pesantren Daarul Ulum di Bogor”. Bandung Fakultas Psikologi Unisba. Rauf, Abdul Aziz Abdur. 1996. Kiat Sukses Menghafal Al Qur’an. Jakarta Dzilal Press. Sa’dulloh, H. 2005. Metode Praktis Menghafal Al-Qur’an, Kunci Sukses Menjadi Seorang Hafidz. Sumedang Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah Kecerdasan Emosional dalam Al-Qur’an SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 35-45 45 Sedarmayanti. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung CV Mandar Maju. Shaleh, Abdul Rahman & Wahab, Muhbib Abdul. 2003. Psikologi Dalam Perspektif Islam. Jakarta Prenada Media ... Aspek-aspek kecerdasan emosi yang telah dijelaskan oleh Goleman telah ada di dalam Al-quran Hamdan, 2017. Aspek-aspek tersebut meliputi 1 aspek mengenali emosi diri yang merupakan dimensi kesadaran diri, dalam pandangan Islam lebih dikenal dengan istilah muraqabah QS. ...... Subjek telah memahami bahwa Al-qur'an telah menjelaskan Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang berjudul "Kecerdasan emosional dalam Al-qur'an". Subjek penelitian ini adalah mahasiswa penghafal Al-qur'an hafidz Al-qur'an di Fakultas Dirosah Islamiyyah Universitas Islam Bandung Hamdan, 2017. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa hafidz A-qur'an memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dengan persentase di atas 80%. ...Zhila JannatiDwi Bhakti Indri will be able to face various challenges in daily life if emotional intelligence is well developed. This study aims to find out how the psychoeducational group assisted with Al-quran can be a solution to improve student emotional intelligence. This research was used qualitative research method with 8 participants of Islamic Guidance and Counseling departement of Islamic State University UIN Raden Fatah Palembang. The results of this study indicate that emotional intelligence of students, which includes recognizing self-emotion, managing emotions, motivating oneself, recognizing the emotions of others, and building relationships, can be improved by giving psychoeducational group assisted with Al-qur'an. From the results of these studies it can be concluded that the psychoeducational group assisted with Al-qur'an can be a solution to improve student emotional intelligence.... Dengan syarat tersebut maka bangsa Indonesia dituntut untuk tetap menjaga eksistensi seni angklung dengan tetap menjaga dan memajukan seni angklung konsekuensinya sektor pendidikan memainkan peran penting dalam mentransmisikan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mentransmisikan nilai-nilai yang terkandung dalam seni angklung ini kepada generasi mendatang sistem pendidikan sangat penting Bastari, Moh Ihsan,Fortunata Tyasrinestu, 2022 Lestari, 2022 Indonesia memiliki beragam alat musik tradisional antara lain kendang, Bonang saron, demung, kenong, angklung, gambang, gong kempul, dan alat musik tiup sebuah alat musik perkusi dari bambu yang dikenal sebagai angklung digoyangkan untuk menghasilkan suara jika dilihat dari bentuk desainnya tindakan menggoyangkan melibatkan tumbukan antara ruas-ruas bambu pangkal dengan kaki angklung Setyawati et al., 2017 Kecerdasan adalah sesuatu yang dimiliki atau nilai-nilai lebih dari setiap manusia dalam mengembangkan pola pikirnya sehingga mampu berkembang dan berpikir dengan jernih untuk menimbang, memutuskan serta menghadapi sesuatu dengan berpusat pada masalah yang dihadapi dengan solusi cemerlang Nur Efendi, 2021 Busthomi et al., 2020. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri dan orang lain kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain Raihana, 2017. Kecerdasan intelektual adalah kemampuan seseorang untuk memahami dunia luar Nurfalah, 2016. ...Desi PristiwantiUjang JamaludinKemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain, sangat penting dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah bagaimana mengelola dan meningkatkan kecerdasan emosional siswa di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran musik angklung dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa dan sebagai bentuk implementasi pelestarian budaya daerah, Mengenalkan musik angklung sebagai kearifan lokal yang perlu dilestarikan dan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Dimana dalam pelajaran Pendidikan Pancasila kelas 4 sekolah dasar terdap at materi tentang keragaman budaya, mulai dari rumah adat, Bahasa, suku bangsa dan kesenian tradisional. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan menggunakan model Miles dan Huberman, yang mengemukakan tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Dengan analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. Tujuan selanjutnya adalah bahwa dengan bermain musik angklung di sekolah dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa dengan baik. Hal ini terlihat adanya perubahan sikap perubahan emosi pada siswa menjadi lebih empati, sabar, disiplin, memupuk kerjasama dan kekompakan.... Centuries before Goleman talked about emotional intelligence, some teachings had directed humans to achieve success in this world and the hereafter. Allah's revelation through the Prophet Muhammad SAW in the form of the Qur'an has taught humans to achieve success in life Hamdan, 2017. ...Hasbiyallah Hasbiyallah Faznah MursyidiArum NingsihThe COVID-19 pandemic has attacked the fabric of human life. However, activities must continue, including in the field of education. This event is known as the "New Normal". In the educational environment, especially in Islamic boarding schools, there is one problem that arises, namely the lack of stable emotional control of students caused by fear and worry about the COVID-19 virus. This is because they are far from their families and have to start adapting to the new learning system. This study aimed to determine the relationship between remembrance activities and emotional control of the students of the Annida Al-Islamy Islamic Boarding School in the new normal era. In this study, a quantitative approach was used, with the correlational method. Data collection techniques were carried out by giving questionnaires to 60 students, interviews, and documentation. The results of the research are 1 The activity of remembrance at the Annida Al Islamy Islamic Boarding School in the new normal era is categorized as high; 2 The emotional control of students is categorized as strong; 3 The relationship between the two is highly correlated. Pandemi COVID-19 telah menyerang tatanan kehidupan manusia. Akan tetapi, aktivitas harus tetap berjalan, termasuk juga di dalamnya bidang pendidikan. Peristiwa ini dikenal dengan istilah “New Normal”. Dalam lingkungan pendidikan, khususnya di pesantren terdapat salah satu masalah yang timbul yakni kurang stabilnya pengendalian emosi santri yang disebabkan rasa takut dan khawatir terhadap virus COVID-19. Hal ini dikarenakan keadaan mereka yang jauh dari keluarga serta harus mulai beradaptasi dengan sistem pembelajaran baru. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui adanya hubungan antara aktivitas riyadlah zikir dengan Pendidikan pengendalian emosi santri Pondok Pesantren Annida Al-Islamy di era new normal. Pada penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan angket kepada 60 santri, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian yang didapat adalah 1 Aktivitas zikir di Pondok Pesantren Annida Al Islamy pada era new normal berkategori tinggi; 2 Pengendalian emosi santri berkategori kuat ; 3 Hubungan antara keduanya berkorelasi tinggi.... Human intelligence is only half used if people only focus on physical and/or mental intelligence. Islam also perceives EI as intelligence for it influences people's mental ability to perceive, manage and recognise basic emotions that may arise because of numerous influences Hamdan, 2017. However, the essence of EI in the Islamic perceptive focuses more on having the ability to know, understand, manage or control and distinguish emotions that are encouraged by Islamic teachings from the emotions that are discouraged or forbidden by Islam, which need to be properly regulated to have a positive effect on the relationships with oneself, others and God Al-Domi, 2015;Bauer, 2017. ...Purpose This paper aims to examine the effects of taqwa God-consciousness and syukr gratitude to God on emotional intelligence EI in a Muslim population in Malaysia. Design/methodology/approach Structural equation modelling tool AMOS was used to test the study’s hypotheses. In total, data were sourced from 302 Muslim employees working in Malaysia's public and private sectors. Findings Taqwa and syukr positively influence EI, and people with taqwa and syukr demonstrate greater levels of self-emotional appraisal compared with other emotional appraisals. This study also shows that people with taqwa and syukr give increased priority to understanding and distinguishing positive and negative emotions because of their understanding of Islamic teachings. They also exhibit concern with knowing their emotions well before advising or responding to the emotions of others. This may increase their sense of empathy, thereby improving their emotional competency and EI. Originality/value The findings indicate that taqwa and syukr predispose Muslims to EI. This study applied the Qur’anic model of self-development, which connects the origin of emotion with the soul, thereby further enriching the literature on the subject. It also highlights the importance of taqwa and syukr to Muslim employees for achieving EI that is useful in creating a harmonious atmosphere in the workplace and prosperous relationships in society.... Masih ada kecerdasan manusia yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, yakni kecerdasan emosional. Dengan adanya berbagai penelitian dan kajian para ahli, maka mulai sepakat bahwa sebenarnya di dalam diri manusia telah berkembang tipe-tipe kecerdasan selain kecerdasan intelektual, yakni kecerdasan spiritual serta kecerdasan emosional Syaparuddin & Elihami, 2017;Hamdan, 2017;Drigas & Papoutsi, 2018;Wardani, 2019;Maccann et al., 2020. Nyatanya, kecerdasan intelektual belum mampu dijadikan sebuah jaminan dalam menentukan keberhasilan hidup seorang individu Budianti & Permata, 2017. ...Dhanu Widi WijayaDini Nurainy Gita SaputriAgung Bayu WicaksonoMenghargai karya sastra bagian dari motivasi yang penting dalam menumbuhkan sikap yang kritis berdasarkan emosi serta membentuk gaya hidup yang membahagiakan bagi orang lain. Kemampuan apresiasi puisi yang dimiliki setiap siswa masing-masing berbeda, hal tersebut diduga dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, perilaku belajar, serta kepercayaan diri. Tujuan penlitian ini untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar, serta kepercayaan diri secara parsial dan simultan terhadap kemampuan mengapresiasi puisi pada siswa SMA/Sederajat di Kecamatan Borobudur. Penelitian ini dilakukan di SMA/sederajat di Kecamatan Borobudur pada tahun 2020. Sampel penelitian berjumlah 125 siswa dengan teknik purposive sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda melalui software IBM SPSS versi 25. Hasil penelitian menemukan beberapa simpulan yaitu kemampuan mengapresiasi puisi dipengaruhi oleh kecerdasan emosional secara positif dan signifikan, kemampuan mengapresiasi puisi dipengaruhi oleh perilaku belajar secara positif dan signifikan, kemampuan mengapresiasi puisi dipengaruhi oleh kepercayaan diri secara positif dan signifikan, dan secara simultan kecerdasan emosional, perilaku belajar, serta kepercayaan diri berpengaruh dengan signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi Della PermatasariEmotional intelligence in children is very important for their growth and development. The role of parents is very supportive, especially during the COVID-19 pandemic. The role of parents is not only developing intellectual, but also emotional intelligence. The purpose of this study is to determine the role of parents in developing emotional intelligence in the perspective of Islam during the COVID-19 pandemic. The research method is triangulation combination of interviews, observations, and documentation. The results showed five parental roles, namely 1 supervising, 2 helping, 3 establishing communication, 4 giving responsibilities, 5 motivating children, and directing. The role of parents is still low at the supervision stage, where supervision by parents at this stage is difficult because children at this age are at the stage of exploration of the surrounding BahrudinSobar Al GhazaliAlhamuddinEducation as a scientific activity must be based on the principles of faith and monotheism. The Qur'an in every discussion about science knowledge is inseparable from the value of faith. Experts formulate educational goals to form students to have strong faith, have noble character, and have useful knowledge. As explained in the Al-Qu'an Surah Ali Imraan verses 137-138, it calls on humans to learn and take lessons and examples from the previous people. So that human beings can walk on this earth following the provisions of Allah SWT in order to avoid human groups who lie to Allah SWT. This research uses descriptive-analytical method. The collection technique uses library research by examining in depth various interpretations, books and articles related to the main research problem. From this research, it is concluded that an educator must have a synergy of faith, noble character, in order to have useful knowledge. The implications contained in the Qur'an Surah Ali Imrran Verse 137-138 are 1 So that humans can take lessons from past history, from the sunnahs of Allah that applied to humans before. 2 So that humans know the way of life that is straight and true, where the Qur'an is the one who becomes the educator and becomes the light of the way of human life. 3 In order for humans to become educators to create human beings who are faithful, knowledgeable and civilized, it is impossible for education providers alone, there must be intervention from parents/guardians of students and the community, which is very important in monitoring so that they become pioneers of education at home and in their respective environments each. Abstrak. Pendidikan sebagai aktivitas ilmu pengetahuan harus dilandasi prinsip keimanan dan ketauhidan. Al-Qur’an dalam setiap pembicaraanya tentang ilmu pengetahuan tidak terlepas dari nilai keimanan. Para ahli merumuskan tujuan pendidikan untuk membentuk para peserta didik memiliki keimanan yang kuat, berakhlak mulia, dan memiliki ilmu yang bermanfaat. Sebagaimana di jelaskan di dalam Al-Qu’'an surat Ali Imraan ayat 137-138, menyeru kepada manusia agar belajar dan mengambil hikmah dansuri tauladan dari umat terdahulu. Aagar umah manusian dapat berjalan di muka bumi ini mengikuti ketentuan-ketentuan Allah SWT agar terhindar dari golongan manusia yang berdusta kepada SWT. penelitian ini menggunakan Metode deskriptif-analitis, Teknik pengumpulan menggunakan kepustakaan library research dengan mengkaji secara mendalam dari berbagai tafsir, buku dan artikel yang berhubungan dengan pokok masalah penelitian. Dari penelitian ini, diperoleh simbpulan bahwa seorang pendidik harus memiliki sinergitas keimanan, berakhlak mulia, agar mempunyai lilmu yang bermanfaat. Implikasi yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Ali Imrran Ayat 137-138 adalah 1 Agar manusia bisa mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu, dari sunnah-sunnah Allah yang berlaku pada manusia sebelumnya. 2 Agar manusia mengetahui jalan hidup yang lurus dan benar, dimana Al-Qur’an lah yang menjadi pendidik dan menjadi penerang jalan hidup manusia. 3 Agar manusia dapat menjadi pendidik untuk mewujudkan manusia yang beriman, berilmu dan beradab tidak mungkin dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan semata, harus ada campur tangan orang tua/wali murid serta masyarakat sangat penting dalam memonitoring hingga menjadi pelopor pendidikan di rumah dan di lingkungan masing-masing. Muafi UiiThis study aims to examine and analyze the influence of emotional intelligence in Islamic persepctive on affective commitment moderated by “diuwongke” in Islamic perspective. This study uses quantitative approach with the sample of public banks employees in Central Java who has Islam religion. The sampling technique is using purposive sampling with certain criteria, and the data is collected through questionnaire distribution. The statistical technique is carried out using regression moderation. The results of this study prove that 1 Emotional intelligence in Islamic perspective has a positive and significant influence on affective commitment; and 2 “Diuwongke” in Islamic perspective can strengthen the relationship between emotional intelligence in Islamic perspective on affective commitmentRemiswal RemiswalMahmud MahmudSudirman SudirmanThis study aims to determine the effect of emotional intelligence and Islamic religious education learning on the religious behavior of students at SMA Adabiah I Padang. It is a field research field research using a quantitative approach and correlational methods with a population of all students in class XI and Class XII with the proportionate stratified random sampling technique, to obtain a sample of 86 students. Data were collected using a questionnaire and documentation and analysis techniques using the analysis requirements test, classical assumption test, and hypothesis testing. The results showed that first, emotional intelligence had a positive and significant influence on the Religious Behavior of Students at SMA Adabiah I Padang. This can be seen based on the value of the regression coefficient b1 or slope of and the value of Fount is greater than Ftable and the significance value is smaller than the value of α = While the contribution of Emotional Intelligence X1 to religious behavior Y is or secondly, Islamic Religious Education Learning has a positive and significant influence on the Religious Behavior of Students at SMA Adabiah I Padang. This can be seen based on the regression coefficient b2 or slope of and the value of Fcount is greater than Ftable and the significance value is smaller than the value of α = While the contribution of Islamic Religious Education Learning to Religious Behavior is or 21%, the three Emotional Intelligence and Learning Islamic Religious Education together simultaneously have a positive and significant influence on the Religious Behavior of Students at SMA Adabiah I Padang. This can be seen based on the value of the regression coefficient b1 or slope of and the value of the regression coefficient b2 or slope of and the value of Fcount is greater than Ftable and the significance value is more. smaller than the value α = While the contribution of Emotional Intelligence X1 and Learning Islamic Religious Education X2 together simultaneously to religious behavior Y is or performance is very important and crucial to the influence that the company will get, especially for companies engaged in services, the quality and quantity of a company really requires good performance from its employees / human resources. Social competence, emotional intelligence, and work motivation are things that can affect the increase or decrease in employee performance. And this research uses quantitative research methods conducted at construction companies in Jakarta, taken from 92 employees in construction companies in Jakarta, Indonesia. Data collection methods using primary data by distributing questionnaires. The result from data analysis by using structural equation modelling shows that social competence, emotional intelligence, and motivation has a positive impactto employee performance on construction companies in Jakarta, AzwarAzwar, Saifuddin. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta Pustaka An-NajatiAn-Najati, Utsman. 2000. Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa. Bandung Penerbit Remaja antara Islam dan Ilmu JiwaSayyid Az-Za'balawiMuhammadAz-Za'balawi, Sayyid Muhammad. 2007. Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa. Jakarta Gema Insani 2004. Paradigma Psikologi Islami. Yogyakarta Pustaka Ihya' UlumuddinImam GhazaliGhazali, Imam. 2008. Ringkasan Ihya' Ulumuddin. Jakarta Sahara Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EI lebih penting daripada IQDaniel GolemanGoleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Jakarta PT Gramedia Pustaka Perkembangan Islami. Jakarta PT RajaGrafindo PersadaAliah B HasanPurwakaniaHasan, Aliah B. Purwakania. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta PT RajaGrafindo PersadaMenyucikan Jiwa Intisari Ihya' Ulumuddin Al-GhazaliSaid HawwaHawwa, Said. 1998. Menyucikan Jiwa Intisari Ihya' Ulumuddin Al-Ghazali. Jakarta Robbani Lamanya Tinggal di Lingkungan Pondok Pesantren Terhadap Kecerdasan Emosional Pada Santri Pesantren Daarul Ulum di BogorMuthmainahMuthmainah. 1998. Skripsi "Pengaruh Lamanya Tinggal di Lingkungan Pondok Pesantren Terhadap Kecerdasan Emosional Pada Santri Pesantren Daarul Ulum di Bogor". Bandung Fakultas Psikologi Unisba.
websshow_file (\\resources\\views\\webs\\show_file.blade.php) 1 blade
ArticlePDF AvailableAbstractThe research study carried out was literature where the results of the research carried out contained several findings in the study, including; First, Humans were created by Allah SWT in a perfect form which makes it different from other creatures. Second, the human mind is a gift from Allah SWT, which is used to think, understand, be able to understand something, from within the human being himself, so that humans have the readiness to absorb everything. Third, religion is a matter of reason and its use must be in accordance with the provisions and limits that have been set and not result in absolute and absolute thinking that can harm humans themselves. Fourth, human intelligence is described through the ability of humans themselves to be able to restrain their lusts, those who do the most charity to remember death and the best in preparing provisions to face life after death. Fifth, in the context of human life today, the intelligence referred to includes intelligence IQ Intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient, and SQ Spiritual Quotient and there are even other intelligences as part of one's potential that must always be honed and developed. Sixth, the function of reason which is accompanied by good intelligence in Islamic education, with the concepts of tadhakkur, tadabbur, tafakkur and has knowledge and faith, has a very important role in realizing quality Islamic education. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. MUSHAF JOURNAL Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis Vol. 1 No. 1 Desember 2021, page 103-118 103 AKAL DAN KECERDASAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HADITS Muhammad Isnaini Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Indonesia Corresponding author email muh240971isnaini Iskandar Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda Email abusyla Abstract The research study carried out was literature where the results of the research carried out contained several findings in the study, including; First, Humans were created by Allah SWT in a perfect form which makes it different from other creatures. Second, the human mind is a gift from Allah SWT, which is used to think, understand, be able to understand something, from within the human being himself, so that humans have the readiness to absorb everything. Third, religion is a matter of reason and its use must be in accordance with the provisions and limits that have been set and not result in absolute and absolute thinking that can harm humans themselves. Fourth, human intelligence is described through the ability of humans themselves to be able to restrain their lusts, those who do the most charity to remember death and the best in preparing provisions to face life after death. Fifth, in the context of human life today, the intelligence referred to includes intelligence IQ Intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient, and SQ Spiritual Quotient and there are even other intelligences as part of one's potential that must always be honed and developed. Sixth, the function of reason which is accompanied by good intelligence in Islamic education, with the concepts of tadhakkur, tadabbur, tafakkur and has knowledge and faith, has a very important role in realizing quality Islamic education. Keywords Intellect, Intelligence, Qur'an, Hadith. Abstrak Kajian penelitian yang dilakukan adalah literatur yang mana hasil dari penelitian yang dilakukan terdapat beberapa temuan dalam penelitian, diantarnaya; Pertama, Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk sempurna yang 104 menjadi pembeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Kedua, Akal manusia merupaka karunia dari Allah SWT, yang digunakan untuk berfikir, mengerti, dapat memahami sesuatu, dari dalam diri manusia itu sendiri, sehingga manusia memiliki kesiapan untuk menyerap segala sesuatunya. Ketiga, Agama adalah masalah akal dan penggunaannya haruslah sesuai dengan ketentuan dan batasan yang telah ditetapkan serta tidak mengakibatkan berfikir secara mutlak dan absolut yang dapat merugikan manusia itu sendiri. Keempat, Kecerdasan manusia digambarkan melalui kemampuan manusia itu sendiri yang dapat menahan hawa nafsunya, yang paling banyak beramal untuk mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Kelima, Dalam konteks kehidupan manusia saat ini, kecerdasan dimaksud diantaranya meliputi kecerdasan IQ Intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient, dan SQ Spiritual Quotient serta bahkan ada kecerdasan lainnya sebagai bagian dari potensi seseorang yang harus selalu diasah dan dikembangkan. Keenam, Fungi akal yang barengi dengan kecerdasan yang baik dalam pendidikan Islam, dengan konsep tadhakkur, tadabbur, tafakkur serta memiliki ilmu pengetahuan dan keimanan, memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pendidikan Islam yang berkualitas. Kata Kunci Akal, Kecerdasan, Al Qur’an, Hadits. Pendah uluan Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang diciptakan dalam keadaan sebaik-baiknya bentuk. Secara tegas al-qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sempurna. Diciptakannya manusia dalam bentuk yang sempurna karena juga dilengkapi dengan akal dan kecerdasan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan akal dan kecerdasan manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Dengan akal dan kecerdasan manusia dapat mendesain segala sesuatu sesuai dengan apa telah menjadi tuntunan Tuhan. Dengan adanya anugerah akal dan kecerdasan inilah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lainnya. Islam adalah agama yang menghargai akal, dalam Islam agama dan akal buat pertama kalinya menjalin hubungan persaudaraan. Di dalam persaudaraan itu, akal menjadi tulang punggung agama yang terkuat dan wahyu sendinya yang terutama. Antara akal dan wahyu tidak bisa ada pertentangan. Mungkin agama membawa sesuatu yang di luar kemampuan manusia memahaminya, tetapi tidak mungkin membawa yang mustahil menurut akal Muhammad Abduh, 1993. Allah SWT memberikan nikmat akal kepada manusia sehingga mengangkat derajatnya kepada tingkat berketuhanan dan kesanggupan untuk mengetahui dan memahami tentang Rabbnya. Ini merupakan nikmat dan kemuliaan tertinggi yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Selanjutnya 105 Allah menambahkan fitrah bagi manusia yang sesuai dengan apa yang dibawa para rasul, seperti wahyu dan agama yang disyariatkan Allah bagi manusia Rabi’ bin Hadi, 2002. Allah SWT memberikan akal kepada manusia yang dilengkapi juga dengan kecerdasan yang bertujuan untuk dapat menjawab semua permasalahan yang dihadapi manusia. Setiap manusia diberikan anugerah akal yang dilengkapi dengan kecerdasan oleh Allah SWT untuk mengelola kehidupan sesuai dengan apa yang telah menjadi tuntunan Tuhan. Sejak awal penciptaannya manusia merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan dan kekurangan yang diberikan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah fil ardhi dalam menata kehidupan. Rasulullah SAW dalam penjelasannya terkait dengan akal sangat menjunjung tinggi akal, sampai-sampai dikatakan bahwa seseorang dianggap tidak beragama manakala tidak memiliki akal di dalamnya. Demikian pula dengan kecerdasan, Rasulullah SAW juga memberikan penegasan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang bisa menahan hawa nafsunya, yang paling banyak beramal untuk mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Dalam konteks kehidupan manusia saat ini, kecerdasan dimaksud diantaranya meliputi kecerdasan IQ Intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient, dan SQ Spiritual Quotient serta bahkan ada kecerdasan lainnya sebagai bagian dari potensi seseorang yang harus selalu diasah dan dikembangkan. Hasil dan Pembahasa n Pengertian akal dan kecerd asa n Akal berasal dari bahasa Arab dari kataaql  yang berarti akal, fikiran. A. W. Munawwir, Kamus 1997. Dalam bahasa Indonesia, akal berarti alat berpikir, daya pikir untuk mengerti, pikiran, ingatan. W. J. S. Poerwadarminta, 2007. Akal juga berarti daya pikir untuk memahami sesuatu, dsb, jalan atau cara melakukansesuatu, daya upaya Tim Redaksi, 2005. Dalam Lisan al-Arab disebutkan bahwa al-aql berarti al-bijr yang berarti menahan dan mengekang hawa nafsu. Seterusnya diterangkan bahwa al-aql mengandung arti kebijaksanaan al-nuba, lawan dari lemah fikiran albumq. Al-aql juga mengandung arti qalbu al-qalb, yang berarti memahami A. W. Munawwir, 1997. Akal adalah daya pikir dalam diri manusia dan salah satu daya jiwa yang mengandung arti berfikir, memahami, dan mengerti Tim Penyusun, 2005 Kata aql sebagai mashdar kata benda dari aqala tidak didapat dalam Alquran, akan tetapi bentukan dari kataaqalatersebut dalam bentuk fiil mudhâri` kata kerja sebanyak 49 kali dan tersebar dalam berbagai surah dalam al-Qur`an. Kata-kata tersebut misalnya; ta`qilȗn al-Baqarah 44, ya`qilȗn al-Furqan 44 dan Yâsîn 68, na`qilu alMulk 10, ya`qiluha al-`Ankabȗt 43, `aqaluhu al-Baqarah 2. Disamping kata `aqala, al-Qur`an juga menggunakan 106 kata-kata yang menunjukkan arti berfikir, seperti nazhara melihat secara abstrak/berfikir, tafakkara berarti berfikir, Faqiha memahami, tadabbara memahami dan tazdakkara mengingat Tim Penyusun, 2005. Menurut Imam al-Ghazali akal memiliki empat pengertian, seharusnya tidak diberikan satu definisi saja untuknya tetapi untuk setiap pengertian ada definisi masing-masing. Adapun pengertian-pengertian tersebut adalah, Pertama, akal adalah suatu sifat yang membedakan manusia dengan binatang, dan merupakan potensi yang dapat menerima dan memahami pengetahuan-pengetahuan yang berdasarkan pemikiran, dan akal mampu menghasilkan produk-produk pemikiran yang canggih. Mengutip pendapat al-Harits bin Asad Al-Muhasibi ketika membuat definisi tentang akal, bahwa “Akal adalah suatu gharizah naluri asli manusia yang menyebabkan manusia memiliki potensi untuk menyerap berbagai pengetahuan yang berdasarkan pikiran. Akal ibarat cahaya yang dimasukkan ke dalam hati, sehingga manusia memiliki kesiapan untuk mencerap segala sesuatunya Imam al-Ghazali, 1996. Kedua, yang dimaksud dengan akal adalah pengetahuan-pengetahuan yang telah tersimpan dalam diri anak yang mumayyiz. Seperti tentang kemungkinan terjadinya segala sesuatu yang mungkin terjadi, dan kemustahilan terjadinya segala sesuatu yang mustahil. Misalnya, pengetahuan bahwa dua lebih banyak daripada satu. Atau bahwa seseorang tidak mungkin berada di dua tempat sekaligus dalam waktu yang bersamaan Imam al-Ghazali, 1996. Ketiga, menurut pengertian ini, yang disebut akal adalah pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman tentang berbagai peristiwa dalam perjalanan hidup ini. Orang yang pikirannya tajam karena telah diasah’ oleh berbagai pengalaman hidup dan memiliki wawasan luas, biasanya disebut âqil orang berakal. Sedangkan orang yang tidak memiliki sifat-sifat seperti itu, biasanya disebut bebal atau dungu atau tidak berakal. Dengan demikian, hal ini merupakan jenis lain dari pengetahuan-pengetahuan yang juga disebut akal. Keempat, bahwa apabila gharizah seperti itu telah menguat dalam diri manusia, sehingga ia mampu memperhitungkan akibat-akibat yang akan timbul dari segala sesuatunya, dan mampu menundukkan serta mengalahkan hawa nafsu yang mengajak kepada kesenangan yang segera, maka ketika itu ia disebut orang berakal Imam al-Ghazali, 1996. Manusia berdasarkan akalnya dapat dibagi kepada empat tingkatan, yaitu, pertama, manusia yang mampu memahami kekuasaan dan kemampuan Allah juga tentang janji dan ancamannya. Kedua, Manusia yang dapat memahami semua kebesaran dan kebenaran Tuhan, tetapi mereka menentangnya demi merenggut kenikmatan dunia. Ketiga, manusia yang mengingkari kebenaran dan tidak bersedia mendekatinya. Mereka menentang kebenaran tersebut, bahkan mengira berada di pihak yang benar padahal mereka berada di ujung kesesatan. Keempat, adalah manusia yang sanggup memahami kebesaran Tuhan sebagai Zat Yang Maha Tunggal dalam mengelola alam raya ini. Golongan ini meyakini 107 bahwa keberhasilan hidup hanya dapat dicapai dengan berpegang teguh pada keimanan terhadap-Nya Nash Hamid Abu Zaid, 2003. Dari beberapa penjelasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa akal merupakan pemikiran, mengerti, dapat memahami sesuatu, dalam diri manusia, sehingga manusia memiliki kesiapan untuk menyerap segala sesuatunya. Pengertian Kecerdasan Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat tanggap dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran Daryanto, 2006. Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia menyimpulkan terkait dengan pemetaan kecerdasan quotient mapping seseorang, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini merupakan kecerdasan personal yang melekat pada pribadi seseorang Rustam Hanafi. Akal dan Kecerdasan dalam Perspektif Al-quran dan Hadits Dalam Al-quran, kata aql akal tidak ditemukan dalam bentuk mashdarnya, yang ada hanyalah dalam bentuk kata kerja, masa kini dan masa lampau. Secara bahasa, `aql berarti tali pengikat, penghalang. Al-qur’an sendiri menggunakannya bagi sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan atau dosa. Dari konteks ayat-ayat yang menggunakan kata `aql dapat dipahami bahwa ia antara lain mencakup makna, pertama Daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu, M. Quraish Shihab, 2005 sebagaimana firman-Nya yang artinya Demikian itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami berikan kepada manusia, tetapi tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang alim berpengetahuan. al-`Ankabut 43. Daya yang dimiliki manusia dalam hal ini berbeda-beda. Hal ini diisyaratakan al-qur`an antara lain dalam ayat-ayat yang berbicara tentang kejadian langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang dan lain-lain. Ada yang dinyatakan sebagai buktibukti keesaan Allah. Bagi orang-orang yang berakal, Q. S. al-Baqarah 164 dan ada juga kata Ulil al-Bâb yang juga dengan makna sama, tetapi mengandung pengertian lebih tajam dari sekedar memiliki pengetahuan. Keanekaragaman akal dalam konteks menarik makna menyimpulkannya terlihat juga dari penggunaan istilah-istilah seperti nazhara, tafakkur, tadabbur, dan sebagainya yang semuanya mengandung makna mengantar kepada pengertian dan kemampuan pemahaman. Kedua, bermakna dorongan moral, M. Quraish Shihab, 2005 sebagaimana firman-Nya yang 108 artinya ... dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik yang nampak atau tersembunyi dan jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan sebab yang benar M. Quraish Shihab, 2005. Demikian itu diwasiatkan Tuhan kepadamu semoga kamu memiliki dorongan moral untuk meninggalkannya. Q. S. al-An`am 151. Ketiga, Daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah. Untuk maksud ini biasanya digunakan kata rusyd. Daya ini menggabungkan kedua daya di atas, sehingga ia mengandung daya memahami, daya menganalisis dan menyimpulkan serta dorongan moral yang disertai dengan kematangan berfikir. Seseorang yang yang memiliki dorongan moral, boleh jadi tidak memiliki daya nalar yang kuat dan boleh jadi pula seseorang yang memiliki daya pikir yang kuat, tidak memiliki dorongan moral, tetapi seseorang yang memiliki rusyd, maka dia telah menggabungkan kedua keistimewaan tersebut. Dari sini dapat dimengerti mengapa penghuni neraka di hari kemudian berkata “ Seandainya kami mendengar dan berakal maka pasti kami tidak termasuk penghuni neraka.” Q. S al-Mulk 10. Kata al-`aql dalam Alquran juga bermakna intelellect. Dalam penggunaannya kata al-`aql mengandung pengertian kemampuan berpikir atau menggunakan nalar. Kata ini telah terserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu kata akal. Dalam perkembangannya orang yang memiliki kemampuan berpikir dan nalar sangat tinggi, serta menguasasi suatu pengetahuan tertentu secara sistematis lazim disebut pakar. Seorang pakar belum tentu seorang sarjana. Kata intelektual yang artinya sebanding dengan ulu al-bâb adalah orang yang memiliki dan menggunakan daya intelek pikiran untuk bekerja atau melakukan kegiatannya. Biasanya intelektual adalah orang yang berpendidikan akademis M. Dawam Rahardjo, 2002. Secara harfiah, intelektual adalah orang yang memiliki intelek yang kuat atau intelegensi yang tinggi. Intelegensi adalah kemampuan kognitif atau kemampuan memahami yang dimiliki seseorang untuk berfikir dan bertindak rasional atau berdasar nalar. Kemampuan tersebut bisa diperoleh karena keturunan atau bakat yang ada pada seseorang dari faktor biologisnya, tetapi bisa pula diperoleh sebagai hasil pengalaman lingkungan dan sosialisasi berdasarkan penerimaan norma-norma yang baik-buruk dan benar-salah menurut masyarakat M. Dawam Rahardjo, 2002. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa akal yang berasal dari kata aql merupakan daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu, memiliki dorongan moral, serta memiliki daya untuk mengambil pelajaran dan hikmah. Akal dalam perspektif hadits Terkait dengan hadits Nabi, tentunya banyak uraian mengenai akal, khususnya bila dikaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut ini beberapa hadits Nabi yang mengulas mengenai akal serta berbagai fungsinya. “Sesungguhnya yang pertama-tama Allâh ciptakan adalah akal. Allâh berkata kepadanya, datang menghadaplah!’. Maka iapun datang menghadap. Allâh berkata 109 kepadanya, mundurlah ke belakang!’. Maka iapun mundur ke belakang. Lalu Allâh berfirman, Demi kemuliaan-Kû, Akû tidaklah menciptakan makhluk yang lebih mulia darimu atas-Kû. Dengan sebabmulah Akû menyiksa, dengan sebabmulah Akû memberi, bagimulah pahala dan atasmulah hukuman.” Dalam hadits, Rasulullah SAW menjunjung tinggi akal sampai-sampai dikatakan bahwa seseorang dianggap tidak beragama manakala tidak memiliki akal di dalamnya. Nabi Muhammad SAW bersabda, sebagaimana diuraikan di dalam Kitab Ihya Ulum al-Din, bahwa “orang alim itu adalah orang kepercayaan Allah di bumi-Nya” lebih dari itu “pada hari kiamat nanti yang memberi syafaat adalah nabi-nabi, para ulama kemudian para syuhada.” Imam al-Ghozali, 1986. Islam sangat peduli dengan potensi akal pikiran manusia. Berkali-kali Allah SWT menyebutkan perihal akal, orang yang berakal, serta penggunaan akal pikiran. Misalnya saja kalimat “afala ta’qilun”, “afala tatadabbarun”, dan sebagainya. Demikian pula di dalam hadis, banyak ditemukan isyarat pentingnya akal dalam beragama. Rasulullah SAW menegaskan bahwa akal merupakan substansi agama.  󰆶󰑃󰆹󰒟󰇼󰋅󰐃󰞱󰈉 󰆵󰑸󰆶󰑐 󰆶󰐑󰆹󰎞󰆵󰍜󰞵󰐃󰈉 , 󰆹󰑃󰆵󰐜󰆵󰑧 󰆵󰑃󰆹󰒟󰆷󰊶󰆵󰡜 󰆶󰑘󰞱󰐃 󰆵󰡜 󰆵󰐑󰆹󰎞󰆵󰍔 󰆶󰑘󰞱󰐃 “Agama adalah akal pikiran, barangsiapa yang tidak ada agamanya, maka tidak ada akal pikirannya”. HR. An-Nasa`i. Hadits tersebut secara tersirat menjelaskan betapa urgen dan vitalnya akal bagi seorang yang beragama. Sehingga seorang yang tidak beragama maka sesungguhnya ia tidak berakal. Agama sesuai dengan akal sehat. Perintah, anjuran, suruhan, dan kewajiban agama relevan dengan pemikiran manusia yang sehat dan normal. Demikian pula hal-hal yang menjadi larangan, bertentangan dengan akal sehat. Karena itu, orang yang tidak beragama, sama artinya dengan orang yang tidak memiliki akal pikiran yang sehat dan normal. Itulah sebabnya, seseorang yang tidak memiliki akal sehat, tidak muakllaf, sama dengan anak-anak atau bayi yang belum tahu dan bisa membedakan baik dan buruk, sebagai fungsi dari akalnya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa agama adalah masalah akal dan penggunaannya haruslah sesuai dengan ketentuan dan batasan yang telah ditetapkan serta tidak mengakibatkan berfikir secara mutlak dan absolut yang dapat merugikan manusia itu sendiri. 110 Kecerdasan dalam perspektif al-quran Apabila kita meneliti ayat-ayat al-Quran, kata-kata yang memiliki arti kecerdasan, sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut di atas, yaitu al-Fathanah, adz-dzaka’, al-hadzaqah, an-nubl, an-najabah, dan al-kayyis tidak digunakan oleh al-Quran. Definisi kecerdasan secara jelas juga tidak ditemukan, tetapi melalui kat-kata yang digunakan oleh al-Qur’an dapat disimpulkan makna kecerdasan. Kata yang banyak digunakan oleh al-Quran adalah kata yang memiliki makna yang dekat dengan kecerdasan, seperti kata yang seasal dengan kata al-aql, al-lubb, al-fikr, al-Bashar, al-nuha, al-fiqh, al-fikr, al-nazhar, al-tadabbur, dan al-dzikr. Kata-kata tersebut banyak digunakan di dalam al-Quran dalam bentuk kata kerja, seperti kata ta’qilun. Para ahli tafsir, termasuk di antaranya Muhammad Ali Al-Shabuni, menafsirkan kata afala ta’qilun “apakah kamu tidak menggunakan akalmu”. Dengan demikian kecerdasan menurut al-Qur’an diukur dengan penggunaan akal atau kecerdasan itu untuk hal-hal positif bagi dirinya maupun orang lain. Kata-kata yang memiliki makna yang dekat mirip dengan kecerdasan yang banyak digunakan di dalam al-Quran adalah; Al–Aql, yang berarti an-Nuha kepandaian, kecerdasan. Akal memiliki makna menahan, karena memang akal dapat menahan kepada empunya dari melakukan hal yang dapat menghancurkan dirinya. Kata aql tidak pernah disebut sebagai nomina ism, tapi selalu dalam bentuk kata kerja fi’l. Di dalam al-Quran kata yang berasal dari kata aql berjumlah 49 kata, semuanya berbentuk fi’l mudhari’, hanya 1 yang berbentuk fi’l madhi. Dari banyaknya penggunaan kata-kata yang seasal dengan kata aql, dipahami bahwa al-qur’an sangat menghargai akal, dan bahkan Khithab Syar’i Khithab hukum Allah hanya ditujukan kepada orang-orang yang berakal. Banyak sekali ayat-ayat yang mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya. Di sisi lain penggunaan kata yang seasal dengan aql tidak berbentuk nomina ism tapi berbentuk kata kerja fi’l menunjukkan bahwa al-Quran tidak hanya menghargai akal sebagai kecerdasan intelektual semata, tapi al-qur’an mendorong dan menghormati manusia yang menggunakan akalnya secara benar. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sternberg yang dikutip oleh Agus Efendi, “Tes IQ sesungguhnya bukan pada seberapa banyak kecerdasan yang anda miliki dalam otak anda. Akan tetapi bagaimana anda menggunakan kecerdasan yang harus anda buat menjadi dunia yang lebih baik bagi diri anda sendiri, dan orang lain.” Kecerdasan lebih merupakan sesuatu yang anda gunakan. Itulah yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk sebagaimana disampaikan oleh Horward Gordner, kecerdasan yang mencakup banyak aspek kehidupan, bukan kecerdasan intelektual semata. 111 Bentuk dari kata aql yang dirangkaikan dalam sebuah kalimat pertanyaan, seperti afala ta’qilun apakah kamu tidak menggunakan akalmu terdapat 13 buah di dalam al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa Allah swt. mempertanyakan kecerdasan mereka, dengan akal yang sudah diberikan. Al-Lubb atau al-Labib, yang berarti al-aql atau al-aqil, dan al-labib sama dengan al-aql. Di dalam al-Quran Kata al-albab disebut 16 kali, dan kesemuanya didahului dengan kata ulu atau uli yang artinya pemilik, ulu al-albab berarti pemilik akal. Al-bashar, yang berarti indra penglihatan, juga berarti ilmu. Di dalam Kamus Lisan al Arab, Ibn Manzhur mengemukakan bahwa ada pendapat yang mengatakan ; al-bashirah memiliki ma’na sama dengan al-fithnah kecerdasan dan al-hujjah argumentasi. Al-Jurjani mendefinisikan al-Bashirah, adalah suatu kekuatan hati yang diberi cahaya kesucian, sehingga dapat melihat hakikat sesuatu dari batinnya. Para ahli hikmah menamakannya dengan ; al-aqilah an-nazhariyyah wa alquwwah al-qudsiyyah kecerdasan bepikir dan kekuatan suci atau ilahi. Abu Hilal al-Askari membedakan antara al-bashirah dan al-ilm ilmu, bahwa al-bashirah adalah kesempurnaan ilmu dan pengetahuan. Di dalam al-Quran, kata yang berasal dari kata al-bashar, dengan berbagai macam bentuk, jumlahnya cukup banyak, yaitu berjumah 142 kata, yang berbentuk kata al-bashir berjumlah 53 kata, hampir kesemuanya menjadi sifat Allah swt. kecuali 6 kata yang menjadi sifat manusia, 4 diantaranya kata al-bashir menjelaskan perbedaan antara manusia yang buta dan melihat. Sedangkan kata bashirah terdapat pada 2 ayat, yaitu pada surah Yusuf 108 dan al-qiyamah 14. sedangkan kata bashair yaitu bentuk jama’ dari bashirah disebut dalam al-Quran sebanyak 5 kali. Dalam menafsirkan kata bashirah yang ada pada surat Yusuf 108, al-Baghawi dan Sayyid Thanthawi menjelaskan ma’na al-bashirah adalah pengetahuan yang dengannya manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Kata al-abshar yaitu bentuk jama’ dari al-bashar berjumlah 8 ayat, 3 diantaranya didahului kata ulu mempunyai, ya’ni Surah Ali Imran 13, an-Nur 44, dan al-Hasyr 2. An-Nuha, maknanya sama dengan al-aql, dan akal dinamakan an-nuha yang juga memiliki arti mencegah, karena akal mencegah dari keburukan. Kata an-nuha di dalam al-Quran terdapat pada 2 tempat, keduanya ada pada Surat thaha ; 54, 128 dan keduanya diawali dengan kata uli pemilik. Al-fiqh yang berarti pemahaman atau ilmu. Di dalam al-Quran, Kata yang seasal dengan al-Fiqh terdapat pada 20 ayat, kesemuanya menggunakan kata kerja fi’l mudhari’, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan 112 pemahaman itu seharusnya dilakukan secara terus menerus. Kata al-fiqh juga berarti al-fithnah kecerdasan. Al-Fikr, yang artinya berpikir. Kata yang seakar dengan al-fikr terdapat pada 18 ayat. Kesemuanya berasal dari bentuk kata at-tafakkur, dan semuannya berbentuk kata kerja fi’l, hanya satu yang berbentuk kata fakkara, yaitu pada Surat al-Mudatstsir 18. Al-Jurjani mendefinisikan, at-tafakkur adalah pengerahan hati kepada makna sesuatu untuk menemukan sesuatu yang dicari, sebagai lentera hati yang dengannya dapat mengetahui kebaikan dan keburukan. An-nazhar yang memiliki makna melihat secara abstrak berpikir, Di dalam kamus Taj al-Arus disebutkan termasuk makna an-nazhar adalah menggunakan mata hati untuk menemukan segala sesuatu, an-nazhar juga berarti al-i’tibar mengambil pelajaran, at-taammul berpikir, al-bahts meneliti. Untuk membedakan antara an-nazhar dan al-Ru’yah, Abu Hilal al-Askari memberikan definisi bahwa al-nazhar adalah mencari petunjuk, juga berarti melihat dengan hati. Di dalam al-Quran terdapat kata yang seasal dengan an-nazhar lebih dari 120 ayat At-tadabbur yang semakna dengan at-tafakkur, terdapat dalam al-Quran sebanyak 8 ayat. Al-Jurjani memberikan definisi at-tadabbur, adalah berpikir tentang akibat suatu perkara, sedangkan at-tafakkur adalah pengerahan hati untuk berpikir tentang dalil petunjuk. Adz-dzikr yang berarti peringatan, nasehat, pelajaran. Dalam al-Quran terdapat kata yang seasal dengan adz-dzikr berjumlah 285 kata, 37 diantaranya adalah yang berasal dari bentuk kata at-tadzakkur yang berarti mengambil pelajaran. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan dalam perspektif al-qur’an memiliki beberapa makna yang dekat dengan arti kecerdasan, diantaranya al-aql, al-lubb, al-fikr, al-Bashar, al-nuha, al-fiqh, al-fikr, al-nazhar, al-tadabbur, dan al-dzikr. Kecerdasan dalam perspektif hadits Dari pandangan manusia, kecerdasan selalu berurusan dengan dunia. Hal ini tentunya berbeda dengan cara pandang Rasulullah SAW yang menyebutkan kalau orang yang memiliki kecerdasan adalah mereka yang selalu mengingat tentang kematian. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar RA, yakni "Manusia yang paling utama adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Manusia yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat 113 kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-orang berakal." Penjelasan hadits tersebut adalah bagi mereka yang selalu mengingat kematian termasuk orang yang cerdas. Dikatakan cerdas karena mereka akan selalu memperbanyak amalan baik dan ibadah yang akan mengantarkan mereka ke surga. Disamping itu, mereka juga tidak hanya terpaku pada duniawi yang bersifat sementara. Bahkan, salah seorang sahabat Rasulullah SAW pun pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling cerdas ?" Rasulullah SAW menjawab  "Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian, itulah orang yang paling cerdas." HR Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsami. Dalam hadits lain Rasulullah SAW menjelaskan "Orang yang cerdas adalah yang menekan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, sedangkan orang dungu adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan mengangankan kepada Allah berbagai angan-angan.". HR At-Tirmidzi.        .    .    .                      .   .                     ».   .       “Siapa diantara orang mukmin yang terbaik ya Rasulullah ? ” Beliau menjawab ”yang paling baik akhlaknya”. Lalu ditanya lagi,”siapa yang paling cerdas”. Beliau menjawab,” yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap mempersiapkan setelah kematian, mereka yang sangat cerdas”. HR Ibnu Majah . 114 Rasulullah SAW juga menjelaskan "Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka semua adalah orang-orang yang cerdas." HR. At-Tirmidzi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan dalam perspektif hadits adalah orang yang bisa menahan hawa nafsunya, paling banyak beramal untuk mengingat akan kematian dan paling siap dengan bekal setelah kematian. Fungsi Akal/Kecerdasan Dalam Pendidikan Islam Pendidikan merupakan “human investment” yang bisa dijadikan sebagai tatanan strategis untuk melahirkan generasi yang gemilang di masa mendatang. Pencaharian paradigma pendidikan Islam yang lebih baik akan menjadi tanggung jawab bersama terutama civitas akademika di era millenial sekarang ini. Peradaban masyarakat maju atau masyarakat madani civil society adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan sebagaimana tergambar pada masa kejayaan umat Islam sudah menjadi suatu keharusan bagi masyarakat Islam terutama yang hendak mengambil kembali masa-masa kejayaan. Untuk mengambil kembali masa kegemilangan maupun kecemerlangan dalam sejarah kemajuan umat islam maka sudah barang tentu pendidikan merupakan jawaban satusatunya yang dapat membangunkan tidur bagi para pencinta kemajuan karena pada dasarnya Islam adalah agama kemajuan dan ilmu pengetahuan.” Dengan demikian pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada peran ganda baik sebagai tadhakkur dan tafakkur. Tadhakkur adalah bagian dari bagaimana pendidikan Islam dapat mengarahkan, merespons, menghargai serta mengkarakterisasi menuju kesempurnaan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan peran tafakkur dalam pendidikan Islam adalah sebagai sebuah alat kontrol bagaimana konsep tadhakkur berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya. Hal ini menunjukkan bahwasannya peran pendidikan Islam sebagai sebuah paradigma tadhakkur harus senantiasa membumi dalam perilaku kehadupan sehari-hari.” Muhammad Mahfudz, 2006. Oleh karena itu pembentukan kepribadian menuju kesempurnaan nilai-nilai kemanusiaan maka harus senantiasa diarahkan pada nilai-nilai bawaan fitrah dengan mengacu pada konsep ta’alluq, takhalluq, dan tahakkuq. Ketiga konsep tersebut merupakan perpaduan di antara kecerdasan akal, hati, dan emosional. Keterpaduan dari ketiga pilar tersebut merupakan tangga untuk mencapai derajat tertinggi baik Akal Dalam Perspektif 15 Wasehudin 115 Pendidikan Islam Telaah Reflektif Filsafat Terhadap Ayat-Ayat Alquran dirinya sebagai hamba Allah abdullah maupun wakil Allah khalifatulah di muka bumi.” Ahmad Fadlali, 2009. Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungi akal yang barengi dengan kecerdasan yang baik dalam pendidikan Islam, dengan konsep tadhakkur, tadabbur, tafakkur serta memiliki ilmu pengetahuan dan keimanan, memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pendidikan Islam yang berkualitas. Kesimp ula n Dari beberapa pemaparan yang telah disampaikan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut Pertama, Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk sempurna yang menjadi pembeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Kedua, Akal manusia merupaka karunia dari Allah SWT, yang digunakan untuk berfikir, mengerti, dapat memahami sesuatu, dari dalam diri manusia itu sendiri, sehingga manusia memiliki kesiapan untuk menyerap segala sesuatunya. Ketiga, Agama adalah masalah akal dan penggunaannya haruslah sesuai dengan ketentuan dan batasan yang telah ditetapkan serta tidak mengakibatkan berfikir secara mutlak dan absolut yang dapat merugikan manusia itu sendiri. Keempat, Kecerdasan manusia digambarkan melalui kemampuan manusia itu sendiri yang dapat menahan hawa nafsunya, yang paling banyak beramal untuk mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Kelima, Dalam konteks kehidupan manusia saat ini, kecerdasan dimaksud diantaranya meliputi kecerdasan IQ Intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient, dan SQ Spiritual Quotient serta bahkan ada kecerdasan lainnya sebagai bagian dari potensi seseorang yang harus selalu diasah dan dikembangkan. Keenam, Fungi akal yang barengi dengan kecerdasan yang baik dalam pendidikan Islam, dengan konsep tadhakkur, tadabbur, tafakkur serta memiliki ilmu pengetahuan dan keimanan, memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pendidikan Islam yang berkualitas. Daftar Pusta ka Agus Nggermanto, Quantum Quotient Kecerdasan Quantum Bandung Nuansa, 2005. Ahmad Fadlali, Fitrah Akliyah Dalam Pendidikan Islam, Forum Tarbiyah Vol. 7 no. 2 Desember 2009. Ahmad Heriyanto, Hubungan Kecerdasan Emosional Dalam Meningkatkan Hafalan AlQur’an Surat An Naba’ Santri Kelas I A Madrasah Aliyah Palembang Skripsi, 2017. Akhmad Muhaimin Azzed, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, Jogjakarta Ar-Ruzz Media, 2014. 116 Akhmeda Farkhaeni, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Konsep Diri Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta Jakarta Skripsi, 2011. Arisha Yonna Tanu, Ikhlas Menurut Islam, Dalam Http//Apa Yang Dimaksud Dengan Ikhlas Menurut Para Ahli// Diakses Pada 12 Mei 2018 Pukul Wib Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan Spiritual ; Esq Jakarta Arga 2002. Ary Ginanjar Agustian, Esq Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, Jakarta Arga, 2004. Ary Ginanjar Agustian, Esq The Esq Way 165 Berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam, Jakarta Arga, 2005. A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya Pustaka progressif, 1997. Dakir Dan Sardimi, Pendidikan Islam Dan Esq Komparasiintregatif Upaya Menuju Stadium Insan Kamil, Semarang Rasail Media Group, 2011. Dana Frasetya, Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Siswa Kelasvii Di Smp Negeri 4 Gamping Tahun Pelajaran 2014/2015, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2015. Danah Zohar Dan Ian Marshall, Sq Kecerdasan Spiritual, Bandung Pt Mizan Pustaka, 2007. Daniel Goleman, Working With Emotional Inteligence, Terj. Alex Tri Kantjono Widodo, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi Jakarta Pt Gramedia Pustaka Utama, 2005. Daniel Goleman, Emosional Intelegence Mengapa Eq Lebih Penting Dari Pada Iq Jakarta Pt Gramedia Pustaka Utama, 2007. Darudijo Rommel Jachja, Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Studi Di Pt. Multiguna International Persada. Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya Apollo, 2006. Febri Sulistiya, Pengaruh Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Pada Siswa Di Smpn 15 Yogyakarta, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2016. Hairul Anam Dkk, Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi, Balikpapan Jurnal Sains Terapan. Harun Nasution, Muhammad Abduh, Baca pula Muhammad Abduh, Risalah al-Tawhid, Kairo Dar al-Manar, 1993. Imam al-Ghazali. Mukhtashar Ihya Ulumuddin Jakarta Pustaka Amani, 1986. 117 Imam al-Ghazali, Ilmu dalam Perspektif Tasawuf al-Ghazali, terj. Muhammad a-Baqir, Bandung karisma, 1996. Intan Purwasih, Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri Salatiga Skripsi, 2011. Makmun Mubayidh, Ad-Dzaka’ Al Athifi Wa Ash Shihah Al Athifiyah, Terj. Muhammad Muhson Anasy, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2006. Mimi Doe & Marsha Walch, 10 Prinsip Spiritual Parenting Bagaimana Menumbuhkan Dan Merawat Sukma Anak Anda. Bandung Kaifa, 2001. M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur`an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta Paramadina, 2002. Muhammad Mahfudz, Peran Akal Dalam Surat Ali Imran Ayat 190-191 dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam Semarang Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006. M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur`an, Bandung Mizan, 2005. Nash Hamid Abu Zaid, Menalar Firman Tuhan, Wacana Majaz dalam al-Qur`an Menurut Mu`tazilah, terj. Abdurrahman Kasdi dan Hamka Hasan, Bandung Mizan, 2003. Prima Vidya Asteria, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui Pembelajaran Membaca Sastra, Malang Ub Press, 2014. Rabi’ bin Hadi “Umar Al-Madkhaly, Cara Para Nabi Berdakwah, terj. Muhtarudin Abrari, Tegal Maktabah Salafy Press, 2002. Rustam Hanafi, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Dan Performa Auditor, Semarang Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Rus’an, Spiritual Quotient Sq The Ultimate Intelligence, Palu Jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 16 2013. Siti A. Toyibah Dkk, Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Kesejahteraan Psikologis Pada Mahasiswa Penghafal Alquran, Bandung Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 2017. Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Mengapa Sq Lebih Penting Dari Pada Iq Dan Eq. Jakarta Pt Gramedia Pustaka Utama, 2004. Steven S. Stein Dan Howard, The Edge Emotional And Your Succes, Terj. Trinada Rainy Ledakan Eq 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, Bandung Kaifa, 2003. Syamsu Yusuf Dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Bandung Pt Remaja Rosdakarya, 2010. Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III, Jakarta Balai Pustaka, 2005. Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Jilid 1, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005. Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah Transendenta Intelegensi Membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab Profesional Dan Berakhlak, Jakarta Insani, 2001. Triantoro Safaria, Spiritual Intellegence Metode Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak, Jakarta Graha Ilmu, 2007. 118 Triantoro Safaria Dkk, Managemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda, Jakarta Bumi Aksara, 2012. W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi III Jakarta Balai Pustaka, 2007. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Wib Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan SpiritualTanu Arisha YonnaArisha Yonna Tanu, Ikhlas Menurut Islam, Dalam Http//Apa Yang Dimaksud Dengan Ikhlas Menurut Para Ahli// Diakses Pada 12 Mei 2018 Pukul Wib Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan Spiritual ; Esq Jakarta Arga 2002.Ary Ginanjar AgustianAry Ginanjar Agustian, Esq Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, Jakarta Arga, 2004.Esq The Esq Way 165 Berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun IslamAry Ginanjar AgustianAry Ginanjar Agustian, Esq The Esq Way 165 Berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam, Jakarta Arga, 2005.A W MunawwirA. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya Pustaka progressif, 1997.Dan DakirSardimiDakir Dan Sardimi, Pendidikan Islam Dan Esq Komparasiintregatif Upaya Menuju Stadium Insan Kamil, Semarang Rasail Media Group, 2011.Danah Zohar Dan Ian MarshallDanah Zohar Dan Ian Marshall, Sq Kecerdasan Spiritual, Bandung Pt Mizan Pustaka, 2007.Working With Emotional InteligenceDaniel GolemanDaniel Goleman, Working With Emotional Inteligence, Terj. Alex Tri Kantjono Widodo, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi Jakarta Pt Gramedia Pustaka Utama, 2005.DaryantoDaryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya Apollo, 2006.Dawam RahardjoM. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur`an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta Paramadina, 2002. .